CLICK FOR CLAIM PROMO !

Sabtu, 15 Oktober 2016

GAMBARAN ORANG SUKSES DI INDONESIA DAN DI BALI

Subscribe
1. Bob Sadino
Bob Sadino
Bob Sadino via kopipait.web.id

Terlahir di Lampung, 9 Maret 1939, mendiang pengusaha dengan nama lengkap Bambang Mustari Sadino ini termasuk salah satu pengusaha sukses yang sempat mengalami jatuh-bangun sebelum akhirnya menorehkan kesuksesan besar. Setelah sekitar sembilan tahun menjadi pegawai, Bob memutuskan untuk berhenti dan banting setir menjadi pengusaha. Usaha pertama yang dirintisnya adalah bisnis penyewaan mobil, dengan hanya bermodalkan satu mobil Mercedes dan ia supiri sendiri.
Namun karena musibah kecelakaan yang menimpanya saat mengemudikan mobil yang disewakannya itu, bisnis itupun berhenti di tengah jalan. Tidak putus semangat, ia kemudian beralih profesi sebagai buruh bangunan yang dibayar dengan upah harian. Saat menjadi kuli tersebut, ia melihat adanya peluang bisnis yang lain, bisnis ternak ayam dan telur ayam negeri. Dengan modal pinjaman tetangganya, akhirnya Bob mulai menjalankan bisnis tersebut. Awalnya, Bob menawarkan sendiri dagangannya dari rumah ke rumah di wilayah sekitar tempat tinggalnya, terutama kepada para ekspatriat, di bilangan Kemang, Jakarta Selatan.  Bisnis telurnya tersebut akhirnya berbuah manis dan ia mengembangkan sayap dengan menjual daging dan sayuran hidoponik. Berkat keuletannya, bisnis tersebut sukses dan ia pun mendirikan Kem-Chicks, supermarket ternama yang menjual berbagai macam produk peternakan dan pertanian. Meski sudah sukses, ia tetap tampil sederhana dan kerap kali melayani sendiri para pelanggannya seperti keluarganya sendiri.






2. Susi Pudjiastuti
Susi Pudjiastuti
Susi Pudjiastuti via wordpress.com

Perempuan kelahiran 1965 yang sekarang menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan RI di bawah Presiden Jokowi ini adalah seorang pengusaha yang terkenal tegas. Ia merintis bisnisnya di bidang perikanan dan kemudian maskapai penerbangan dari nol. Setelah memilih untuk berhenti sekolah sebelum lulus SMA, ia memulai usahanya sebagai pedagang pakaian dan bed cover. Setelah melihat potensi wilayah tempat tinggalnya, Pangandaran, sebagai penghasil ikan, Susi lantas memanfaatkannya sebagai peluang bisnis dan beralih ke usaha perikanan. Dengan modal hanya Rp750 ribu hasil dari menjual perhiasannya, ia mulai membeli ikan dari tempat pelelangan dan memasarkannya ke sejumlah restoran. Setelah sempat tersendat, bisnis Susi akhirnya berhasil menguasai bursa pelelangan ikan di Pangandaran dan bahkan kemudian merambah ke ekspor ikan dan lobster.
Bisnis maskapai penerbangannya juga berawal dari bisnis perikanan tersebut. Untuk mengatasi masalah pengiriman ikan yang lambat apabila lewat darat atau laut, Susi membeli sebuah pesawat dari pinjaman bank untuk pengangkutan produk lautnya, yang kemudian berkembang menjadi armada maskapai penerbangan Susi Air yang melayani rute pedalaman dan carter.
3. Reza Nurhilman
Reza Nurhilman
Reza Nurhilman via blogspot.com

Bagi yang belum mengenal nama ini, mungkin Anda lebih mengenal “kripik setan” Maicih. Ya, Reza Nurhilman adalah nama pemuda yang berada di belakang produk keripik singkong ekstra pedas yang populer itu. Reza memulai bisnis keripik singkong ini pada pertengahan 2010 seorang diri saat berusia 23 tahun dengan modal awal 15 juta rupiah. Untuk bisnisnya ini, ia menggandeng satu produsen keripik lokal di Bandung.
Reza mengawali bisnisnya ini dengan melakukan pemasaran sederhana, yakni melalui platform media sosial, Twitter, sebelum mengembangkan sayap dengan menerapkan sistem keagenan yang menggunakan istilah Jenderal agar produknya bisa menggapai konsumen yang lebih luas. Para Jenderal ini memasarkan produknya dengan cara berkeliling atau nomaden.
Pemuda kelahiran Bandung 28 tahun yang lalu ini mengaku kunci kesuksesannya terletak pada cara berpikirnya yang out of the box, yaitu dengan tidak membuka toko seperti kebanyakan penjual sehingga membuat produknya eksklusif.  Melalui Twitter, para jenderal memberitahu informasi lokasi penjualan setiap harinya. Cara pemasaran yang cukup unik ini terbukti berhasil mengangkat nama Maicih di dunia maya. Baru setengah tahun saja, omzet Maicih bisa mencapai Rp7 miliar per bulan. Angka yang fantastis, bukan?
4. Sunny Kamengmau
Sunny Kamengmau
 Sunny Kamengmau via indonesiayoungentrepreneurs.com

Anda pernah mendengar tas tangan merek Robita? Tas Robita yang begitu populer di Jepang ini bahkan kabarnya menjadi idaman oleh semua kalangan sosialita di negara sakura itu. Orang yang berada di balik 'dapur' tas merek Robita ini adalah Sunny Kamengmau, pemuda asal Nusa Tenggara Timur (NTT). Siapa sangka pemuda yang tidak pernah lulus SMA itu akhirnya menjadi pengusaha sukses yang dapat menginspirasi siapa pun yang mendengar kisahnya.
Sunny mengawali bisnisnya dengan modal nekat. Setelah meninggalkan kampung halamannya dan pergi ke Bali, ia bekerja sebagai tukang sapu di sebuah hotel. Selang beberapa lama ia pun diangkat menjadi satpam karena dianggap memiliki etos kerja yang bagus. Selama itu, ia juga memanfaatkan waktunya untuk belajar bahasa Inggris dan bahasa Jepang. Gaji pertamanya ia sisihkan untuk membeli kamus dua bahasa asing tersebut dan mempelajarinya dengan tekun. Keberuntungan mungkin memang berada di pihaknya sejak awal ia dipekerjakan di hotel tersebut, karena di sana ia berkenalan dengan seorang pengusaha asal Jepang yang kemudian memintanya untuk memasok tas kulit ke negaranya. Meski sempat terseok untuk beberapa lama, bahkan hampir kehilangan semua penjahit tas yang bekerja untuknya, Sunny perlahan bisa bangkit dan bisnis tasnya itupun kian diperkokoh hingga mampu memiliki 100 orang karyawan.
5. Gibran Rakabuming
Gibran Rakabuming
Gibran Rakabuming via wordpress.com

Saat ini nama Gibran Rakabuming mungkin sudah dikenal oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia, di luar fakta bahwa ayahnya, Joko Widodo, adalah seorang presiden negara republik Indonesia. Gibran adalah pemilik sebuah bisnis di bidang catering dan wedding organizer dengan nama Chili Pari.
Sebelum menjabat menjadi Walikota Solo, kemudian Gubernur DKI jakarta, dan akhirnya Presiden RI, ayahnya, Joko Widodo merupakan pengusaha mebel. Namun, Gibran memilih untuk merintis usaha sendiri tanpa campur tangan ayahnya. Ia memulai usahanya dengan mengajukan pinjaman ke bank untuk modal. Meski sempat ditolak beberapa kali, akhirnya ia mendapatkan persetujuan dari salah satu bank dan dengan modal pinjaman tersebut ia pun memulai Chili Pari dengan melayani pesanan partai kecil. Berkat kemampuan dan keuletannya sendiri, sekarang Chili Pari sudah banyak menangani order besar dengan jumlah tamu hingga ribuan orang dan usaha Gibran pun semakin berkembang.





6. Nicholas Kurniawan
Nicholas Kurniawan
Nicholas Kurniawan via ceritaprasmul.com

Nama Nicholas Kurniawan mungkin belum terlalu familiar di telinga Anda, namun saat ini di usianya yang masih sangat belia, 20 tahun, ia sudah sukses menjadi eksportir ikan hias termuda di Indonesia. Semua berawal dari kondisi keluarganya yang terpuruk dan terlilit utang, dan Nicholas pun berniat untuk mengubah nasibnya. Sempat mencoba berbagai bisnis mulai dari asuransi, makanan, MLM, dan mainan, jatuh bangun dan bahkan sempat tidak naik  kelas saat kelas 2 SMA, ia mulai bangkit kembali dan mencoba peruntungannya dengan menjual ikan hias secara online melalui situs Kaskus. Meski sempat beberapa kali ditipu oleh calon pembeli, bisnis ikan hias Nicholas kini sudah menjangkau luar negeri dan dalam sebulan omzetnya bisa mencapai lebih dari Rp100 juta.
7. Hamzah Izzulhaq
Hamzah Izzulhaq
Hamzah Izzulhaq via makeindonesia.com

Pemuda kelahiran 1993 ini sudah membuktikan diri sebagai pengusaha muda yang sukses. Sejak kecil, ia sudah terlihat memiliki bakat berbisnis, yakni dengan berjualan kelereng, petasan, hingga koran. Ia juga pernah menjadi tukang parkir dan ojek payung. Saat tengah mengikuti seminar bisnis pelajar ketika masih duduk di bangku SMA, Hamzah ditawari usaha waralaba bimbingan belajar oleh seorang pemuda yang juga masih muda namun sudah memiliki bimbingan belajar dengan 44 cabang. Dengan bermodal uang Rp5 juta dan pinjaman Rp70 juta dari ayahnya, ia membeli salah satu cabang yang kebetulan ditawarkan untuk diambilalih seharga Rp175 juta. Sisanya yang sebesar Rp100 juta dibayar dengan dicicil dari keuntungan setiap semester. Usahanya itu semakin berkembang, dan kini Hamzah sudah memiliki 3 lisensi waralaba bimbel dengan jumlah siswa di atas 200 orang setiap semester. Sejak akhir 2011, bisnis Hamzah telah resmi berbadan hukum dengan nama CV Hamasa Indonesia. Pemuda 22 tahun ini menjabat sebagai direktur utama.
8. Yasa Singgih
Yasa Singgih
Yasa Singgih via money.co

Terlahir dari keluarga biasa-biasa saja, anak kelahiran 1995 ini memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis sejak sangat belia. Sejak berusia 15 tahun, setelah ayahnya terkena serangan jantung dan harus dioperasi, ia mulai mencari uang sendiri dengan menjadi pembawa acara di berbagai acara ulang tahun dan musik. Selain itu, masih di usia yang sama, ia mulai berbisnis online dengan menjual lampu hias, namun tidak bertahan lama karena persoalan pemasok. Setahun kemudian, di usia 16 tahun, Yasa beralih ke bisnis mode. Sempat jatuh bangun dan diremehkan orang, hingga rugi ratusan juta rupiah dari berbagai bisnis, sebelum akhirnya ia berhasil membangun brandpakaian sendiri dengan mengusung nama Mens Republic. Selain itu, ia juga mengelola usaha konsultasi manajemen bernama MS Consulting serta kompleks perumahan dalam bentuk kavling tanah di Bogor.






I Gusti Ngurah Anom, Milyarder yang Tak Tamat SMP


Raja oleh-oleh dari Bali, Igusti Ngurah Anom
Raja oleh-oleh dari Bali, I Gusti Ngurah Anom
I Gusti Ngurah Anom adalah pengusaha konveksi di Denpasar, Bali. Meski sudah menjadi pimpinan perusahaan yang sukses, Anom masih sering turun langsung mengawasi pekerjaan ratusan karyawannya.
Sukses yang diraih Anom tak datang begitu saja. Terlahir dari pasangan petani miskin, Anom tak bisa menamatkan bangku sekolah menengah pertama. Anom juga sempat lari dari rumah tanpa uang sepeserpun. Ia bertahan hidup jadi tukang cuci mobil tamu hotel selama dua tahun. Setelah kerja serabutan, Anom bekerja di perusahaan konveksi milik saudaranya. Anom kemudian memulai usaha konveksi bersama dengan pengusaha yang telah sukses.
Anom mulai memberanikan diri membuka usaha konveksi sendiri 15 tahun lalu dengan modal Rp 30 juta. Pada tahun 2000 usahanya berkembang pesat menjadi salah satu konveksi terbesar di Bali. Lima tahun kemudian Anom memperluas jenis usahanya dengan menambah pusat oleh-oleh khas Bali. Usaha itu pun kini sudah berkembang dengan omzet Rp 500 juta hingga satu miliar rupiah per bulan.
Sukses menjadi pengusaha tak membuat Anom lupa akan sekelilingnya. Ia aktif membina pengusaha kecil menengah. Salah satunya Ngurah Padma Wisnu. Dengan modal awal Rp 100 juta pada tahun 2004, ia kini sudah bisa meraih penghasilan Rp 80 juta per bulan dengan mempekerjakan 100 orang lebih karyawan.





Niluh Djelantik, Wanita Bali Pengusaha Sukses Jajah 20 Negara di Dunia
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXy_egNIs0KVcdvJN_Gv2tPMQt6sJhYMndzh5QwjzEO_G2DKzl0S4XE-W1OdR26jBPEUWnnqZQVKAt0u0pZkcNiv26A4eDHbHqicf8hUWHsP4QAJe7RXou83mIRE_DksvcJbU9zRQJyfup/s1600/Niluh-Djelantik-projectingindonesia-300x200.jpg
SPC, Denpasar – Bagi pecinta sepatu, nama Niluh Djelantik berarti sebuah kenyamanan berbalut cinta dan gairah. Nama yang juga membawa sepatu produk dalam negeri berkiprah di industri fesyen bahkan menembus pasar dunia. Cinta dari Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik terhadap sepatu terutama high heels yang membuat karyanya mendapat tempat istimewa.
Semua berawal dari cinta. Sejak kecil, Niluh memang menaruh perhatian lebih pada alas kaki. Klise, karena Niluh kecil tak penah mendapat sepatu yang pas. Sebagai orangtua tunggal, ibu Niluh berjuang agar bisa menyekolahkan putrinya di tempat terbaik. “Mama lebih fokus pada pendidikan, jadi [sepatu] harus diganjel sama kain karena dua atau tiga ukuran lebih besar,” kenang Niluh, seperti dikutip, Sabtu (16/2/2013).
Kadang, sepatu Niluh keburu rusak atau berlubang saat ukuran mulai pas di kaki. Kesederhanaan itulah yang membuat Niluh berangan-angan untuk memiliki sepatu yang pas di kaki. “Ma, nanti kalau aku sudah gede, sudah bisa kerja sendiri, aku beli sepatu yang pas deh,” citanya kepada sang ibu. Setamat SMA,  Niluh meneruskan pendidikan di Jakarta sesuai dengan keinginan ibunya. Niluh kuliah di manajemen keuangan Universitas Gunadarma mulai 1994. Setahun di Jakarta, Niluh belajar mencari kerja agar bisa mandiri. Pekerjaan pertama, operator telepon di sebuah perusahaan tekstil asal Swiss.

 

 

 

 

 

 

 

 

 


I Komang Sugiarta: Dari Supir Angkot, Banting Stir Menjadi Pengusaha Sukses

http://s26.postimg.org/kh1e53qqx/IMG_0426.jpg
Siang malam mengipasi sate di atas arang merah. Kepulan asapnya tak menyurutkan semangatnya mencari penghidupan. Tekad ingin berdiri dengan kaki sendiri menghantarkan I Komang Sugiarta menjadi pengusaha sukses. 
        Dalam perjalanan hidup banyak menemui berbagai rintangan. Itulah yang dialami I Komang Sugiarta. Pria bertubuh jangkung ini memiliki usaha ‘Pondok Sate’ yang bergerak dalam dunia kuliner dan namanya  sedang naik daun. Sebelum mencapai puncak kesuksesan seperti sekarang, pria berusia 35 tahun itu awalnya seorang supir angkot yang banting stir menjadi pengusaha sukses.
“Awalnya saya seorang supir angkot, akan tetapi karena tekad ingin berdiri dengan kaki sendiri dan tidak ingin mengandalkan penghasilan dari menyopir angkot yang sangat sedikit,” kenang pria kelahiran Denpasar, 21 Mei 1979 ini. Karena hal itu, ia pun memutuskan untuk menjual angkotnya sebagai modal membuka sebuah pondok sate.
        Pria penyuka masakan Bali itu pernah mengalami pasang dan surut dalam berwirausaha. Ketika awal usahanya berdiri pada tahun 2010, pondok sate masih sepi pengunjung karena ia belum memiliki ketrampilan dan masih belajar menciptakan cita rasa yang cocok di lidah masyarakat Bali. “Pernah sampai keluarga saya tidak  makan dalam sehari karena sepi pengunjung. Namun, seiring berjalannya waktu, pondok sate itu semakin ramai pembeli dan membuka cabang diberbagai daerah.” cerita pria dibawah naungan zodiak gemini itu.

         Meski sudah mencapai sukses, ayah dari dua orang anak ini mengaku lebih senang berwirausaha mandiri. Meski begitu, ia tetap menjunjung pakem-pakem adatnya. “Menjadi sekarang ini karena saya ingin berdiri dengan kaki sendiri, namun terlepas dari itu semua, saya tidak ingin mengesampingkan adat karena alasan pekerjaan,” ungkapnya. (des/svt)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERKOMENTARLAH DENGAN BIJAK DENGAN MENJAGA TATA KRAMA TANPA MENGHINA SUATU RAS, SUKU, DAN BUDAYA

SIMAK JUGA ARTIKEL DAN MAKALAH LAINNYA

Soal UAS PKN TAHUN 2017