Subscribe
TOKOH
PENDIRI BANGSA INDONESIA
1. Ir.
Soekarno
Soekarno lahir tanggal 6 Juni 1901, Kamis Pon, Windu
Sanjaya, di Lawang Seketeng, Surabaya, dengan nama asli Koesno. Soekarno lahir
dari pasangan Ida Ayu Nyoman Rai Sarimben dengan Raden Soekemi Sosrodiharjo.
Semasa kecil Soekarno diasuh oleh Mbok Sarinah. Tahun 1915, Soekarno lulus dari
EEUROPEESCHE LAGERE SCHOOL (ELS) di Mojokerto, Jawa Timur. 10 Juni 1912, lulus
dari HOGERE BURGER SCHOOL (HBS) di Surabaya. 25 Mei 1926, Soekarno
menyelesaikan studinya di TERHNISCHE HOGE SCHOOL (THS) Bandung dengan gelar
CIVILE INGENIUER ( Insinyur Sipil).
Perjuangan Soekarno
4 Juli 1927, mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia
(PNI).
1 Agustus 1933, Bung Karno ditangkap oleh polisi
kolonial Belanda dan dijebloskan ke penjara Sukamiskin selama 4 bulan.
17 Februari 1934, Bung Karno dibuang ke Ende (Flores)
selama 4 tahun, didampingi ibu Inggit, Ratna Djuwani, dan Ibu Asmi (mertua).
Selama pembuangan ini bUng Karno banyak menulis artikel yang dkemudian
diterbitkan dengan judul ” Surat-Surat Islam dari Ende “.
9 Maret 1943, Bung Karno beserta Bung Hatta, Ki Hadjar
Dewantara, dan KH Mas Mansyur memimpin Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA).
Juni 1945, Bung Karno menikah dengan Fatmawati.
8 Juni 1945, Bung Karno dipilih sebagai ketua PPKI.
15 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta diculik oleh
para pemuda dan dibawa ke Rengasdengklok untuk didesak segera memproklamasikan
Kemerdekaan Indonesia.
17 Agustus 1945, Bung karno dan Bung Hatta mewakili
rakyat Indonesia memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia, hari Jumat, pukul
10.00 WIB di gedung Pegangsaan Timur 56, Jakarta, diikuti dengan pengibaran
bendera Merah Putih yang dijahit oleh ibu Fatmawati, dan iiringi lagu ”
Indonesia Raya “.
18 Agustus 1945, Bung Karno diangkat menjadi Presiden
RI.
21 Juni 1970, hari MInggu Pahing, pukul 19.00 WIB, Bung
Karno menghembuskan nafas terakhir di RS Gatot Subroto. Setelah sekian lama
menderita sakit gagal ginjal dan dikarantina di Wisma Yuso. Bung Karno
meninggal pada usia 69 tahun.
2.
Mohammad Hatta
Mohammad Hatta,
adalah pahlawan Indonesia. Dilahirkan di Bukittinggi pada 12 Agustus
1902. Saat lahir beliua diberi nama
Mohammad Ahtar dan biasa dipanggil Atta.
Ayahnya bernama Mohammad Jamil dan ibunya bernama Siti Saleha yang
berasal dari kalangan pedagang. Di waktu
kecil, Bung Hatta bersekolah dasar di Bukittinggi yang awalnya ditempuh secara
privat. Setelah itu beliau bersekolah di ELS (Europeesche Lagere
School), Padang. Kelas 5 sampai 7 Bung
Hatta tempuh di MULO (Meer Iutgebreid Lager Inderwijs) sampai tahun 1917.
Bung Hatta sangat
aktif dalam melaksanakan tugasnya sebagai bendahara di suatu perkumpulan pemuda
Sumatera di Padang. Yang bernama, Jong
Sumatranen Bond. Tetapi, selain aktif
dalam pergerakan daerah, ia juga memikirkan penderitaan rakyat akibat
penjajahan.
Beliau pernah
menempuh ilmu di Handles Hogeschool dan Economische Hogeschool di Rotredam, Belanda. Di sana, beliau meiliki begitu banyak
teman. Di tahun 1926 Bung Hatta terpilih
menjadi ketua Indoneschie Vereniging (organisasi politik) sampai tahun 1930. Bung Hatta sangat mementingka kemerdekaan
Indonesia, dengan memperkenalkan perjuangan Indonesia di Eropa. Di tahun 1926, ia mewakili Indonesia untuk
Kongres Demokrasi Internasional di Perancis.
Saat itu, beliau berhasil meyakinkan kongres untuk mempergunakan kata “Indonesia”
dan bukan “Hindia Belanda”. Di Belgia,
beliau menjelaskan keadaan rakyat Indonesia akibat Belanda.
Dalam perjuangannya,
Bung Hatta pernah mengalami pembuangan ke Digul dan Banda Neira. Setelah Perang Pasifik pecah beliau
dikembalikan ke Jawa. Pemerintah Hindia
Belanda-pun pecah, dan Jepang akan berkuasa.
Indonesia dibawah pemerintahan Jepang juga diperlakukan
semena-mena. Bung Hatta membacakan suatu
pidato tentang cita-cita kemerdekaan Indonesia di lapangan Ikada (Monas) pada 8
Desember 1942. Jepang mengangkat Bung
Hatta dan 3 Tokoh Nasional lainnya untuk
memimpin Potera (Pusat Tenaga Rakyat) yang didirikan oleh Jepang. Beliau juga merupakan anggota BPUPKI dan
wakil ketua PPKI yang keduanya dibentuk oleh Jepang untuk persiapan kemerdekaan
Indonesia.
Pada tanggal 17
Agustus tahun 1945 Bung Hatta bersama Soekarno membacakan teks proklamasi
kemerdekaan Indonesia di Pegangsaan Timur 56.
Siti Rahmiati adalah isteri Bung Hatta, yangdinikahi pada tanggal 18
November 1945 dan memperoleh tiga orang anak.
Konfrensi Meja Bundar, delegasi Indonesia diketuai oleh Bung Hatta dan
diadakan di Den Haag pada tahun 1949.
Beliau merupakan perdana menteri pada awalnya, tetapi sejak tahun 1950
beliau merupakan wakil presiden pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau juga sangat aktif memberi perhatian
pada koperasi, sehingga lambat laun koperasi tumbuh. Bung Hatta diangkat menjadi Bapak Koperasi
Nasional. Pada tanggal 15 Agustus 1972
Bung Hatta menerima Bintang Republik Indonesia Kelas I di Istana Merdeka. Beliau meninggal pada hari Jum’at, 14 Maret
1980 karena sakit.
3.
Sayuti Melik
Sayuti Melik lahir di Kadisobo,
Rejodani, Sleman Yogyakarta, 25 November 1908 dan meninggal di Jakarta, 2 Maret
1989. Ayahnya bernama Abdul Muin alias Partoprawito, sedang ibunya bernama
Sumilah. Pendidikan dimulai dari Sekolah Ongko Loro (Setingkat SD) di desa
Srowolan, hingga kelas IV dan diteruskan sampai mendapat ijazah di Yogyakarta.
Tahun 1920-1924 Sayuti Melik
melanjutkan pendidikan Sekolah Guru di Solo. Di sana ia belajar nasionalisme
dari guru sejarahnya yang berkebangsaan Belanda, H.A. Zurink. Pada usia belasan
tahun itu, ia sudah tertarik membaca majalah Islam Bergerak pimpinan
K.H. Misbach di Kauman, Solo, ulama yang berhaluan kiri. Ketika itu banyak
orang, termasuk tokoh Islam, memandang Marxisme sebagai ideologi perjuangan untuk
menentang penjajahan. Dari Kiai Misbach ia belajar Marxisme. Perkenalannya yang
pertama dengan Bung Karno terjadi di Bandung pada 1926.
Selanjutnya kehidupan Sayuti Melik
lebih banyak dinikmati di penjara. Pada tahun 1926 ditangkap Belanda karena
dituduh membantu PKI dan selanjutnya dibuang ke Boven Digul (1927-1933). Tahun
1936 ditangkap Inggris, dipenjara di Singapura selama setahun. Setelah diusir
dari wilayah Inggris ditangkap kembali oleh Belanda dan dibawa ke Jakarta,
dimasukkan sel di Gang Tengah (1937-1938). Kemudian tahun 1939-1941
dipenjarakan di Sukamiskin Bandung dan terlibat "Pers delict". Ketika
Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942 ia dipenjarakan lagi karena dituduh
menyebarkan pamflet gelap PKI akhirnya menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia
ia dibebaskan. Ia menjadi anggota susulan PPKI dan turut hadir dalam peristiwa
perumusan naskah Proklamasi. Teks proklamasi tulisan tangan Bung Karno diketik
oleh Sayuti Melik dengan beberapa perubahan kata.
4.
Ahmad
Soebardjo
Mr. Raden
Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (lahir di Karawang, Jawa
Barat, 23 Maret 1896 – meninggal
15
Desember 1978 pada
umur 82 tahun) adalah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, dan
seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia
adalah Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama. Achmad
Soebardjo memiliki gelar Meester in de Rechten, yang
diperoleh di Universitas Leiden Belanda pada
tahun 1933.
Semasa
masih menjadi mahasiswa, Soebardjo aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia
melalui beberapa organisasi seperti Jong
Java dan Persatuan Mahasiswa Indonesia di Belanda. Pada bulan
Februari 1927, ia
pun menjadi wakil Indonesia bersama dengan Mohammad
Hatta dan para ahli gerakan-gerakan Indonesia pada persidangan
antarbangsa "Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Penjajah"
yang pertama di Brussels dan kemudiannya di Jerman. Pada
persidangan pertama itu juga ada Jawaharlal
Nehru dan pemimpin-pemimpin nasionalis yang
terkenal dari Asia dan Afrika.
Sewaktu kembalinya ke Indonesia, ia aktif menjadi anggota Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI),
dan kemudian Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI).
Pada tanggal 16 Agustus 1945 Para pemuda pejuang,
termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana, Shodanco Singgih, dan
pemuda lain, membawa Soekarno dan Moh. Hatta
ke Rengasdengklok.
Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh
Jepang. Peristiwa ini dinamakan Peristiwa Rengasdengklok.
Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang
telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun
risikonya.
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Achmad Soebardjo
melakukan perundingan. Achmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar
Achmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Soekarno dan Moh. Hatta
kembali ke Jakarta. Achmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk
tidak terburu-buru memproklamasikan kemerdekaan.
Konsep
naskah proklamasi disusun oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Soebardjo di
rumah Laksamana Muda Maeda. Setelah selesai dan
beragumentasi dengan para pemuda, dinihari 17 Agustus 1945, Bung Karno pun
segera memerintahkan Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi.
Ayahanda
Sutan Syahrir adalah muhammad Rasad yang juga
bergelar maharaja sutan. Selain sebagai jaksa penuntut umum ternama, ayahnya
adalah penasehat sutan Deli.
Semasa Masih menjadi pelajar AMS Di Bandung, syahrir selaku mengikuti berbagai
kegiatan seni maupun politik,
di antaranya menjadi anggota teater batovis.
Pada
tahun 1931, sekembalinya dari sekolah hukum di amsterdam, sutan syahrir memulai
karir politiknya. Satu tahun kemudian syahrir terpilih sebagai ketua umum partai
pendidikan nasional indonesia baru
(PNI Baru). Namun oada tahun 1934, oleh pemerintah hindia belanda, dia
ditangkap dan diasingkan, antara lain ke Boven Digul (1935); banda neira (1936-1942),
dan sukabumi (1 Februari 1942).
Setelah
proklamasi kemerdekaan, syahrir pernah diangkat sebagai ketua KNIP (Komite
Nasional Indonesia Pusat). Syahrir juga pernah tiga kali memmpin Kabinet
Parlementer. Pada 14 November 1945, syahrir diangkat sebagai perdana menteri termuda didunia saat itu.
Perjanjian
Linggar jati adalah puncak kebehasilan Syahrir dalam Diplomasi. Meskipun isi
perjanjian tersebut banyak yang menentang sehingga kabinet Syahrir jatuh,
perjanjian tersebut banyak mengundang simpati
dan dukungan internasional. Pada tanggal 16 januari 1962, Syahrir bersama-sama
dengan tokoh PSI dan Masyumi ditangkap oleh pemerintahan orde lama dengan
tujuan palsu akan melakukan kudeta dan percobaan pembunuhan terhadap Presiden
RI.
Sutan Syahrir meninggal saat berobat di swiss.
Namun, saat pemakaman, dia dihormati bagai raja. Pemerintah menginstruksikan
pengibaran bendera setengah tiang sebagai peghormatan atas jasa dan
pengorbananya. Berdasarkan SK Presiden RI No.76/1966, Sutan Syahrir diangkat sebagai
Pahlawan Nasional.
Sampai
pertengahan tahun 1944, kedudukan Jepang dalam Perang AsiaPasifik sudah sangat
terdesak. Di berbagai medan pertempuran, Jepang menderita kekalahan. Pada
tanggal 7 September 1944 dalam sidang parlemen Jepang di Tokyo, Perdana Menteri
Kuniaki Koiso (pengganti Tojo) memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian
hari kepada rakyat Indonesia. Pada tanggal 1 Maret 1945 penguasa pemerintah
pendudukan Jepang di Jawa, Letjen Kumakichi Harada mengumumkan terbentuknya
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI =
Dokuritsu Junbi Cosakai).
Ketua
: dr. R.T. Rajiman Wediodiningrat
Anggota
: 60 orang
Tugasnya
: mempelajari dan menyelidiki berbagai hal penting yang menyangkut negara
Indonesia merdeka.
Peresmian
(pelantikan) baru dilangsungkan pada tanggal 28 Mei 1945 di Gedung Cuo Sangi
In, Jakarta. Pelantikan itu dihadiri oleh seluruh anggota dan pembesar Jepang,
yaitu Jenderal Itagaki dan Jenderal Yaiciro.
Pada
saat itu, bendera Merah Putih dikibarkan di samping bendera Hinomoru. Peristiwa
tersebut telah membangkitkan semangat para anggota dalam usahanya mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia. Selama BPUPKI dibentuk telah mengadakan dua kali sidang,
yakni:
a. Masa
Sidang Pertama (29 Mei–1 Juni 1945)
Dalam sidang ini dibicarakan masalah dasar negara. Pada pada
sidang pertama, muncul tiga tokoh pembicara yang mengemukakan konsepnya. Mereka
berturut-turut ialah Mr. Moh. Yamin, Prof. Dr. Mr. Supomo, dan Ir. Soekarno.
Pada tanggal 29 Mei 1945 dalam pidatonya Mr. Muh. Yamin
mengemukakan tentang asas dasar kesatuan negara Indonesia merdeka, yakni
sebagai berikut:
1)
peri kebangsaan;
2)
peri kemanusiaan;
3)
peri ketuhanan;
4)
peri kerakyatan;
5)
kesejahteraan rakyat.
Pembicara kedua, Prof. Dr. Mr. Supomo yang tampil pada
tanggal 31 Mei 1945 dan mengemukakan dasar negara untuk Indonesia merdeka
sebagai berikut:
1)
paham negara kesatuan;
2)
perhubungan negara dan agama;
3)
sistem badan permusyawaratan;
4)
sosialisme Indonesia;
5)
hubungan antarbangsa.
Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno tampil berbicara
tentang dasar negara Indonesia merdeka yang juga atas lima dasar, yakni sebagai
berikut:
1)
kebangsaan Indonesia;
2)
internasionalisme atau peri
kemanusiaan;
3)
mufakat atau demokrasi;
4)
kesejahteraan sosial;
5)
ketuhanan Yang Maha Esa.
Kelima asas itu atas petunjuk seorang ahli bahasa oleh Ir.
Soekarno diberi nama Pancasila, kemudian diusulkan menjadi dasar negara
Indonesia.
Dalam masa sidang tersebut belum di dapat kata sepakat
mengenai dasar negara Indonesia. Sebelum persidangan pertama selesai, diadakan
reses selama satu bulan lebih. Sebelum memasuki reses, Badan Penyelidik
membentuk suatu panitia kecil yang beranggotakan sembilan orang sehingga
dikenal dengan sebutan Panitia Sembilan. Anggota Panitia Sembilan, antara lain
Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. A.A. Maramis, Abikusno Cokrosuyoso,
Abdulkahar Muzakar, Haji Agus Salim, Mr. Achmad Subardjo, K.H.A. Wachid Hasyim,
dan Mr. Moh. Yamin.
Panitia Sembilan diketuai oleh Ir. Soekarno. Mereka
menghasilkan suatu rumusan yang menggambarkan asas dan tujuan terbentuknya
negara Indonesia merdeka, akhirnya diterima dan ditanda tangani pada tanggal 22
Juni 1945. Oleh Moh.Yamin rumusan Panitia Sembilan itu diberi nama Piagam
Jakarta atau Jakarta Charter.
Di dalam Piagam Jakarta Alinea ke-4 dirumuskan asas falsafah
negara Indonesia Merdeka, yaitu sebagai berikut:
1)
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankkan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2)
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3)
Persatuan Indonesia.
4)
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
5)
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Setelah mengalami beberapa perubahan, terutama rumusan dasar negara
(sila pertama), Piagam Jakarta kemudian dijadikan Pembukaan UUD 1945.
b. Masa
Sidang Kedua (10-17 Juli 1945)
Pada sidang yang kedua ini BPUPKItelah membentuk tiga buah
panitia, yakni:
1)
Panitia Perancang UUD, yang diketuai
oleh Ir. Soekarno.
2)
Panitia Ekonomi dan Keuangan, diketuai
oleh Drs. Moh. Hatta.
3)
Panitia Pembela Tanah Air yang diketuai
oleh Abikusno Cokrosuyoso.
Dalam sidang yang kedua, BPUPKI akan membahas adalah
Rancangan Undang-Undang Dasar. Mereka menyetujui bahwa naskah Pembukaan UUD
akan diambilkan dari naskah Piagam Jakarta. Panitia kemudian membentuk panitia
kecil yang diketuai oleh Prof. Dr. Mr. Soepomo untuk merumuskannya.
Selanjutnya, pada tanggal 14 Juli 1945, Ir. Soekarno melaporkan hasil kerja
panitia kecil kepada sidang yang terdiri atas tiga hal berikut.
1)
pernyataan Indonesia merdeka;
2)
pmbukaan Undang-undang Dasar;
3)
batang tubuh Undang-Undang Dasar.
Sidang BPUPKI menerima bulat hasil kerja panitia. Dengan
demikian, BPUPKI telahmenyelesaikan tugasnya sehingga pada tanggal 7 Agustus
1945 dinyatakan bubar. Selanjutnya, Jepang membentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) untuk melanjutkan tugas BPUPKI.
2. Pembentukan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Sebagai
pengganti BPUPKI yang telah menyelesaikan tugasnya maka pada tanggal 7 Agustus
1945 pemerintah Jepang membentuk PPKI atau Dokuritsu Junbi Iinkai. Tiga tokoh
pemimpin nasional, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan dr. Radjiman
Wediodiningrat berangkat ke Dalat (Vietnam Selatan) atas panggilan Jendral
Terauchi, Panglima Tentara Jepang di Asia Tenggara.
Dalam
pertemuannya tanggal 12 Agustus 1945, Jenderal Terauchi menyampaikan kepada
tiga pemimpin Indonesia tersebut bahwa pemerintah Kemaharajaan Jepang akan
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia (direncanakan 24 Agustus). Wilayah
Indonesia akan meliputi seluruh wilayah bekas Hindia Belanda.
Anggota
PPKI berjumlah 21 orang yang terdiri atas wakil-wakil dari seluruh Indonesia
dengan rincian 12 orang wakil dari Jawa, 3 orang wakil dari Sumatra, 2
orang wakil dari Sulawesi, dan masing-masing seorang wakil dari Kalimantan,
Sunda Kecil (Nusa Tenggara), Maluku, dan penduduk Cina. Yang diangkat sebagai
ketua adalah Ir. Soekarno, wakil ketua adalah Drs. Moh. Hatta, sedangkan Mr.
Ahmad Soebarjo diangkat sebagai penasihat.
Oleh
orang Indonesia sendiri, PPKI ditambah enam orang anggota lagi tanpa seizin
pemerintah Jepang. Pada tanggal 14 Agustus 1945, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta,
dan dr. Rajiman Wediodiningrat telah kembali di tanah. Sementara itu, Jepang
telah menyerah kepada Sekutu. PPKI dijadikan badan nasional untuk mewujudkan
kemerdekaan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
BERKOMENTARLAH DENGAN BIJAK DENGAN MENJAGA TATA KRAMA TANPA MENGHINA SUATU RAS, SUKU, DAN BUDAYA