Subscribe
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di era globalisasi ini masalah kesehatan
semakin kompleks di masyarakat seperti yang kita ketahui bersama bahwa derajat
kesehatan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : faktor lingkungan,
prilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Berbagai macam penyakit atau
gangguan kesehatan bisa timbul dari beberapa faktor tersebut, salah satunya
adalah penyakit yang menyerang sistem pernapasan diantaranya adalah asma
bronkiale.
Asma berasal dari kata “Ashtma” yang diambil dari bahasa
yunani yang berati “sukar bernapas”. Penyakit Asma merupakan proses inflamasi
kronik saluran pernapasan yang melibatkan banyak sel dan elemennya. (GINA (Global Initiative for Asthma) 2011).
Asma
merupakan suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktifitas
terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini
bersifat berulang namun revesible. (Sylvia A.price, di kutip dalam Nanda NIC –
NOC 2015 jilid 1).
Pada sebagian besar penderita tidak menyadari gejala-gejala
seperti batuk ringan berkepanjangan, flu dan sensitif terhadap debu dan asap.
Pada umunnya penderita berobat saat sudah sesak napas berat. Gejala tersebut
dapat saja merupakan gejala asma yang jika tidak segera ditangani akan
menyebabkan tubuh menjadi sangat peka terhadap pemicu asma.
Seseorang yang menderita penyakit asma tidak akan bisa benar-benar
sembuh dari penyakitnya. Walaupun sembuh hanya gejalanya saja yang hilang,
umumnya penderita asma mengeluhkan adanya serangan dan gangguan pada aktivitas
sosial dan aktivitas sehari-hari. Mereka juga mengharapkan hidup berkualitas
layaknya orang normal. Dengan asma yang terkontrol, penderita asma dapat hidup
dengan kualitas yang baik, oleh karena itu penderita perlu menghindari
faktor-faktor pencetus tersebut, gaya hidup sehat dapat pula mengontrol gejala
asma dengan efek yang ditimbulkan (Jurnal ilmial psikologi terapan, 2014).
Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu
dekat akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya, apalagi bila karena
pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita selalu harus
berhadapan dengan faktor allergen yang menjadi penyebab asma. Apabila hal itu
tidak ditangani dengan cepat akan menyebabkan jalan napas rusak secara
permanen, serta akan terjadi komplikasi yang mungkin terjadi seperti
atelektasis, hipoksemia, pneumothorak, enfisema, serta dapat menyebabkan
kematian karena gagal napas.
Tingginya angka kematian akibat asma banyak karena kontrol
asma yang buruk. Hal ini juga karena sikap pasien dan dokter yang sering kali
meremehkan tingkat keparahannya (Risnawaty,2011). Buruknya kualitas udara dan
berubahnya pola hidup masyarakat di perkirakan menjadi penyebab meningkatnya
penderita Asma. Asma bronkiale atau penyakit saluran pernapasan kronik
merupakan masalah kesehatan yang serius di berbagai negara di seluruh dunia.
Berdasarkan data (WHO, 2002) dan (GINA, 2011), di seluruh
dunia di perkirakan terdapat 300 juta orang menderita asma dan tahun 2025 di
perkirakan jumlah pasien asma mencapai 400 juta. Penyakit asma hingga kini
menjadi masalah kesehatan hampir di semua negara di dunia, diderita oleh
anak-anak hingga orang dewasa. Prevalensi asma di dunia sangat bervariasi dan
penelitian epidemiologi menunjukkan peningkatan kejadian asma, terutama di
negara-negara maju. Data WHO memperkirakan, pada tahun 2025 di seluruh dunia
terdapat 255.000 jiwa meninggal karena asma. Jumlah ini dapat meningkat lebih
besar karena asma merupakan penyakit yang un-derdiagnosed.
Sebagian besar atau 80% kematian justru terjadi di negara-negara berkembang.
Data dari berbagai negara menunjukan bahwa prevalensi penyakit asma berkisar
1-18% (GINA, 2011)
Di Indonesia asma masuk dalam sepuluh besar penyebab
kesakitan dan kematian, diperkirakan sampai 10% penduduk mengidap asma dalam
berbagai bentuknya dengan jumlah penderita tahun 2011 sebanyak 14.624. Selain
mengganggu aktivitas, asma tidak dapat disembuhkan. Bahkan, dapat menimbulkan
kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
Menurut data,
prevalensi asma di Bali berkisar antara 6,2%
lebih tinggi dari angka nasional sebesar 4,5. (Riskesdas, 2013
Balitbankes, Kemenkes RI). Berdasarkan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas II Denpasar Selatan dalam kurun waktu tiga bulan terakhir (Januari -
Maret) menunjukan bahwa jumlah kunjungan kasus pasien ke Puskesmas II Denpasar
Selatan sebanyak 6.292 kunjungan dengan jumlah penderita penyakit asma
berjumlah 14 orang dengan presentasenya 0,22% yang menderita penyakit asma.
Menurut Judarwanto (2011) tingginya kejadian asma karena
faktor genetik dan faktor pencetus. Faktor genetik merupakan bakat pada
seseorang yang ditandai terdapatnya gen tertentu pada seseorang pengidap asma.
Gen didapat karena diturunkan untuk menjadi “sakit” asma, faktor keturunan saja
tidak cukup, harus ada faktor pencetus. Faktor pencetus dapat digolongkan
menjadi faktor pencetus dari luar tubuh dan dalam tubuh. Yang termasuk faktor
pencetus dari dalam tubuh yaitu infeksi saluran nafas, stres, aktivitas,
olahraga, maupun emosi berlebihan. Faktor pencetus dari luar tubuh yaitu debu
(debu rumah), serbuk bunga, bulu binatang, zat makanan, minuman, obat tertentu,
zat warna, bau-bauan, bahan kimia, polusi udara, serta perubahan cuaca atau
suhu.
Melihat hal tersebut dapat mengancam jiwa manusia pada masalah-masalah
yang timbul pada penyakit asma, perawat dituntut untuk mempunyai keterampilan
disertai ilmu pengetahuan keperawatan yang cukup dalam memberikan asuhan
keperawatan dalam konteks keluarga, dengan harapan keluarga mampu mengenal,
memutuskan, merawat, memodifikasi serta memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada, yang nantinya akan dapat meningkatkan kualitas hidup
penderita asma dengan penatalaksaan asma yang tepat.
Berdasarkan data prosentasi diatas yang menyatakan tingginya asma
bronkiale yang di temukan penulis di Puskesmas II Denpasar Selatan, maka
penulis tertarik melakukan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga dengan
permasalahan utama yang ingin diungkapkan kemampuan keluarga dalam merawat
penyakit asma bronkiale yang diderita oleh salah satu anggota keluarga dengan
menggunakan metode proses keperawatan serta motivasi keluarga untuk menerapkan
budaya hidup sehat. Apabila kasus ini tidak di tangulangi dengan menggunakan
pendekatan konsep asuhan keperawatan keluarga dengan kasus asma bronkiale akan
terjadi peningkatan penderita asma yang cukup signifikan dan bisa mengakibatkan
kematian. Setelah di lakukan asuhan keperawatan keluarga penulis mengarapkan
akan bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat disekitarnya untuk meminimalkan
kekambuhan penyakit asma dengan menghidari faktor penyebab, demikian pula bagi
institusi pendidikan untuk dapat meningkatkan asuhan keperawatan kepada
penderita asma secara signifikan. Ujungnya kualitas hidup penderita meningkat
dengan tingkat keluhan minimal, tetapi memiliki aktivitas yang maksimal.
B.
Tujuan
1. Tujuan
umum
Untuk mendapatkan gambaran umum
tentang asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit asma bronkiale.
2. Tujuan
Khusus
a. Mampu
melakukan pengkajian keperawatan keluarga dengan penyakit asma bronkiale.
b. Mampu
menyusun perencanaan keperawatan keluarga dengan penyakit asma bronkiale.
c. Mampu
melaksanakan tindakan keperawatan keluarga dengan penyakit asma bronkiale.
d. Mampu
melakukan evaluasi keperawatan keluarga dengan penyakit asma bronkiale.
C.
Metode
Penulisan
Dalam
penulisan laporan ini penulis menggunakan metode diskriptif dengan teknik
pengumpulan data : wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi
dokumentasi.
D.
Sistematika Penulisan
Secara garis besar laporan kasus ini dibagi menjadi empat Bab yaitu : Bab I
yaitu pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II yaitu Tinjauan Teoritis dan
Tinjauan Kasus yang terdiri dari : Tinjauan Teoritis yang menguraikan tentang
konsep dasar keluarga yang terdiri dari pengertian keluarga, fungsi keluarga,
tipe keluarga, tingkat perkembangan keluarga, tingkat perkembangan keluarga
sesuai tahap perkembangannya, struktur keluarga dan lima tugas keluarga dalam
bidang kesehatan, konsep dasar kasus terdiri dari pengertian, etiologi,
potofisiologi, pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan medis, Konsep dasar
asuhan keperawatan keluarga yang terdiri dari pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Bab III yaitu pembahasan yang menguraikan tentang
kesenjangan antara teori dan kasus yang terdiri dari pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi dan Bab IV yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan
dan saran–saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN TINJAUAN KASUS
A. Tinjauan Teori
1.
Konsep Dasar
Keluarga
a.
Pengertian
Keluarga
Keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantugan. (Dapertemen Kesehatan RI, 1989 ; dikutip dalam buku
Keperawatan Keluarga Abi muhlisin, 2012;10)
(Friedman, 2002 ;
dikutip dalam buku Keperawatan Keluarga Abi muhlisin, 2012;11) Menguraikan
bahwa keluarga adalah kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam perkawinan,
ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah.
Keluarga adalah satu
atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional
dan mengembangkan dalam ikatan social, peran dan tugas. (Spradley dan Allender,
1996; dikutip dalam buku Padila Keperawatan keluarga, 2012).
Kesimpulannya keluarga
merupakan kumpulan dari beberapa orang yang mempunyai ikatan darah atau di
hubungkan melalui ikatan lain seperti pekawinan, adopsi yang tinggal dalam satu
atap, dan menggunakan peralatan sehari-hari secara bersama dan saling mempunyai
tingkat ketergantungan untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya dan
mempunyai tujuan untuk meningkatkan perkemabangan dan mempertahankan
kebudayaan.
b.
Fungsi
Keluarga
1) Fungsi
Afektif
Fungsi ini berkaitan dengan fungsi
internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif
berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial keluarga. Keluarga harus memenuhi
kebutuhan kasih sayang anggota keluarganya karena respon kasih sayang satu
anggota keluarga ke anggota keluarga lainnya memberikan dasar penghargaan
terhadap kehidupan keluarga.
2) Fungsi
Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi
Sosialisasi merupakan proses
perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan
belajar berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi merujuk pada banyaknya
pengalaman belajar yang di berikan dalam keluarga.
3) Fungsi
reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan
keturunan dan menambah sumber daya manusia dengan memelihara dan membesarkan
anak. Dan menjamin kontinuitas antar generasi keluarga dengan menyediakan
anggota baru untuk masyarakat.
4) Fungsi
Ekonomi Keluarga
Fungsi dengan mencari sumber
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluargaseperti kebutuhan
makanan, tempat tinggal, pakaian dan lain sebagainya.
5) Fungsi
Perawatan Kesehatan
Fungsi keluarga yang
memiliki tugas untuk memelihara kesehatan anggota keluarganya agar tetap
memiliki produktivitas dalam menjalankan perannya masing masing.
Menurut (BKKBN 1992,dikutip
dalam Abi Muhlisin,2012,hal. 26) yaitu :
1) Fungsi
keagamaan
Memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama dan tugas
kepala keluarga untuk menanamkan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur
kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
2) Fungsi
sosial budaya
Membina sosialisasi
pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3) Fungsi
cinta kasih
Memberikan kasih
sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
4) Fungsi
melindungi
Melindungi anak dari
tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindungi
dan merasa aman.
5) Fungsi
reproduksi
Meneruskan
keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memelihara dan merawat anggota
keluarga.
6) Fungsi
sosialisasi dan pendidikan
Mendidik anak sesuai
dengan tingkat perkembangannya, menyekolahkan anak, bagaimana keluarga
mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
7) Fungsi
ekonomi
Mencari sumber penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan keluarga
untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga
di masa mendatang.
8) Fungsi
Pembina lingkungan
Membina kesadaran,
sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang
antara lingkungan hidup masyarakat sekitar dan keluarga menuju keluarga kecil yang
sejaterah.
c.
Tipe
Keluarga
Pembagian tipe
keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokan. Secara
tradisional tipe keluarga dikelompokan menjadi 2 (Abi Muhlisin, 2012,hal. 14):
1) Keluarga
Tradisional
a) Keluarga
inti (the Nuclear family) adalah
suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau angkat).
b) Keluarga
besar (The extended family) adalah
suatu rumah tangga inti yang ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai
hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, bibi.
c) Keluarga
“Dyad”(The dyad family) adalah suatu keluarga yang terdiri dari suami dan
istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam suatu rumah.
d) Orang
tua tunggal(Single-parent) adalah
suatu rumah tangga yang terdiri dari suatu orang tua dengan anak (kandung atau angkat), dan
dapat di sebabkan oleh perceraian atau kematian.
e) Thesingle adult living alone/single adulf
family adalah suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa
yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal
mati).
f) Blended family adalah Duda atau janda
(karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya.
g) Kin-network family adalah Suatu keluarga
inti yang tinggal dalam suatu rumah atau saling berdekatan dan saling
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama (contoh: dapur, kamar mandi,
televisi, telepon, dan lain-lain).
h) Multigenerational family adalah suatu
keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam
suatu rumah.
i) Commuter family adalah suatu keluarga
yang bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai
tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar bisa berkumpul pada keluarga
saat liburan.
j) Keluarga
usila adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari suami-istri yang berusia
lanjut dengan anak yang sudah memisahkan diri.
k) “Composit family” adalah suatu keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup bersama.
l) The chlildless family adalah suatu
keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karier /pendidikan yang
terjadi pada wanita.
2. Keluarga
Non Tradisional menurut((Abi Muhlisin, 2012, hal. 16):
a) “The unmarried teenage mother” adalah
keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan
tampa nikah.
b) “Commune family” adalah keluaga yang
tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
c) “The nonmarital heterosexsual cohabiting
family” adalah keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan
tampa melalui pernikahan.
d) ”Gay and lebian family” adalah dua
individu yang sejenis atau mempunyai persamaan sex hidup bersama dalam satu
rumah tangga sebagaimana “martial
pathners”
e) “Cohabitating couple” adalah orang dewasa
yang hidup bersama di luar ikatan pernikahan karena beberapa alasan tertentu.
f) “Group-marriage family” adalah beberapa
orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling
merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk
sexsual dan membesarkan anak.
g) “Group network family” adalah keluarga
inti yang dibatasi oleh setengah aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama
lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan
bertanggung jawab membesarkan anaknya.
h) “Foster family” adalah keluarga yang
menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam waktu
sementara, pada saat orang tau anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
i) “Homeless family” adalah keluarga yang
terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen dengan keadaan ekonomi
dan atu problem kesehatan mental.
j) “Gang/together family” adalah sebuah
bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam
kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
d.
Tahap
perkembangan keluarga
Bukan hanya individu
saja yang memiliki tahap perkembangan, keluargapun memiliki tahap perkembangan
dengan berbagai tugas perkembangan yang harus diselesaikan tahapannya. Dibawah
ini akan diuraikan perkembangan keluarga menurut konsep (Abi Muhlisin, 2012,
dalam duvlla dan miller 1986, hal. 41) yaitu :
1) Tahap
I : Keluarga Pasangan Baru (juga menunjukkan pasangan menikah atau tahap
menikah), tugasnya yaitu :
a) Membina
hubungan intim yang memuaskan.
b) Membina
hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.
c) Mendiskusikan
rencana memiliki anak.
2) Tahap
II : Keluarga menunggu kelahiran anak pertama adalah (bayi sampai 30
bulan), tugasnya yaitu :
a) Persiapan
menjadi orang tua.
b) Adaptasi
dengan perubahan anggota keluarga peran, interaksi, hubungan seksual dan
kegiatan.
c) Mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3) Tahap
III : Keluarga Dengan Anak Pra Sekolah (anak pertama berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun), tugasnya yaitu :
a) Memenuhi
kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa
aman.
b) Membantu
anak bersosialisasi.
c) Beradaptasi
dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus
terpenuhi.
d) Mempertahankan
hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar keluarga.
e) Pembagian
tanggung jawab keluarga.
f) Kegiatan
dan waktu untuk stimulasi tubuh dan kembang anak.
4) Tahap
IV : Keluarga Dengan Anak Sekolah (Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah
pada usia 6-12 tahun), tugasnya yaitu :
a) Membantu
sosialisasi anak, tetangga, sekolah dan lingkungan.
b) Mempertahankan
keintiman pasangan.
c) Memenuhi
kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk
meningkatkan kesehatan keluarga.
5) Tahapan
V : Keluarga Dengan Anak Remaja (Tahapan ini dimulai dari anak berusia 13 tahun
dan berhakhir sampai 6-7 tahun kemudian), tugasnya yaitu :
a) Memberikan
kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab meningkat remaja yang sudah
bertahan dewasa dan meningkat otonominya.
b) Mempertahankan
hubungan yang intim dalam keluarga.
c) Mempertahankan
komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan dan
kecurigaan.
d) Perubahan
sistem peranan dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
6) Tahapan
VI : Keluarga Dengan Anak Dewasa(pelepasan). Tahapan ini dimulai pada saat anak
yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir
meninggalkan rumah.
a) Memperluas
keluarga inti menjadi keluarga besar.
b) Mempertahankan
keintiman pasangan.
c) Membantu
orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.
d) Membantu
anak untuk mandiri di masyarakat.
e) Penataan
kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7)
Tahapan VII : Keluarga Usia Pertengahan (Tanpa jabatan
atau Pensiunan), tugasnya yaitu :
a)
Mepertahankan kesehatan.
b)
Mempertahankan hubungan yang memisahkan dengan teman
sebaya dan anak-anak.
c)
Meningkatkan kekuatan pasangan.
8)
Tahapan VIII : Keluarga Usia Lanjut, tahap terakhir
perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut
saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal, tugasnya yaitu :
a)
Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b)
Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan.
c)
Mempertahankan keakraban suami istri dan saling
merawat.
d)
Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial
masyarakat.
e)
Melakukan life
review.
e.
Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana
keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Ada beberapa struktur keluarga
yang ada di Indonesia diantaranya adalah (menurut padila,2012,hal. 24).
1) Patrilineal
Adalah
keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi,dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
2)
Matrilineal
Adalah
keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi,dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.
3)
Matriloka
Adalah
sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4)
Patriloka
Adalah
sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5)
Keluarga kawin
Adalah
ada hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami
istri.
f. Lima Tugas Keluarga dalam bidang Kesehatan
Kesanggupan
keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan terhadap anggotanya dapat dilihat
dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan (Frieman, 1998, dalam padila,
2012,hal.36) meliputi:
1)
Mengenal masalah kesehatan.
Bagaimana
persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan
gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.
2)
Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
Sejauhmana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah
dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap masalah yang
dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sikap negative dari
keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana sistem pengambilan keputusan
yang dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
3)
Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan
perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap
keluarga terhadap yang sakit
4)
Mempertahankan suasana rumah yang sehat.
Seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya
pencegahan, pemeliharaan lingkungan rumah dan dalam menata lingkungan didalam
dan diluar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5)
Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Seperti
kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga
terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau
oleh keluarga serta adakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan
keluarga terhadap fasilitas kesehatan.
2. Konsep
Dasar Penyakit Asma Bronkiale
a.
Pengetian
Asma adalah penyakit
jalan napas obtruktif intermiten, reversible dimana trakea dan bronchi berespon
dalam secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (smeltzer,2002 :611,
dikutipdalam padila,2013).
Asma adalah penyakit inflamasi
kronik pada jalan nafas yang di karakteristikan dengan hiperresponsivitas,
edema mukosa, dan produksi mokus, Inflamasi ini pada akhirnya berkembang
menjadi episode gejala asma yang berulang : batuk, sesak dada mengi, dan
dispnea. (Hinkle, J, L., dan Cheever, K.H, 2010 dikutif dalam buku keperawatan
medikal-bedah edisi 12 tahun 2013)
Asma adalah suatu
kelainan berupa inflamasi kronik saluran pernapasan yang menyebabkan
hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang di tandai dengan
gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di
dada terutama pada malam atau dini hari yang bersipat reversibel baik dengan
atau tanpa pengobatan(Depkes RI, 2009).
Klasifikasi asma berdasarkan berdasarkan
berat penyakit:
1) Tahap
I : Intermitten
Penampilan
klinik sebelum mendapatkan pengobatan :
a) Gejala
intermitten kurang 1 kali dalam seminggu.
b) Gejala
eksaserbasi singkat.
c) Gejala
serangan asma malam hari kurang dari 2 kali sebulan.
d) Asimptomatis
dan nilai fungsi paru normal di antara periode eksaserbasi.
2) Tahap
II : Persisten ringan
Penampilan klinik sebelum
mendapatkan pengobatan :
a) Gejala
lebih dari satu kali dalam seminggu, tapi kurang dari satu kali dalam sehari.
b) Gejala
eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan tidur.
c) Gejala
serangan asma malam hari lebih dari 2 kali dalam sebulan.
3) Tahap
III : Persisten sedang
Penampilan klinik sebelum
mendapatkan pengobatan :
a) Gejala
harian.
b) Gejala
eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur.
c) Gejala
serangan asma pada malam hari lebih dari 1 kali dalam seminggu.
d) Pemakian
inhalasi jangka pendek B2 agonis setiap hari.
4) Tahap
IV : Persisten berat
Penampilan klinik sebelum
mendapatkan pengobatan :
a) Gejala
terus menerus.
b) Gejala
eksaserbasi sering.
c) Gejala
serangan asma pada malam hari sering.
d) Aktivitas
fisik sangat terbatas.
b.
Etiologi
1) Faktor
Host :
a) Genetik.
Data terakhir menunjukan
bahwa gen terlibat dalam patogenesis asma.
b) Obesitas.
Obesitas juga sebagai
faktor resiko asma, mediator seperti leptin dapat mempengaruhi fungsi saluran
pernapasan dan meningkatkan kejadian asma.
c) Sek/Jenis
kelamin.
Jenis kelamin laki-laki
merupakan faktor resiko asma pada anak-anak, kejadian asma pada usia dibawah 14
tahun dua kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan dan pada usia
dewasa kejadian asma lebih besar pada wanita dibanding laki-laki. Kenapa perbedaan
antara jenis kelamin ini terjadi tidak diketahui secara pasti, tetapi ukuran
paru-paru pada laki-laki saat baru lahir lebih kecil dibanding wanita,
sedangkan pada usia dewasa ukuran paru-paru laki-laki lebih besar.
2) Faktor Lingkungan :
a) Allergen
Allergen didalam dan
diluar ruangan diketahui dapat menyebabkan eksaserbasi dari asma. Beberapa
studi menunjukan bahwa sensitisasi dari allergen debu rumah (dust mite), bulu kucing, bulu anjing
merupakan faktor resiko untuk terjadinya asma.
b) Infeksi
Seperti virus parainfluensa dan virus respiratory syncytial dapat
menimbulkan gambaran gejala bronkiolitis yang sama dengan gambaran asma pada
masa anak-anak.
c) Rokok
Rokok berhubungan dengan
perburukan fungsi paru pada individu dengan asma dan memperberat derajat asma.
d) Polusi
udara
Meningkatnya kejadian
eksaserbasi asma berhubungan dengan peningkatan derajat polusi udara dan adanya
allergen spesifik yang memicu asma.
e) Diet
Beberapa data lain menunjukan bahwa diet yang
rendah antioksida (buah-buahan, sayuran) berkontribusi terhadap peningkatan
kejadian asma.
c.
Patofisiologi
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus revesible. Obstruksi di sebabkan oleh
satu atau lebih dari kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi, yang
menyempitkan jalan nafas, atau pembekakan membrane yang melapisi bronkhi, atau
pengisian bronkhi dengan bronkus yang kental. Selain itu, otot-otot bronkhi dan
kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental banyak di hasilkan dan alveoli
menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru.
Mekanisme yang pasti dari perubahan ini belum diketahui, tetapi adayang paling
diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan sistem otonom.
Beberapa
individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan
mereka. Antibodi yang dihasilkan (lgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam
paru. Pemanjangan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan
antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti
histamin, bradikinin, dan prostaglandin, pembekakan membran mukosa dan
pembentukan mukus yang sangat banyak.
Sistem
saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh influs saraf
vagel melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau nonalergik, ketika
ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan,
dingin, merokok, emosi, dan polutan, jumlah asiltelkolin yang dilepaskan
meningkat. Pelepasan asetikolin ini secara langsung menyebabkan bronkokontriksi
merangsang pembentukan mediator kimiawi yang dibahas di atas. Individu dengan
asma dapata mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.
Selain
iti, respon α- dan β- adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam
bronki. Ketika reseptor α- adrenergik dirangsang terjadi bronkokontriksi,
bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β- adrenergik di rangsang. Kesimbangan
antara reseptor α- dan β- adrenergik dikendalikan terutama oleh siklik adenosin
monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor alfa mengakibatkan penurunan cAMP, yang
mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang di lepaskan oleh sel mast
bronkokontriksi. Stimulasi reseptor beta adregenik mengakibatkan peningkatan
cAMP, yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan menyebabkan bronkodilatasi.
Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan β- adrenergik terjadi pada individu
dengan asma. Akibatnya, asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator
kimiawi dan kontruksi otot polos. (Andre saferi & Yessie putri, dikutip
dalam buku Keperawatan Medikal Bedah, 2013 ; 189).
d.
Faktor
pencetus asma bronkiale
Menurut Arif Muttagin
(2008) faktor pencetus serangan asma yaitu :
1) Allergen
Zat-zat tertentu yang
bila dihisap atau dimakan dapat menimbulkan serangan asma.Misalnya debu rumah, tengau
debu rumah(dermatophagoidespteronissynus),
spora jamur, bulu kucing dan bulu binatang lainnya.
2) Infeksi
Saluran Pernapasan
Infeksi Saluran
Pernapasan terutama disebabkan oleh virus.Virus influenza merupakan salah satu
faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asma bronkiale.
3) Tekanan
Jiwa
Tekanan jiwa bukan
penyebab asma tetapi pencetus asma, faktor ini berperan mencetuskan serangan
terutama pada orang yang agak labil kepribadiannya dimana hal ini lebih
menonjol pada wanita dan anak-anak (Yunus 1994,dikutip dalam Arif
Munttagin,2008).
4) Olaraga/keinginan
jasmani yang berat
Sebagian penderita asma
bronkiale akan mendapatkan serangan asma bila melakukan olaraga atau aktivitas
fisik yang berlebihan.
5) Obat-obatan
Beberapa klien dengan
asma bronkiale sensitive atau alergi terhadap obat tertentu seperti penicillin,
salisilat, beta bloker, kodein.
6) Polusi
Udara
Klien asma sangat peka
terhadap udara berdebu, asap pabrik/kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung
hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.
7) Lingkungan
Kerja
Lingkungan kerja
diperkirakan merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15% klien dengan asma
bronkiale (Sundaru 1991, dikutip dalam Arif Munttagin,2008).
e.
Pemeriksaan
Penunjang
1)
Spirometri
Spirometri
adalah mesin sederhana yang mengukur kapasitas vital dan forsed expiratory
volume(FEV).Kapasital vital adalah jumlah udara yang dapat di tampung oleh
paru-paru ketika benar-benar penuh.Forsed expiratory volume adalah pengukuran
jumlah udara yang dipaksa keluar dari paru-paru dalam waktu 1 detik.Cara ini
mengukur seberapa panjang dan seberapa kuatnya bisa meniupkan udara keluar dari
paru-paru.
2) Uji provokasi bronkus
Tes
provokasi hidung dengan meneteskan larutan pemeriksaan ke salah satu lubang hidung.
Reaksi positive timbul dalam beberapa menit, reaksinya berupa bersin, kemerahan,
pembengkakan selaput lendir dan produksi lendir hidung meningkat. Tes provokasi bronkus dilakukan
menggunakan nebulizer dengan dosis yang
semakin ditinggikan. Hasil positif berupa ditunjukan dengan adanya penyempitan bronkus, batuk,
produksi lendir berlebihan dan penurunan faal paru.
3)
Pemeriksaan sputum
Untuk
menentukan adanya infeksi biasanya pada asma tanpa disertai infeksi.
4)
Uji kulit
Uji
kulit adalah cara utama untuk mendiagnosis status alergi pemicu, apa yang perlu
dihindari untuk membatasi serangan asma.
5)
Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam
sputum.
Komponen
alergi pada asma dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan uji kulit atau
pengukuran IgE spesifik serum. Tes ini bertujuan untuk mengukur berapa banyak
kadar IgE yang peka terhadap alergen.
6)
Foto dada
Gambaran
radiologi pada asma pada umunya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran
hiperinflamasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan
rongga intercotaslis, diagframa yang
menurun.
7)
Analisa gas darah
Tes
ini mengukur jumlah oksigen dan karbondioksida dalam darah dalam pembuluh darah
arteri. Biasanya darah diambil dari arteri di pergelangan tangan.Asma
mengganggu pertukaran gas yang yang normal dalam paru-paru dan karenanya bisa
menyebabkan ketidakseimbangan gas dalam darah. (Padila, 2013).
f. Penatalaksanaan Medis
Menurut Arif Muttaqin (2008) prinsip
umum pengobatan asma bronkiale adalah sebagai berikut:
1)
Penatalaksanaan Farmakologi
a) Agonis
beta: metaproterenol (alupent dan metrapel). Bentuknya aerosol, bekerja sangat
cepat, diberikan sebanyak, 3-4 x semprot dan jarak antara semprotan pertama dan
kedua adalah 10 menit.
b) Metilxantin,
dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4 x sehari. Golongan metilxantin adalah
aminofilin dan tiofilin. Obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak
memberikan hasil yang memuaskan.
c) Kortikosteroid,
jika agonis beta dan metilxantin tidak memberika respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk airosol dengan dosis 4 x semprot
tiap hari. Pemberian steroid dalam jangka yang sangat lama mempunyai efek
samping, maka klien yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan
ketat.
d) Kromolin
dan iprutropioum bromide (atroven). Kromolin merupakan obat pencegah asma
kususnya untuk anak-anak. Dosis iprutropioum bromide diberikan 1-2 kapsul 4 x
sehari.
2) Penatalaksanaa
Nonfarmakologi
a) Penyuluhan
Penyuluhan ini dilakukan untuk meningkatan
pengetahuan klien tentang penyakit asma sehingga klien secara sadar menghindari
faktor-faktor pencetus, menggunakan obat secara benar dan berkonsultasi pada
tim kesehatan.
b) Menghindari
faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi
pencetus serangan asma yang ada pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari
faktor pencetus.
c) Fisioterapi
Dapat digunakan untuk mempermudah
pengeluaran mukus.Ini dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi, dan
fibrasi dada.
3. Konsep dasar asuhan keperawatan keluarga
a. Pengkajian
Pengkajian adalah
tahap awal dari proses keperawatan dimana seorang perawat mulai mengumpulkan
informasi tentang keluarga yang dibinanya. Tahap pengkajian ini merupakan
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan keluarga (Lyer et al,1996
dalam setadi,2008) menekankan bahwa dasar pemikiran dari pengkajian adalah
suatu perbandingan ukuran atau penilaian mengenai keadaan keluarga dengan
menggunakan norma, nilai, prinsip, aturan, harapan, teori dan konsep yang
berkaitan dengan permasalahan.
Data yang perlu diperoleh dari pengkajian yaitu :
1)
Pengumpulan data
Dalam
pengumpulan data yang perlu dikaji (Padila, 2012) adalah :
a)
Data umum
(1)
Identitas
kepala keluarga
(2)
Alamat dan
telepon
(3)
Pekerjaan KK
(4)
Pendidikan
KK
(5)
Komposis dan
Genogram
(6)
Tipe
keluarga
(7)
Latar
belakang budaya/ Suka (etnis)
(8)
Agama
(9)
Status
sosial ekonomi keluarga
(10) Aktivitas rekreasi keluarga
b)
Tahap dan
riwayat perkembangan keluarga
(1)
Tahap
perkembangan saat ini
(2)
Tahap
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
(3)
Riwayat
keluarga inti
(4)
Riwayat
keluarga sebelumnya
c)
Data
lingkungan
(1)
Karakteristik
rumah
(2)
Karakteristik
lingkungan dan komunitas
(3)
Mobilitas
geografis keluarga
(4)
Perkumpulan
keluarga dan interaksi sosial keluarga
d)
Struktur keluarga
(1)
Sistem
pendukung keluarga
(2)
Pola komunikasi
keluarga
(3)
Struktur
kekuatan keluarga
(4)
Struktur
peran
(5)
Nilai dan
norma keluarga
e)
Fungsi
keluarga
(1)
Fungsi
afektif
(2)
Fungsi
sosialisasi
(3)
Fungsi
perawatan keluarga
f)
Koping
keluarga
(1)
Stressor
jangka pendek dan jangka panjang
(2)
Kemampuan
keluarga untuk berespon terhadap stressor
(3)
Strategi
koping yang digunakan
(4)
Strategi
adaptasi disfungsional
g)
Pemeriksaan
fisik
h)
Harapan
keluarga
2) Analisa Data
Setelah data terkumpul maka
dilakukan analisa data yaitu mengaitkan
data dan mengubungkan data konsep teori
dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan
masalah kesehatan keperawatan keluarga (Setiadi,2008, hal.48).
Cara analisa data adalah :
a)
Validasi
data yaitu meneliti kembali data yang terkumpul dalam format pengkajian.
b)
Mengkelompokan
data berdasarkan kebutuhan biopsikososial dan spritual.
c)
Membandingkan
dengan standar
d)
Membuat
kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.
Ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam
melihat perkembangan kesehatan untuk melakukan analisa data yaitu :
a)
Keadaan
kesehatan yang normal bagi setiap anggota keluarga
b)
Keadaan
rumah dan sanitasi lingkungan
c)
Karakteristik
keluarga
3) Rumusan masalah
Langkah berikutnya setelah
analisa data adalah perumusan. Perumusan masalah keperawatan keluarga dapat
diarahkan kepada sasaran individu dan keluarga (Setiadi,2008, hal. 49).
4)
Skoring
Dalam menyusun prioritas
masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan pada beberapa
kriteria meliputi (Setiadi,2008, hal.56)
a) Sifat masalah yang dikelompokkan menjadi
aktual, resiko, dan potensial.
b) Kemungkinan masalah dapat diubah adalah
keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan
intervensi keperawatan dan kesehatan.
c) Potensial masalah untuk dicegah adalah
sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah
melalui tindakan keperawatan dan kesehatan.
d) Masalah yang menonjol adalah cara keluarga
melihat dan mengatasi masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk diatasi
melalui intervensi keperawatan dan kesehatan.
Dalam
menentukan prioritas diagnosa keperawatan keluarga yang ditemukan dihitung
dengan menggunakan skala prioritas (skala Baylon dan Maglaya) sebagai berikut :
TABEL 1
SKORING MASALAH KEPERAWATAN
No
|
Kriteria
|
Nilai
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1.
|
Sifat masalah
Skala:
a. Aktual
b. Resiko
c. Potensial
|
3
2
1
|
1
|
2.
|
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala:
a. Dengan mudah
b. Hanya sebagian
c. Tidak dapat
|
2
1
0
|
2
|
3.
|
Potensial masalah untuk dicegah
Skala:
a. Tinggi
b. Cukup
c. Rendah
|
3
2
1
|
1
|
4.
|
Menonjolnya masalah
Skala:
a. Masalah berat harus ditangani
b. Masalah yang tidak perlu segera
ditangani
c. Masalah tidak dirasakan
|
2
1
0
|
1
|
|
TOTAL
|
|
5
|
Bailon dan Malaga (1978)
Berdasarkan kriteria diatas
maka dapat diprioritaskan suatu masalah, masing-masing masalah keperawatan
diskoring terlebih dahulu kemudian dari hasil skoring tersebut dijumlahkan
nilainya. Adapun rumus untuk mendapat nilai skoring tersebut adalah :
Skor
X Bobot
Nilai tertinggi
|
Keterangan
:
a)
Tentukan
skor untuk setiap kriteria.
b)
Selanjutnya
skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.
c)
Jumlahkan
skor untuk semua kriteria.
d)
Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh
bobot.
5)
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga menurut (Carpenito, 2013)
adalah sebagai berikut:
a)
Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah lingkungan
(1)
Hambatan pemeliharaan rumah
(2)
Resiko terhadap cedera
(3)
Resiko terjadi infeksi
b)
Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur
komunikasi
(1)
Komunikasi keluarga disfungsional
c)
Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur
peran
(1)
Berduka disfungsional
(2)
Konflik peran orang tua
d)
Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi
afektif
(1)
Ketidakmampuan menjadi orang tua
(2)
Resiko terhadap tindakan kekerasan
e)
Diagnosa pada fungsi sosial
(1)
Prilaku mencari fasilitas kesehatan
(2)
Defisiensi pengetahuan
f)
Diagnosa keperawatan keluarga pada fungsi perawatan
kesehatan
(1)
Penatalaksanaan program terapeutik yang tidak efektif
(2)
Ketidakefektipan keluarga dalam penatalaksanaan
kesehatan diri
(3)
Keefektifan individu dalam penatalaksanaan kesehatan
diri
(4)
Risiko tinggi kekambuhan
g)
Diagnosa keperawatan pada masalah koping
(1)
Kesiapan untuk meningkatkan koping keluarga
(2)
Ketidakmampuan
koping keluarga
b. Perencanaan
Perencanaan adalah
bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan keluarga meliputi
penentuan tujuan perawatan (jangka panjang dan jangka pendek), penetapan
standar dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah
keluarga (Setiadi, 2008, hal. 61).
Adapun tahap-tahap dalam menyusunperencanaan :
1) Penetapan
tujuan
Adalah hasil ingin dicapai untuk
mengatasi masalah diagnosa keperawatan keluarga.
2) Rencana
perawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu
tindakan langsung kepada keluarga yang dilaksanakan oleh perawat, yang
ditunjukan kepada kegiatan yang berhubungan dengan promosi, mempertahankan
kesehatan keluarga.
c.
Pelaksanaan
Menurut setiadi
(2008) implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan. Pada tahap ini perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya
tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi
kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan dirumah.
d.
Evaluasi
Evaluasi disusun
menggunakan SOAP secara oprasional dengan tahapan sumatif (dilakukan selama
proses asuhan keperawatan) dan formatif dilakukan pada proses akhir
(Setiadi,2008, hal.69).
a. Evaluasi
sumatif
Evaluasi yang dikerjakan dalam bentuk
pengisian format catatan perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang
dialami keluarga.Format yang dipakai adalah SOAP.
a) S
: adalah ungkapan perasaan dan keluhan
yang dirasakan secara subyektif oleh keluarga setelah diberikan
implemantasi keperawatan.
b) O :
adalah keadaan obyektif yang dapat diidentifikasikan oleh perawat menggunakan pengamatan yang
obyektif setelah informasi.
c) A
: adalah analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif
keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan
mengacu pada rencana keperawatan keluarga.
d) P : adalah
perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
b. Evaluasi
formatif
Evaluasi ini dikerjakan dengan cara
membandingkan antara tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan di
antara keduaanya, mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau
kembali, agar didapat data-data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi.
Bagan 1 : WOC
Asma Bronkiale
|
Faktor pencetus
(Alergen, Stress, Cuaca)
|
Permiabilitas kapiler meningkat
|
Mengeluarkan mediator (Histamin, platelet, bradikinin, dll)
|
Edema mukosa, Sekresi, Produktif, Kontriksi otot
polos meningkat.
|
Spasme otot polos sekresi kelenjar bronkus
meningkat
|
Penyempitan/ obstri proksimal dari bronkus pada
tahap ekspirasi dan inspirasi.
|
- Mucus berlebihan
- Batuk
- Wheezing
- Sesak nafas
|
Ketidakefektipan
bersihan jalan nafas
|
Konsentrasi O2 dalam darah menurun
|
Gelisah
|
Hiperkapnea
|
Koma
|
Suplai O2 ke otak menurun
|
Hipoksia
|
Gangguan pertukaranGas
|
Asidosis metabolik
|
Suplai darah dan O2
kejantung berkurang
|
Suplai O2 kejaringan
menurun
|
Perfusi
jaringa perifer
|
Penurunan cardiac
output
|
Penyempitan jalan
pernafasan
|
Penurunan curah jantung
|
Tekanan darah menurun
|
Tekanan partial oksigen
dialveoli menurun
|
Peningkatan kerja otot
pernafasan
|
Hiperventilasi
|
Kebutuhan O2
meningkat
|
Kelemahan dan keletihan
|
Menurunnya nafsu makan karanan tidak seimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Ketidakefektipan pola nafas
|
Retensi O2
|
Asidosis Respiratorik
|
Intoleransi aktifitas
|
Sumber : (Nanda NIC-NOC,
2015)
|
Ansietas
|
Antigen
yang terikat IGE pada permukaan sel mast atau basofil
|
B. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
Pengkajian
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 27 April 2016 pukul 17.00 wita di
kediaman Ibu SN dengan teknik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi dan kunjungan rumah/home
visite.
a.
Data Umum :
1) Kepala
keluarga
a)
Nama KK :
S.N
b)
Umur KK :
32 Tahun
c)
Alamat :
Jln. Tukad Balian, Gang Pandawa, Renon
d) Jenis
Kelamin : Perempuan
e)
Pendidikan :
SLTP
f)
Pekerjaan :
Pembantu Rumah Tangga
g)
Agama :
Islam
h)
Suku Bangsa :
Indonesia
i)
No. Tlp :
081232390xxx
j)
Kondisi :
Sakit
2)
Komposisi Keluarga
TABEL 2
KOMPOSISI KELUARGA IBU SN DENGAN ASMA
BRONKIALE PADA KLIEN SN DI JALAN TUKAD BALIAN GANG PANDAWA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS II DENPASAR
SELATAN KOTA DENPASAR
TANGGAL 25 APRIL – 8 MEI 2016
NO
|
Nama
|
JK
|
Hub dgn KK
|
Umur
(th)
|
Pendidikan
|
Imunisasi
|
Keterangan
|
||||||||||||
BCG
|
Polio
|
DPT
|
Hepatitis
|
Campak
|
|||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|||||||||
1
|
SN
|
P
|
KK
|
32
|
SLTP
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Asma
|
2
|
NA
|
L
|
Anak
|
8
|
SD
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Sehat
|
3
|
AF
|
L
|
Anak
|
6
|
TK
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Sehat
|
3) Genogram
BAGAN 2
GENOGRAM KELUARGA IBU SN DENGAN ASMA
BRONKIALE PADA KLIEN SN DI JALAN TUKAD BALIAN GANG PANDAWA WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR
SELATAN KOTA DENPASAR
TANGGAL 25 APRIL – 8 MEI
2016
Keterangan :
:
Perempuan
Penjelasan Genogram:
Penderita merupakan anak ketiga
dari empat bersaudara, saat ini klien SN tinggal serumah dengan kedua orang
anaknya. Klien SN sudah pisah dengan suaminya sejak 2th yang lalu. Tipe
Keluarga
Keluarga Ibu SN termasuk dalam keluarga orang tua tunggal (single parent)
yang terdiri dari Ibu dan dua orang anaknya.
4)
Latar Belakang Budaya
Keluarga Ibu SN mengatakan berlatar budaya sunda yang dalam kesehariannya
menggunakan bahasa Indonesia untuk berinteraksi dengan anggota keluarga dan
masyarakat dilingkungannya.
5)
Agama
Semua anggota
keluarga Ibu SN dalam satu keyakinan yaitu menganut agama islam dan biasa
sembahyang setiap hari.
6)
Struktur Sosial Ekonomi Keluarga
TABEL 3
DATA PENDAPATAN DAN PENGELUARAN KELUARGA
IBU SN DENGAN ASMA BRONKIALE PADA KLIEN
SN DI JALAN TUKAD BALIAN GANG PANDAWA WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASAR
SELATAN KOTA DENPASAR
TANGGAL 25 APRIL – 8 MEI 2016
NO
|
Nama angota
keluarga
|
Debit
(RP)
|
Kredit
(RP)
|
Keterangan
|
1
|
SN
|
1.500.000
|
-
60.000
-
100.000
-
20.000
-
650.000
-
570.000
|
-
Untuk biaya makan.
-
Biaya listrik
-
Uang jajan anak-anak
-
Biaya kontrak kos
-
Biaya anak sekolah
|
Jumlah
|
1.500.000
|
1.400.000
|
|
|
Saldo
|
|
100.000
|
Di tabung untuk
keperluan lain yang bersifat mendadak.
|
|
Jumlah total
|
1.500.000
|
1.500.000
|
|
Keterangan:
Dalam keluarga Ibu SN bekerja seorang diri sebagi
pembantu rumah tangga dengan pengasilan Rp1.500.0000, kebutuhan keluarga ditanggung
oleh ibu SN dan terkadang di bantu oleh adik kandungnya jika ada keperluan yang
membutuhkan dana yang besar, keluarga mengatakan ada sedikit dana yang
disisipkan untuk kesehatan keluarga serta keperluan keluarga lain yang sifatnya
mendadak dan tidak diduga.
7)
Aktivitas rekreasi dan waktu luang
Keluarga mengatakan jarang meluangkan waktu untuk berekreasi, kecuali di
ajak bersama adik klien.
b.
Tahap dan riwayat perkembangan keluarga
1)
Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini
adalah keluarga dalam tahap perkembangan yang ke IV yaitu tahap perkembangan
keluarga anak sekolah (Tahap ini dimulai saat anak pertama masuk sekolah berusia
6th).
2)
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Semua tugas perkembangan yang ada
pada tahap IV dapat terpenuhi walaupun ada beberapa hambatan namun
terselesaikan dengan baik.
3)
Riwayat kesehatan yang inti
Keluarga mengatakan dalam keluarganya
yang menderita penyakit asma yaitu Ibu SN, anggota keluarga lain tidak ada yang
mempunyai penyakit berkelanjutan, seperti asma, batuk, dan lain-lain. Ibu SN
mempunyai penyakit asma sudah dari berumur 13 thn, Ibu SN mendrita penyakit asma
sudah sekitar 19 thn. Saat di wawancara Ibu SN mengatakan kurang tau kenapa dirinya
bisa mempunyai penyakit asma, dari keterangan Ibu SN awalnya Ibu SN mengalami
sakit batuk, meriang dan flu, karena kehujanan, dan Ibu SN di berikan obat oleh
temannya, tetapi Ibu SN tidak mengetahui jenis obat dan manfaatnya, sampai Ibu
SN kecanduan dengan obat-obatan yang di berikan, dan semenjak itu Ibu SN
mengalami sesak yang datang tiba-tiba, setiap Ibu SN mengalami sesak Ibu SN
hanya minum air hangat atau jeruk hangat, dan terkadang membeli obat-obatan di
warung. Ibu SN mengatakan jarang kontrol sakitnya ke pelayanan kesehatan karena
kurangnya biaya yang di miliki dan kesibukan yang di jalaninya, Ibu SN
mengatakan pergi ke pelayanan kesehatan jika sakitnya tidak bisa di tangulangi
secara mandiri.
4)
Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Klien mengatakan dari orang tuanya tidak
ada yang menderita penyakit yang sama dengan dirinya yaitu asma.
c.
Data Lingkungan
1)
Karateristik Rumah
Keluarga mengatakan rumah yang ditempatinya sekarang adalah kontrakan
dengan luas kamar 3x3m2 dengan kamar mandi dalam. Ventilasi kamar
masuk lewat jendela dan pintu, jendela dikamar Ibu SN rajin dibuka setiap pagi
hari. Keluarga mengatakan dapat menjaga kebersihan kamar yang di tempatinya
dapat di liat dari lingkungan sekitar yang terlihat bersih, dan kamar Ibu SN
nampak terlihat baju dan perabotan yang tertata rapi, sinar matahari kurang
untuk menyinari ruangan, penerangan dikamar pada malam hari menggunakan lampu
10 watt, keluarga mengatakan membuang sampah di tempat sampah, dan sampah di
angkut oleh petugas kebersihan setiap hari di pagi hari. Terdapat tempat
jemuran pakaian di depan kamar, Ibu SN mengatakan menyapu lantai kamarnya dan
di depan kamarnya 2x sehari, Ibu SN mengatakan untuk mencuci pakaian secara
manual dan memakai ember untuk menampung air di kamar mandi dan dibersihkan
setiap 2x dalam seminggu, pembuangan limbah WC menggunakan septiktank, keluarga
mengatakan menggunakan air PAM untuk mandi, dan mencuci pakaian serta mencuci
perabotan rumah tangga. Secara umum lingkungan rumah bersih dan tertata dengan
baik.
GAMBAR 1
DENAH RUMAH KELUARGA IBU SN
DENGAN ASMA
BRONKIALE PADA KLIEN SN DI JALAN
TUKAD BALIAN GANG PANDAWA WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASAR
SELATAN KOTA DENPASAR
TANGGAL 25 APRIL – 8 MEI 2016
1
|
3
|
2
|
6
|
5
|
4
|
8
|
7
|
9
|
10
|
Skala 1 : 1000
|
S
Keterangan Denah
1.
Pelinggih 6.
Kamar Kos
2.
Dapur 7.
Kamar Kos
3.
Kamar Kos 8.
Kamar Tuan Rumah
4.
Ruang Kos 9.
Halaman
5.
Kamar Klien NS 10.
Pintu Masuk
2) Karateristik tetangga
Keluarga Ibu SN tinggal didaerah perkotaan, tingkat kebisingan tidak
terlalu bising karena jauh dari jalan raya. Jarak rumah klien SN dengan pelayanan
puskesmas sekitar 2 km melalui jalan Tukad Balian. Tranportasi dilingkungan
rumah Ibu SN lancar, lingkungan sekitar rumah bersih karena pengumpulan sampah
langsung di depan rumah dan langsung di bawa petugas ke TPA setiap hari di pagi
hari.
3) Mobilisasi Geografis Keluarga
Keluarga Ibu SN mengatakan
tinggal dirumah kontrakan yang ditempatinya sekarang sejak tahun 2014 sekitar 2
tahun, sebelumnya keluarga tinggal di Jawa Timur di kampungnya sendiri,
keluarga mengatakan jarang berinteraksi dengan tetangga di sekitarnya, selain
karana penduduk baru, klien juga sibuk seharian menjadi pembantu rumah tangga
dan mengurus keperluan anaknya.
4) Sistem Pendukung
Keluarga Ibu SN mengatakan saat keluarganya mendapat masalah dan kesulitan
meminta bantuan ke tetangga, kecuali kadang di bantu oleh adiknya sendiri dan
dalam bidang kesehatan keluarga banyak mendapat dukungan dari petugas kesehatan
(Puskesmas II Denpasar Selatan).
d.
Struktur Keluarga
1)
Pola Komunikasi
Pola komunikasi antar keluarga cukup
baik dan berjalan lancar dengan menggunakan bahasa indonesia begitu juga komunikasi
dengan petugas kesehatan tampak kooperatif. Pola komunikasi yang diterapkan
adalah langsung dan terbuka, dalam keluarga semua mempunyai hak dalam
berbicara.
2)
Struktur Kekuasaan
Di dalam keluarga semua keputusan
akhir ditentukan oleh Ibu SN selaku kepala keluarga.
3)
Struktur Peran
Di dalam keluarga Ibu SN yang
mengambil alih peran, semua anggota keluarga berperan sesuai dengan tugasnya
masing-masing, sehingga tidak ada yang menimbulkan konflik peran.
4)
Nilai dan Norma Keluarga yang Dianut
Keluarga mengatakan nilai-nilai yang
diterapkan dalam keluarga mengutamakan musyawarah serta selalu menghormati
orang yang lebih tua.
e.
Fungsi Keluarga
1)
Fungsi Apektif
Dalam menanggulangi masalah, keluarga
biasanya saling bertukar pikiran dengan saudaranya, dimana keluarga mendukung klien
SN untuk menjalani pengobatan yang dilakukan sekarang. Klien SN mengatakan hanya kontrol ke Puskesmas II
Denpasar Selatan jika penyakit asmanya kambuh dan tidak bisa ditahan.
2)
Fungsi Sosial
Dalam hal ini yang tua mengajarkan
kepada yang muda bagaimana berprilaku sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya. Keluarga mengatakan hanya klien SN yang bertanggung jawab dalam
membesarkan anak-anaknya. Keluarga jarang mengikuti kegiatan yang ada di
lingkungan sekitarnya.
3)
Fungsi Perawatan Kesehatan
a)
Keyakianan, nilai dan prilaku keluarga
Menurut keluarga, kesehatan adalah
hal yang penting sehingga perlu diperhatikan dan dijaga, karena tingkat
kemampuan keluarga yang kurang, klien SN jarang untuk memperhatikan sakitnya. Klien
SN mengatakan menyediakan obat yang di dapatkan di Puskesmas jika obatnya habis
klien SN hanya meminum cairan hangat untuk mengurangi sesaknya. Klien SN
mengatakan sesaknya kambuh apabila udara terasa dingin dan klien susah untuk
membatasi aktifitas kerjanya.
b)
Difinisi Tentang Sehat Sakit
Menurut keluarga sehat adalah apabila
seseorang tidak mengalami suatu penyakit dan sakit adalah apabila orang
tersebut kondisinya lemah dan terserang penyakit.
c)
Status kesehatan dan kerentanan yang dirasakan keluarga
Keluarga mengatakan status kesehatan
keluarga, dirasakan cukup baik kecuali dirinya yang sangat rentan terkena
penyakit. Karena kondisinya yang lemah dan masih menjalani pengobatan dari
puskesmas. Klien SN mengatakan awalnya merasa sesak, karena kawatir dengan
keadaannya akhirnya klien memeriksakan diri ke puskesmas, setelah diperiksa
oleh dokter puskesmas klien SN di diagnosa asma dan dokter menyarankan untuk
melanjutkan pengobatan di puskesmas. Semenjak itu klien SN mulai melakukan kontrol
ke Puskesmas.
d)
Praktek Diet Keluarga
Dalam anggota keluarga tidak ada
pantangan terhadap sesuatu makanan tertentu, setiap anggota keluarga biasa
makan 3x sehari dengan menu nasi, tahu, tempe, lauk pauk, kadang-kadang ikan
laut dan sayuran. Klien SN mengatakan makanan yang di masaknya sebagian besar
dengan cara digoreng dan kadang direbus. Masakan disajikan dalam keadaan
tertutup dan juga makanan sebelum diolah dibersihkan terlebih dahulu.
e)
Kebiasaan Istirahat dan Tidur
Keluarga mengatakan tidak ada yang
mengalami masalah gangguan tidur, keluarga biasa tidur mulai pukul 22.00 wita
dan bangun pukul 05.00 wita. Klien SN mengatakan jarang tidur siang, jika klien
merasa sesak maka klien akan meminum cairan hangat atau air jahe hangat dan beristirahat.
f)
Latihan dan Rekreasi
Keluarga mengatakan rekreasi itu
penting tetapi keluarga tidak pernah meluangkan waktu secara khusus untuk
berekreasi keluar rumah. Waktu luang diisi dengan berkumpul bersama anggota
keluarga dirumah.
g)
Kebiasaan Penggunaan Obat-obatan
Keluarga mengatakan
dalam keluarganya apabila ada anggota keluarga yang sakit biasanya di belikan
obat di warung, kecuali sakit yang tidak bisa di tangani langsung diajak
berobat ke puskesmas. Dalam keluarga Ibu SN terkadang menyedikan obat asma yang
di dapat dari puskesmas dirumahnya. Klien SN menggunakan obat sesuai resep dan di
minum jika sesaknya kambuh, jika obat habis Klien SN hanya minum air hangat
untuk mengurangi sesaknya, saat di minta menunjukan obat asma, klien SN tidak
dapat memperliatkan jenis obat yang di dapatkannya di puskesmas.
h)
Praktek
Lingkungan
Keluarga mengatakan tidak ada bahaya
yang di rasakan dari tanah, tapi jika klien terkena udara atau air yang dingin
sering menimbulkan kekambuhan pada penyakit asmanya. Keluarga biasa menyapu halaman
maupun kamar 2x sehari.
i)
Pemeriksaan Kesehatan Secara Teratur
Klien SN mengatakan jarang kontrol
dan jarang memeriksakan kesehatannya pelayanan kesehatan dan bila obatnya habis
serta apabila ada anggota keluarga yang sakit, keluarga hanya membeli obat di
warung.
j)
Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien SN mengatakan tidak ada anggota
keluarganya yang menderita penyakit seperti klien SN dalam tiga generasi dan di
keluarganmya tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, HIV, dll.
k)
Kesehatan Gigi
Keluarga mengatakan dalam anggota
keluarganya tidak ada yang mengalami masalah dalam kesehatan gigi.
l)
Perawatan Diri
Keluarga mengatakan aktivitas masing-masing
anggota keluarga mandi 2x sehari, gosok gigi sehabis makan dan sebelum tidur,
dan keramas jika kepala merasa gatal atau panas, serta ganti pakaian setiap
hari. Ini dilihat saat kunjungan klien SN dan keluarga tampak rapi dan bersih.
m) Pelayanan Kesehatan yang diterima
Keluarga mengatakan pelayanan
kesehatan yang diterima adalah pelayanan kesehatan dari Puskesmas II Denpasar
Selatan.
n)
Persepsi Terhadap Pelayanan Kesehatan
Keluarga mengatakan pelayanan
kesehatan yang diterima saat berkunjung ke puskesmas yang dikunjunginya sangat
baik. Mengingat keramahan petugas serta pemeriksaan yang diberikan cukup baik.
o)
Sumber Pembiayaan Pelayanan Kesehatan
Keluarga mengatakan pembiayaan untuk
anggota keluarga yang sakit di lakukan secara mandiri (umum) dan terkadang di
bantu oleh adiknya.
p)
Logistik untuk Mendapat Perawatan
Keluarga mengatakan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan cukup jauh karena di keluarga tidak mempunyai akses kendaraan
yang dapat menjangkau ke palayanan kesehatan dengan cepat, biasanya keluarga
berobat ke pelayan kesehatan di antar oleh adiknya.
f.
Pemeriksaan Fisik
TABEL 4
PEMERIKSAAN FISIK KELUARGA IBU SN DENGAN ASMA
BRONKIALE PADA KLIEN SN DI JALAN TUKAD BALIAN GANG PANDAWA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR
TANGGAL 25 APRIL - 8 MEI 2016
NO
|
Nama
|
Gejala Kardinal
|
Keadaan Umum
|
Ket.
|
|||
S
|
N
|
TD
|
R
|
||||
1.
|
NA
|
36 0C
|
82 x/m
|
-
|
20 x/m
|
Bentuk tubuh : tegak
Bangun tubuh : sedang
Kesadaran : CM
TB danBB : 110 cm dan 32 kg
|
Sehat
|
2
|
AF
|
36,20C
|
76x/m
|
-
|
24 x/m
|
Bentuk tubuh : tegak
Bangun tubuh : sedang
Kesadaran : CM
TB danBB : 85 cm dan 25 kg
|
Sehat
|
Keadaan khusus klien SN :
1)
Keadaan Umum
a) Badan
Tubuh : Tegak
b) Bangun
Tubuh : Sedang
c) Kesadaran
: Compos Mentis, E4V5M6
d) TB
dan BB : 148cm dan 50 kg
2) Gejala
Cardinal
a) Suhu
: 36,3 0C
b) Nadi : 84 x/ menit
c) Tensi : 110/70 mmHg
d) Respirasi : 20x/menit
3)
Keadaan Fisik
a) Kepala
:
Bentuk normalcepalus, tidak ada benjolan dan
tidak ada nyeri tekan, kebersihan cukup, distribusi rambut merata, warna rambut
hitam.
b) Mata :
bentuk
Simetris, konjungtiva merah muda, skelera putih, pergerakan bola mata
terkoordinasi.
c) Hidung
:
bentuk
simetris, kebersihan cukup, penciuman baik, nyeri tekan tidak ada.
d) Mulut
:
bentuk
bibir simetris, mukosa bibir lembab, gigi cukup bersih, karies tidak ada.
e) Telinga
:
bentuk
simetris, kebersihan cukup baik, nyeri tekan tidak ada, pandengaran baik.
f) Leher
:
pembesaran
vena jugularis dan kelenjar tiroid tidak ada, nyeri tekan tidak ada.
g)
Thorax :
bentuk dada simetris, retraksi otot dada tidak ada,
tidak ada ronchi, nyeri tekan tidak ada.
h) Abdomen
:
distensi
perut tidak ada, tidak ada luka, benjolan tidak ada, nyeri tekan tidak ada.
i) Ekstrimitas :
- Atas : pergerakan terkoordinasi, tidak ada
odema, nyeri tekan tidak ada.
- Bawah : pergerakan terkoordinasi, tidak ada odema,
nyeri tekan tidak ada.
j) Genetalia
:
Tidak
diobservasi
k) Anus :
Tidak
diobservasi
g. Koping
Keluarga
1)
Stres jangka pendek dan panjang
Stressor yang dialami oleh keluarga
kadang berkaitan dengan faktor sosial ekonomi, penghasilan keluarga yang
pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2)
Kemampuan keluarga merespon terhadap stressor
Keluarga mengatakan bila menghadapi
masalah keluarga berusaha menenangkan diri atau dengan menangis.
3)
Penggunaan strategi koping
Keluarga mengatakan apabila ada
masalah dalam keluarga maka di cari pemecahan dengan bermusyawarah bersama
adiknya.
4)
Strategi adaptasi disfungsional
Dalam keluarga tidak ada yang
bersifat otoriter dan melakukan tindakan kekerasan terhadap keluarga atau dalam
menyelesaikan masalah.
h.
Analisa data
TABEL 5
ANALISA DATA KELUARGA IBU SN DENGAN ASMA
BRONKIALE PADA KLIEN SN DI JALAN TUKAD BALIAN GANG PANDAWA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR
TANGGAL 25 APRIL – 8 MEI 2016
NO
|
Data
Subyektif
|
Data
Obyektif
|
Kesimpulan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
-
Klien SN mengatakan jarang kontrol kepelayanan kesehatan.
-
Klien SN mengatakan jarak kepelayanan ke sehatan
cukup jauh untuk di tempuh dengan sepeda gayung.
-
Klien SN mengatakan tidak punya waktu untuk kontrol
sakitnya ke pelayanan kesehatan karena pekerjaan sebagai pembantu rumah
tangga dan tidak ada hari libur.
-
Klien SN mengatakan jarang memanfaatkan pelayanan
kesehatan untuk berobat.
-
Klien SN mengatakan jika dalam keluarga ada yang
mengalami sakit, biasanya di rawat di rumah dan membeli obat di warung.
|
-
Klien SN tampak tidak dapat memperlihatkan
obat-obatannya.
-
Klien SN tampak kooperatif dalam menanyakan sesuatu
yang berhubungan dengan kesehatan.
-
Klien cukup terbuka dalam menyampaikan
permasalahannya kepada petugas kesehatan.
-
Klien SN nampak kurang paham tentang manfaat
pelayanan kesehatan, seperti dapat menggunakan jaminan kesehatan untuk
mendapatkan pengobatan secara gratis.
-
Di lihat dari data kunjungan klien SN ke puskesmas,
nampak klien jarang mengunjungi puskesmas.
|
Penatalaksanaan Program Terapeutik tak Efektif
|
2
|
-
Klien SN mengatakan tidak menyediakan obat-obatan yang
di butuhkannya untuk penyakitnya.
-
Klien SN mengatkan tidak teratur minum obat.
-
Klien SN mengatakan susah untuk menghindari faktor
pencetus penyebab terjadinya Asma seperti : mandi malam dan kecapekan.
-
Klien SN mengatakan sesaknya kambuh apabila udara dingin.
-
Klien SN mengatakan susah untuk membatasi
aktivitasnya sehari-hari.
|
-
Nampak saat kunjungan Klien baru berada di rumah saat
malam hari.
-
Nampak Klien SN memulai aktifitasnya pada malam hari
seperti mandi dan mencuci.
-
Dikamar klien nampak terdapat kipas yang selalu
menyala.
-
Ruangan di kamar pasien nampak lembab
-
Klien SN nampak tidak terlalu memperdulikan tentang
penyakitnya di saat sehat.
|
Resiko tinggi Terjadi Kekambuhan.
|
i.
Rumusan masalah
1)
Penatalaksanaan program terapeutik tak efektif.
2)
Resiko tinggi terjadi kekambuhan
j.
Skoring
TABEL 6
PENATALAKSANAAN PROGRAM TERAPIUTIK TAK EFEKTIF
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
Sifat masalah
(Resiko)
|
|
|
Klien SN tidak menyediakan obat-obatan
untuk menanggulangi penyakitnya..
|
2
|
Kemungkinan masalah dapat dirubah
(hanya sebagian)
|
|
1
|
Klien SN jarang kontrol ke pelayana
kesehatan karena tidak ada waktu atau sibuk dengan pekerjaanya.
|
3
|
Potensial masalah untuk dicegah
(cukup)
|
|
|
Klien SNmenyadari tentang pentingnya menghindari
faktor penyebab kambuhnya penyakit, tetapi klien sulit untuk menghindari
penyebab kambuhnya penyakit, karana pekerjaan yang di jalaninya.
|
4
|
Menonjolnya masalah
(berat harus segera ditangani)
|
|
1
|
Klien menyadari adanya masalah dengan kesehatannya,
sehingga masalah harus segara ditangani.
|
|
Jumlah
|
|
3
|
|
TABEL 7
RESIKO TINGGI TERJADINYA KEKAMBUHAN
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
Sifat masalah
(resiko)
|
|
|
Klien SN jarang mengontrol sakitknya ke
pelayanan kesehatan dan tidak mempunyai obat-obatan untuk penyakitnya di saat
kambuh.
|
2
|
Kemungkinan masalah dapat dirubah
(hanya sebagian)
|
|
1
|
Klien SN kesulitan untuk menjangkau ke
pelayanan kesehatan.
|
3
|
Potensial masalah untuk dicegah
(rendah)
|
|
|
Klien SN nampak memulai aktifitasnya
pada malam hari seperti mandi dan mencuci, serta di kamar klien nampak kipas
yang selalu manyala, agar anaknya bisa tidur.
|
4
|
Menonjolnya masalah
(berat harus segera ditangani)
|
|
1
|
Klien menyadari adanya masalah dengan asma,
sehingga masalah harus segara ditangani.
|
|
Jumlah
|
|
3
|
|
k.
Diagnosa keperawatan
1)
Penatalaksanaan Program Terapeutik tak Efektif
berhubungan dengan ketidak mampuan klien dalam merawat dirinya yang menderita
penyakit asma bronkiale di tandai dengan Klien SN mengatakan jarang kontrol
kepelayanan kesehatan, Klien SN mengatakan jarak kepelayanan ke sehatan cukup
jauh untuk di tempuh dengan sepeda gayung, Klien SN mengatakan tidak punya waktu
untuk kontrol sakitnya ke pelayanan kesehatan karana pekerjaan sebagai pembantu
rumah tangga dan tidak ada hari libur, Klien SN mengatakan jarang memanfaatkan
pelayanan kesehatan untuk berobat, Klien SN mengatakan jika dalam keluarga ada
yang mengalami sakit, biasanya di rawat di rumah dan membeli obat di warung, Klien
SN tampak tidak dapat memperlihatkan obat-obatannya. Klien SN tampak kooperatif
dalam menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan, Klien cukup terbuka
dalam menyampaikan permasalahannya kepada petugas kesehatan, Klien SN nampak
kurang paham tentang manfaat pelayanan kesehatan, seperti dapat menggunakan
jaminan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan Di liat dari data kunjungan
klien SN ke puskesmas, nampak klien jarang mengunjungi puskesmas.
2)
Resiko tinggi Terjadi Kekambuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan di tandai dengan Klien SN
mengatakan tidak menyediakan obat-obatan yang di butuhkannya untuk penyakitnya,
Klien SN mengatkan tidak teratur minum obat, Klien SN mengatakan susah untuk
menghindari faktor pencetus penyebab terjadinya asma seperti : mandi malam dan
kecapekan, Klien SN mengatkan sesaknya kambuh apabila udara dingin, Klien SN
mengatakan susah untuk membatasi aktivitasnya sehari-hari, Nampak saat kunjungan
Klien baru berada di rumah saat malam hari, Nampak Klien SN memulai
aktifitasnya pada malam hari seperti mandi dan mencuci, Dikamar klien nampak
terdapat kipas yang selalu menyala, Ruangan di kamar pasien nampak lembab, Klien
SN nampak tidak terlalu memperdulikan tentang penyakitnya di saat sehat.
2.
Perencanaan
a.
Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan skoring tertinggi
1)
Penatalaksanaan Program Terapeutik tak Efektif
berhubungan dengan ketidak mampuan klien dalam merawat dirinya yang menderita
penyakit asma bronkiale. (3
)
2)
Resiko tinggi Terjadi Kekambuhan berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga memodifikasi lingkungan. (3)
b.
Rencana Keperawatan
TABEL 8
RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA IBU SN DENGAN
ASMA
BRONKIALE PADA KLIEN SN DI JALAN TUKAD
BALIAN GANG PANDAWA
WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN
KOTA DENPASAR
TANGGAL 25 APRIL – 8 MEI 2016
NO
|
DX
|
Tujuan
|
Kreteria
|
Standar
|
Intervensi
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||
1
|
Penatalaksanaan program terapetutik
tak efektif berhubungan dengan ketidak mampuan klien dalam merawat dirinya
yang menderita penyakit asma bronkiale.
|
Tupan :
Setelah di berikan asuhan
keperawatan keluarga diharapkan keluarga mampu melaksanakan program
terapiutik yang efektif.
Tupen :
1.
Setelah di berikan asuhan keperawatan keluarga 1x
kunjungan selama
|
Verbal
|
Keluarga mampu menyebutkan :
- Pengertian
penyakit asma
- Penyebab
penyakit asma
- Pencegahan,
tanda dan gejala penyakit asma
- Manfaat
minum obat secara teratur.
|
- Gali
tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit asma.
- Diskusikan
dengan keluarga tentang manfaat minum obat secara teratur.
- Jelaskan
kepada keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta
pencegahannya.
- Motivasi
keluarga agar tetap menjalani pengobatan.
- Beri
pujian atas keberhasilan pelaksanaan yang dilakukan keluarga.
|
||
2.
Setelah di berikan asuhan keperawatan keluarga 1x
kunjungan selama 30 menit dengan interval waktu 14 hari diharapakan keluarga
mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang sakit.
|
Verbal
|
Keluarga mampu :
- Mengambil
keputusan untuk tetap merawat anggota keluarga yang sakit
- Termotivasi
dalam perawatan klien
|
- Gali
tingkat kemampuan keluarga dalam pembuatan keputusan yang dilakukan keluarga tentang
perawatan asma
- Diskusikan
dengan keluarga tentang keputusan yang telah diambil untuk pengobatan asma.
- Jelaskan
kepada keluarga tentang pengambilan keputusan yang tepat dalam merawat
anggota keluarga yang sakit
- Motivasi
keluarga agar dapat mengambil keputusan yang tepat untuk mempertahankan
pengobatan dan perawatan klien.
-
Beri pujian terhadap keputusan yang telah diambil
keluarga.
|
||||
3.
|
Psikomotor
|
Keluarga mampu :
-
Memberikan tindakan perawatan yang tepat pada
keluarga yang mengalami penyakit asma bronkiale
-
Menyediakan obat-oabatan untuk merawat anggota
keluarga yang sakit asma bronkiale
|
- Gali
tingkat pengetahuan keluarga tentang pengobatan asma bronkiale.
- Diskusikan
dengan keluarga tentang pentingnya perawatan dan minum oabat secara teratur.
- Jelaskan
tentang pentingnya perawatan dan pengobatan penyakit asma.
- Motivasi
keluarga untuk tetap mengantarkan klien kontrol kepuskesmas bila obat habis
- Beri
pujian atas tindakan yang sudah dilakukan.
|
||||
4.
Setelah di berikan asuhan keperawatan keluarga 1x
kunjungan selama 30 menit dengan interval waktu 14 hari diharapkan keluarga
mampu memodifikasi suasana rumah
|
Psikomotor
|
-
Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang mendukung
kesehatan keluarga.
-
Keluarga mampu mempertahankan lingkungan yang bersih
dan sehat.
|
- Geli
tingkat pengetahuan keluarga tentang penataan lingkungan yang nyaman dan
sehat
- Diskusikan
tentang memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan klien.
- Jelaskan
pada keluarga tentang pentingnya lingkungan yang sehat bagi klien
-
- Beri
pujian terhadap tindakan yang sudah dilakukan
|
||||
5. Setelah
di berikan asuhan keperawatan keluarga 1x kunjunagn selama 30 menit dengan
interval waktu 14 hari diharapakan keluarga dapat berusaha memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
|
Psikomotor
|
Keluarga dapat :
-
Membina hubungan timbal balik dengan petugas
kesehatan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
-
Keluarga mengajak anggota keluarga yang sakit
berobat kepuskesmas
|
- Gali
tingkat pengetahuan keluarga tentang manfaat fasilitas pelayanan kesehatan
- Diskusikan
dengan keluarga tentang fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
perawatan yang lebih baik.
- Jelaskan
tentang manfaat dari fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
- Motivasi keluarga untuk memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
-
|
||||
|
Resiko tinggi Kekambuhan
berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
|
Tupan :
Setelah di berikan asuhan
keeperawatan keluarga di harapkan resiko kekambuhan tidak terjadi.
Tupen :
1. Setelah
di berikan asuhan keperawatan keluarga 1x kunjungan seklama 30 menit dengan
interval waktu 14 hari diharapakan keluarga mampu mengenal penyebab
terjadinya kekambuhan penyakit.
|
Verbal
|
Keluarga dapat menjelaskan :
-
Pengertian tentang Asma
-
Penybab kambuhnya penyakit
-
Cara mencegah terjadinya kambuhnya penyakit asma
bronkiale.
-
Akibat jika tidak di tangani jika sakitnya kambuh.
|
- Gali
tingkat pengetahuan keluarga penyakit asma bronkiale.
- Diskusikan
dengan keluarga cara mencegah kambuhnya penyakit asma bronkiale.
- Jelaskan
kepada keluarga tentang akibat bila sakitnya kambuh.
- Memotivasi
keluarga untuk mencegah terjadinya kekambuhan.
- Beri
pujian apabila keluarga mampu mempertahankan kondisinya.
|
||
2. Setelah
di berikan asuhan keperawatan keluarga 1x kunjungan selama 30 menit dengan
interval waktu 14 hari diharapakan keluarga mampu mengambil
|
Verbal
|
Keluarga dapat :
-
Mengambil keputusan untuk meningkatkan kondisi dari
penyakit asma bronkiale.
-
Keluarga mengrti cara mengambil keputusan yang tepat
jika terjadi kekambuhan pada asma bronkiale.
|
- Jelaskan kepada keluarga mengenai keputusan yang tepat dalam
memecahkan masalah kesehatan.
- Diskusikan kembali dengan keluarga hal-hal yang belum
diketahui keluarga
- Beri umpan positif untuk jawaban benar
|
||||
3. Setelah
di berikan asuhan keperawatan keluarga 1x kunjungan selama 30 menit dengan
interval waktu 14 hari diharapakan keluarga mampu merawat anggota keluarga
yang mengalami resiko kekambuhan.
|
Psikomotor
|
Keluarga dapat :
-
Mencegah terjadinya resiko kekambuhan.
-
Mencegah terjadinya komplikasi pada penyakit asma
bronkiale.
|
-
Gali tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan asma.
-
Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat
keluarga yang mengalami asma
-
Jelaskan cara menjaga kondisi kesehatannya.
-
|
||||
4. Setelah
di berikan asuhan keperawatan keluarga 1x kunjungan selama 30 menit dengan
interval waktu 14 hari diharapakan keluarga mampu memodifikasi lingkungan
rumah
|
Psikomotor
|
Keluarga dapat :
-
Menciptakan lingkungan yang sehat utuk anggota
keluarga yang menderita sakit asma bronkiale.
-
Mengerti cara menata dan merawat lingkungan.
|
-
Gali tingkat pengetahuan keluarga tentang penataan
lingkungan rumah untuk kesehatan
-
Diskusikan dengan keluarga tentang cara perawatan
lingkungan rumah yang baik
-
Jelaskan cara penataan lingkungan rumah yang baik
-
Motivasi keluarga agar dapat mempertahankan penataan
lingkungan rumah yang baik
-
Beri pujian apabila keluarga dapat menata lingkungan
rumah dengan baik
|
||||
5. Setelah
di berikan asuhan keperawatan keluarga 1x kunjungan selama 30 menit dengan
|
Psikomotor
|
Keluarga dapat :
-
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
konsultasi mengenai masalah asma bronkiale.
-
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan pengobatan asma bronkiale.
|
-
Gali tingkat pengetahuan keluarga tentang manfaat
fasilitas pelayanan kesehatan
-
-
Jelaskan manfaat fasilitas pelayanan kesehatan yang
ada
-
Motivasi keluarga agar memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan
-
Beri pujian apabila keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan.
|
3.
Pelaksanaan
TABEL 9
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KELUARGA IBU SN DENGAN
ASMA BRONKIALE PADA KLIEN SN DI JALAN TUKAD BALIAN GANG PANDAWA
WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASARSELATAN KOTA DENPASAR
TANGGAL 25 APRIL – 8 MEI 2016
No
|
Hari/Tgl/
Jam
|
Dx
|
Pelaksanaan
|
Evaluasi
|
Paraf
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||
1
|
Kamis,28 April 2016 pukul : 17.00 wita
|
Dx 1
|
Tupen 1 dan Tupen 3
-
Menggali tingkat
pengetahuan keluarga tentang penyakit asma.
-
Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat minum
obat secara teratur.
-
Menjelaskan kepada keluarga tentang pengertian,
penyebab, tanda dan gejala serta pencegahannya.
-
Memotivasi keluarga agar tetap menjalani pengobatan.
-
Memberi pujian atas keberhasilan pelaksanaan yang
dilakukan keluarga.
|
S : Keluarga mengatakan mengerti dan paham
tentang manfaat minum obat secara teratur
O :
Keluarga mampu mengulangi kembali penjelasan yang diberikan.
A : Tupen
1 dan 3 tercapai
P :
Lanjutkan tupen 2 pada pukul 17.30 wita.
|
Diky
|
||
2
|
Pukul : 17.30 wita
|
Dx1
|
Tupen 2
-
Menggali kemampuan keluarga dalam pembuatan keputusan
yang dilakukan keluarga tentang perawatan asma
-
Mendiskusikan dengan keluarga tentang keputusan yang
telah diambil untuk pengobatan asma.
-
Menjelaskan kepada keluarga tentang pengambilan
keputusan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit
-
-
Memberi pujian terhadap keputusan yang telah diambil
keluarga.
|
S : Keluarga
Mengatakan akan merawat
anggota keluarga yang sakit
dengan rajin kontrol ke puskesmas.
A : Tupen
2 tercapai
P :
Lanjutkan tupen 4 Dx 1 dan 2 pada hari Jumat tanggal 29 April 2016 pukul
18.00 wita
|
Diky
|
||
3
|
Jumat, 29 April 2016
Pukul 18.00
|
Dx 1 dan Dx 2
|
Dx 1 dan Dx 2 tupen 4
-
Menggeli tingkat pengetahuan keluarga tentang
penataan lingkungan yang nyaman dan sehat
-
Mendiskusikan tentang memodifikasi lingkungan yang
mendukung kesehatan klien.
-
Menjelaskan pada keluarga tentang pentingnya
lingkungan yang sehat bagi klien
-
Memotivasi keluarga untuk selalu memperhatikan
kebersihan lingkungan
-
Memberieri pujian terhadap tindakan yang sudah
dilakukan
|
S :
Keluarga mengatakan akan berusaha menata dan memelihara lingkungan rumah agat
tetap bersih.
O: Halaman
rumah tampak bersih, tidak ada sampah yang berserakan, jendela terbuka
dan tampak bersih.
A : Tupen
4 Dx 1 dan 2 tercapai
P : Tupen 5 Dx 1 dan 2 pada pukul 18.30 wita.
|
Diky
|
||
4
|
Pukul 18.30 wita.
|
Dx 1 dan Dx 2
|
Dx 1 dan Dx 2 Tupen 5
-
Menggali tingkat
pengetahuan keluarga tentang manfaat fasilitas pelayanan kesehatan.
-
Mendiskusikan dengan keluarga tentang fasilitas
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik.
-
Menjelaskan tentang manfaat dari fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada
-
Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada
-
|
O :
Keluarga nampak termotivasi untuk memeriksakan anggota keluarganya yang sakit
untuk berobat ke puskesmas.
A : Tupen
5 Dx 1 dan 2 tercapai
P : Lanjutkan tupen 1 Dx 2 pada hari Selasa
tanggal 3 Mei 2016 pukul 17.00 wita.
|
Diky
|
||
5
|
Selasa, 3 Mei 2016 pukul : 17.00 wita
|
Dx 2
|
Tupen 1
-
Menggali tingkat pengetahuan keluarga penyakit asma
-
Mendiskusikan dengan keluarga cara mencegah kambuhnya
penyakit asma.
-
Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat bila
sakitnya kambuh.
-
Memotivasi keluarga untuk mencegah terjadinya
kekambuhan.
-
Memberi pujian apabila keluarga mampu mempertahankan
kondisinya.
|
S :
Keluarga mengatakan mengerti dengan penjelasan yang diberikan, keluarga
mengatakan mengetahui cara mencegah terjadinya kekambuhan.
O: Keluarga
mampu mengulangi kembali penjelasan yang diberikan.
A : Tupen 1
tercapai
P :
Lanjutkan tupen 2 pada Pukul 17.30 wita.
|
Diky
|
||
6
|
pukul : 17.30 wita
|
Dx 2
|
Tupen 2
-
Menjelaskan kepada
keluarga mengenai keputusan yang tepat dalam memecahkan masalah kesehatan.
-
Mendiskusikan
kembali dengan keluarga hal-hal yg belum diketahui keluarga
- Memberikan umpan positif untuk jawaban benar
|
S :
Keluarga mengatakan akan berusaha untuk menjaga kesehatan anggota keluarganya
yang sakit.
P :
Lanjutkan tupen 3 pada hari rabu tanggal 4 Mei 2016 Pukul 17.30 wita.
|
Diky
|
||
7
|
Rabu, 4 Mei 2016
Pukul : 17.30 wita
|
Dx 2
|
Tupen 3
-
Menggali tingkat pengetahuan keluarga tentang
perawatan asma.
-
Mendiskusikan dengan keluarga tentang cara merawat
keluarga yang mengalami asma
-
Menjelaskan cara menjaga kondisi mempertahankan
kesehatan kesehatan.
-
Memberikan pujian apabila keluarga dapat
mempertahankan kesehatan anggota keluarganya.
|
S :
Keluarga mengatakan akan berusaha merawat anggota keluarga yang sakit.
O: Keluarga
nampak dapat merawat anggota keluarganya yang sakit.
A : Tupen 3
tercapai
P : Pertahankan kondisi klien
|
Diky
|
4.
Evaluasi
TABEL 10
EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA IBU SN DENGAN
ASMA BRONKIALE PADA KLIEN SN DI JALAN TUKAD BALIAN GANG PANDAWA
WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR
TANGGAL 25 APRIL - 8 MEI 2016
No
|
Hari/Tgl/
Jam
|
Dx
|
Evaluasi
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
Kamis, 5 Mei 2016
pukul : 18.30 wita
|
Penatalaksanaan program terapeutik
tak efektif berhubungan dengan ketidak mampuan klien dalam merawat dirinya
yang menderita penyakit asma bronkiale
|
S : Keluarga mengatakan mengerti dan paham tentang
manfaat minum obat secara teratur, keluarga mengatakan akan merawatanggota keluarga
yang sakit dengan rajin kontrol ke puskesmas, keluarga mengatakan akan selalu
rajin kontrol kepuskesmas apabila obat habis dan akan mengajak anggota
keluarga yang sakit berobat kepuskesmas, keluarga mengatakan akan berusaha
menata dan memelihara lingkungan rumah agat tetap bersih, keluarga mengatakan
sudah mengajak anggota keluarga yang sakit kontrol ke puskesmas dan akan
selalu memanfaatkan fasilitas tersebut untuk keluarga yang sakit.
O : Keluarga mampu mengulangi kembali penjelasan
yang diberikan, keluarga tampak termotivasi untuk merawat anggota keluarga yang sakit, halaman rumah tampak bersih, tidak ada sampah yang
berserakan, jendela terbuka dan tampak bersih, keluarga nampak termotivasi
untuk memeriksakan anggota keluarganya yang sakit untuk berobat ke puskesmas.
A: Tupen 1, 2, 3, 4, 5 tercapai, masalah teratasi.
P : Pertahankan kemampuan keluarga dalam penatalaksanaan terapeutik
keluarga yang efektif.
|
2
|
Kamis, 5 Mei 2016 pukul: 18.30 wita
|
Resiko Tinggi Kekambuhan
berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan.
|
S :Keluarga mengatakan mengerti dengan penjelasa
yang diberikan, keluarga mengatakan mengetahui cara mencegah terjadinya
kekambuhan, keluarga mengatakan akan berusaha untuk menjaga kesehatan anggota
keluarganya dan merawat anggota keluarga yang sakit, keluarga mengatakan
mengerti dan akan berusaha menata lingkungan rumah dengan baik dengan cara
menyapu di halaman rumah, keluarga mengatakan sudah memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada yaitu puskesmas.
O: Keluarga mampu mengulangi kembali penjelasan
yang diberikan penjelasan yang diberikan
dan mampu mengambil keputusan untuk mempertahankan anggota keluarga
yang sakit, keluarga nampak dapat merawat anggota keluarganya yang sakit,
perabotan rumah tangga sudah ditata
rapi, halaman rumah tampak bersih, tidak ada sampah yang berserakan dan
tampak bersih serta baju tidak berserakan di dalam kamar, keluarga tampak
antusias mendengarkan penjelasan yang diberikan
A: Tupen 1, 2, 3, 4, 5 tercapai, masalah teratasi.
P : Pertahankan kemampuan keluarga dalam mencegah
terjadinya kekambuhan.
|
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis menguraikan kesenjangan yang
terjadi pada teori dengan yang terjadi pada kasus. Pembahasan ini meliputi
keseluruhan langkah proses keperawatan meliputi pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pada tahap awal
dari proses keperawatan ini semua terlaksana berdasarkan teori yaitu
pengumpulan data, analisa data, perumusan masalah keperawatan, serta
memprioritaskan masalah yang didasarkan pada nilai skoring dari masing masing
masalah. Dalam proses pengumpulan data, penulis tidak mengalami kesulitan
karena keluarga kooperatif dan mau menerima petugas dengan baik sesuai dengan
kontrak waktu yang telah disepakati. Dalam pengkajian penulis tidak mendapatkan
data sesuai dengan teori asma bronkiale mengingat saat pengkajian pasien tampak
sehat, tidak ada perubahan fisik maupun gejala kardinal yang abnormal sehingga
penulis hanya melaksanakan pengkajian sesuai masalah yang nampak dan dikatakan
saat di lakukan pengkajian.
Pada teori
keluarga terdapat enam belas diagnosa keperawatan yaitu Hambatan pemeliharaan
rumah, Resiko terhadap cedera, Resiko terjadi infeksi, Komunikasi keluarga
disfungsional, Berduka disfungsional, Konflik peran orang tua, Ketidakmampuan
menjadi orang tua, Resiko terhadap tindakan kekerasan, Prilaku mencari
fasilitas kesehatan, Defisiensi
pengetahua penatalaksanaan program
terapeutik yang tidak efektif, Ketidakefektipan keluarga dalam penatalaksanaan
kesehatan diri, Keefektifan individu dalam penatalaksanaan kesehatan diri,
Resiko tinggi kekambuhan, Kesiapan untuk meningkatkan koping keluarga, dan
Ketidakmampuan koping keluarga, sedangkan dalam konsep terdapat delapan diagnosa
yaitu ketidakefektipan bersihan jalan nafas, gangguan pertukaran gas,
ketidakefektipan pola nafas, perfusi jaringan perifer, penurunan curah jantung,
penurunan nafsu makan, intoleransi aktifitas, dan ansietas. Dalam penegakan diagnosa penulis hanya menemukan
dua diagnosa keluarga yang muncul yaitu penatalaksanaan program terapeutik tak
efektif, dan Resiko tinggi kekambuhan. Diagnosa penatalaksanaan program
terapiutik tak efektif muncul, mengingat pada saat melakukan pengkajian ditemukan
data yaitu, Klien SN mengatakan jarang kontrol kepelayanan kesehatan, Klien SN
mengatakan jarak kepelayanan ke sehatan cukup jauh untuk di tempuh dengan
sepeda gayung, Klien SN mengatakan tidak punya waktu untuk kontrol sakitnya ke
pelayanan kesehatan karana pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga dan tidak
ada hari libur, Klien SN mengatakan jarang mrmanfaatkan pelayanan kesehatan
untuk berobat, Jkien SN mengatakan jika dalam keluarga ada yang mengalami sakit
biasanya di rawat di rumah dan di belikan obat di warung, Klien SN tampak tidak
dapat memperlihatkan obat-obatannya. Klien SN tampak kooperatif dalam
menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan, Klien cukup terbuka dalam
menyampaikan permasalahannya kepada petugas kesehatan, Klien SN nampak kurang
paham tentang manfaat pelayanan kesehatan, seperti dapat menggunakan jaminan
kesehatan untuk mendapatkan pengobatan secara gratis, Di liat dari data
kunjungan klien SN ke puskesmas, nampak klien jarang mengunjungi puskesmas. dan
diagnosa risiko tinggi kekambuhan muncul, dimana dalam kenyataannya keluarga
Klien SN mengatakan tidak menyediakan obat-obatan yang di butuhkannya untuk
penyakitnya, Klien SN mengatkan tidak teratur minum obat, Klien SN mengatakan
susah untuk menghindari faktor pencetus penyebab terjadinya Asma seperti :
mandi malam dan kecapekan, Klien SN mengatkan sesaknya kambuh apabila udara dingin
dan klien mengatakan susah untuk membatasi aktivitas kerjanya, nampak saat
Klien SN memulai aktifitasnya pada malam hari seperti mandi dan mencuci, Di
kamar klien nampak terdapat kipas angin yang selalu menyala, Ruang kamar klien
nampak lembab, Klien SN nampak tidak terlalu memperdulikan tentang penyakitnya
di saat sehat.
Sedangkan
empat belas diagnosa lainnya yaitu : Hambatan pemeliharaan rumah, Resiko
terhadap cedera, Resiko terjadi infeksi, Komunikasi keluarga disfungsional,
Konflik peran orang tua, Ketidakmampuan menjadi orang tua, Resiko terhadap
tindakan kekerasan, Prilaku mencari fasilitas kesehatan, Difisiensi
pengetahuan, Ketidakdefektipan keluarga dalam penatalaksanaan kesehatan diri,
Keefektipan individu dalam penatalaksanaan kesehatan diri, Kesiapan untuk
meningkatkan koping keluarga, dan Ketidakmampuan koping keluarga tidak di
temukan oleh penulis di karenakan kurangnya kemampuan penulis dalam pengumpulan
data dan kurangnya sumber yang di miliki oleh punulis untuk menunjang
pengumpulan data.
B. Perencanaan
Perencanaan
adalah tahap kedua dari proses keperawatan. Dalam tahap ini terdiri dari
prioritas diagnosa keperawatan yang dilanjutkan dengan penyusunan rencana
keperawatan, penulis berpedoman pada nilai skor tertinggi. Dimana dari hasil
skoring didapatkan diagnosa yang menjadi prioritas utama adalah Penatalaksanaan
program terapiutik tak efektif (skor : 3
) dan diagnosa yang kedua adalah Resiko tinggi kekambuhan
(skor : 3). Diagnosa Penatalaksanaan program terapiutik tak efektif menjadi
prioritas utama karena sifat masalah resiko di lihat dari klien SN tidak
menyediakan obat-obatan untuk menanggulangi penyakitnya, kemungkinan masalah
dapat di rubah hanya sebagian di lihat dari klien SN jarang kontrol ke
pelayanan kesehatan karena tidak ada waktu atau sibuk dengan pekerjaannya,
Pontensial masalah untuk di cegah cukup di lihat dari klien SN menyadari
tentang pentingnya menghindari faktor penyebab kambuhnya penyakit, tetapi klien
SN sulit untuk menghindari penyebab kambuhnya penyakit, karena pekerjaan yang
di jalaninya, Menonjolnya masalah harus segera di tangani di lihat dari klien
SN menyadari adanya masalah dengan kesehatannya, sehingga masalah harus segera
di tangani, dan diagnosa keperawatan yang menjadi prioritas kedua yaitu resiko
tinggi kekambuhan, hal ini di karenakan sifat masalah resiko di lihat dari
klien SN jarang kontrol sakitnya ke pelayanan kesehatan dan tidak mempunyai
obat-obatan untuk penyakitnya di saat kambuh, Kemungkinan masalah dapat di
rubah hanya sebagian di lihat dari klien SN kesulitan untuk menjangkau ke
pelayanan kesehatan, Potensial masalah untuk di cegah hanya sebagian di lihat
dari klien SN nampak memulai aktifitasnya pada malam hari seperti mandi dan
mencuci, serta di kamar klien nampak kipas yang selalu menyala, agar anaknya
bisa tidur, Menonjolanya maslah harus segera di tangani di lihat dari klien SN
menyadari adanya masalah dengan asma, sehingga masalah harus segera di tangani.
Dalam penyusunan rencana perawatan pada keluarga ibu SN dilakukan bersama-sama
dengan keluarga, sehingga rencana yang dilaksanakan merupakan kerjasama antara
petugas kesehatan dengan keluarga. Dalam penyusunan rencana tindakan
keperawatan lebih ditekankan pada kemandirian keluarga dalam melaksanakan dan
mengemban lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan yaitu mengenal masalah,
mengambil keputusan untuk tindakan yang tepat, merawat anggota keluarga yang
sakit, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
dengan memberikan penyuluhan dan motivasi serta dengan melihat potensi yang ada
seperti dana yang di miliki oleh keluarga, kemauan atau keinginan dari keluarga
dan alat transportasi yang dimiliki oleh keluarga.
C. Pelaksanaan
Pelaksanaan
tindakan keperawatan merupakan tahap ketiga dari proses keperwatan dimana
pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan realisasi dari rencana tindakan
keperawatan yang telah disusun sebelumnya bersama keluarga dengan maksud agar
keluarga dapat mengerti dan mampu melaksanakan lima tugas keluarga dalam bidang
kesehatan yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan untuk tindakan yang
tepat, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam pelaksanaan keperawatan,
untuk sekarang lebih diarahakan kepada keluarga untuk melaksanakan hal-hal yang
tidak membutuhkan biaya banyak seperti menjaga kondisinya agar tidak terlalu
kecapekan, dan menghindari mandi pada malam hari, rajin mengontrol sakitnya di
pelayanan kesehatan seperti di puskesmas serta memberikan penyuluhan dan
motivasi kepada keluarga untuk meningkatkan pengetahuan dan pelaksanaan program
terapeutik. Penyuluhan yang dilakukan
seperti menjelaskan tentang pengertian dari asma, penyabab timbulnya
asma, faktor pencetus yang harus di hindari serta dampak jika penyakit asma
tidak di tanggulangi. Pada saat melaksanakan penyuluhan klien dan keluarga
tampak kooperatif mendengarkan penjelasan yang telah diberikan dan mau
menanyakan hal-hal yang belum dimengerti. Persiapan dari petugas antara lain
persiapan diri, penguasaan materi dan sarana yang dipakai dalam penyuluhan.
Secara umum semua pelaksanaan sudah dilaksanakan sesuai perencanaan dengan
baik.
Dalam kegiatan
pelaksanaan tindakan keperawatan penulis dapat melaksanakan dengan baik,
walaupun terdapat sedikit hambatan, dalam hal waktu yang kurang lama, karena
klien hanya berada di rumah pada malam hari dan hanya bisa berkunjung dalam
waktu yang singkat, karena klien harus melakukan pekerjaan yang ada di
rumahnya. Dalam pelaksanaan keperawatan keluarga, hal yang paling penulis
tekankan dan perlu diperhatikan untuk meningkatkan kesehatan klien dan mencegah
kekambuhan penyakit asma yang diderita oleh klien SN, walaupun penyakit klien
kambuh, klien SN mampu merawat dan mengambil tindakan yang tepat, seperti
meminum air hangat atau air jahe untuk membuat tubuhnya kembali hangat.
Kesenjangan dalam hal ini jelas terjadi, mengingat tindakan pada teori asma
bronkiale tidak bisa di lakukan karena kondisi klien nampak sehat sehingga
semua diarahkan pada bimbingan dan motivasi.
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan. Evaluasi yang dapat dilakukan adalah evaluasi keberhasilan
tindakan dalam jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Dari hasil evaluasi
yang didapat, dikatakan bahwa teori dengan kenyataan telah sesuai dalam artian
tindakan keperawatan yang dilaksanakan pada keluarga ibu SN sudah sesuai dengan
rencana dan dapat dikatakan berhasil. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
perubahan yang terjadi seperti keluarga sudah dapat mengerti tentang
pengertian, penyebab, tanda gejala, serta penatalaksanaan penyakit asma dan
dapat menghindari faktor penyebab yang dapat menimbulkan kambuhnya asma.
Keberhasilan evaluasi diagnosa tersebut belum dapat dikatakan berhasil
seutuhnya, tapi klien sudah menunjukan sikap perubahan yang positif untuk
menjaga dan meningkatkan kondisinya.
BAB IV
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan pada Bab III maka penulis
mengemukakan kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A.
Kesimpulan
Dalam pengkajian, data dikumpulkan dengan teknik wawancara,
observasi, studi dokumentasi dan pemeriksaan fisik. Pada tahap ini penulis
tidak mendapatkan kesulitan dalam pengumpulan data karena keluarga cukup
kooperatif dan mau menerima petugas kesehatan dengan baik. Sehingga dari data
yang dikumpulkan didapat dua diagnosa keperawatan keluarga yaitu pentalaksanaan
program terapiutik tak efektif dan resiko kekambuhan. Dalam rencana
keperawatan terdiri dari prioritas
diagnosa dan penyusunan rencana perawatan. Prioritas diagnosa keperawatan didasarkan pada nilai skor tertinggi. Dimana
yang menjadi prioritas pertama yaitu penatalaksanaan program terapiutik tak efektifan
(skor 3
) dan yang menjadi prioritas kedua resiko tinggi
kekambuhan (skor 3 ). Hal ini dikarenakan kurang mendukungnya fasilitas atau
sarana prasarana serta sumber daya yang ada menyebabkan potensi masalah untuk
dicegah adalah cukup dan perlu waktu serta perencanaan yang cukup lama,
walaupun keluarga sudah punya keinginan untuk merubah keadaannya. Dalam
penyusunan perencanaan perawatan pada keluarga ibu SN dilakukan bersama-sama
dengan keluarga, sehingga rencana yang dilaksanakan merupakan kerjasama antara
petugas kesehatan dengan keluarga. Dalam penyusunan rencana tindakan
keperawatan lebih menekankan pada kemandirian keluarga dalam melaksanakan dan
mengemban lima tugas keluarga yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan untuk
tindakan yang tepat, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi
lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, dengan memberikan
penyuluhan dan motivasi serta dengan melihat potensi yang ada dalam keluarga
tersebut. Dari tindakan keperawatan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan
perencanaan, dimana keluarga sudah mampu melaksanakan lima tugas keluarga dalam
bidang kesehatan. Pada saat memberikan tindakan, keluarga tampak kooperatif,
hal ini dapat diobservasi saat memberikan penyuluhan kepada klien dan keluarga
mau mendengarkan, bertanya bila ada hal-hal yang belum dimengerti, serta mampu
mejelaskan kembali penjelasan yang telah diberikan oleh petugas. Keluarga
termotivasi untuk melakukan tindakan yang disarankan oleh petugas misalnya menjegah
faktor pencetus timbulnya kekambuhan penyakit, sehingga semua tindakan sudah
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Dalam evaluasi, diagnosa 1 dan 2 yang
terdiri dari 5 tupen telah tercapai secara keseluruhan. Dimana, dapat dilihat
dari beberapa perubahan yang terjadi pada keluarga dalam kemampuan keluarga, dalam
pemeliharaan kesehatan.
B.
Saran
Adapu
saran yang ingin disampaikan oleh penulis, antara lain kepada :
1. Team
Kesehatan
Bagi petugas kesehatan, khususnya di
Puskesmas II Denpasar Selatan diharapkan memantau dan melanjutkan pembinaan
kepada keluarga Ibu SN serta memberi
bimbingan ataupun arahan agar nantinya dapat mencegah kambuhnya penyakit yang
di miliki klien SN.
2. Klien
dan Keluarga
Kepada klien disarankan untuk
mengindari faktor pencetus dari asma antara lain: suhu yang dingin, mandi pada
malam hari, kelelahan atau beraktivitas yang berlebihan serta istirahat yang
cukup dan rajin kontrol ke Puskesmas atau ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
terdekat apabila obatnya habis dan keluarga disarankan untuk menjaga
kondisinya.
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, K.
A. H. (2012). Aplikasi Praktis : Asuhan
Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.
Bil Resti,
Indriana. (2014). Teknik Relaksasi Otot
Progresif untuk Mengurangi Stres pada Penderita Asma. Jurnal ilmiah
Psikologi Terapan: Universitas Mahammadiyah Malang. Diperoleh Tanggal 28 Mei
2016, dari http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/view/1766
Brunner
dan Suddarth. (2013). Keperawatan
Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Carpenito,
L. J. (2013). Diagnosa keperawatan.
Edisi 13. Jakarta: EGC.
Infodatin.
(2013). You can Control your Asthma. Pusat
Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Di peroleh pada tanggal 28 mei
2016, dari http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-asma.pdf
Muhlisin,
A. (2012). Keperawatan Keluarga.
Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Padila. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Keluarga. Cetakan I. Yogyakarta: Nuha Medika.
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan
Penyakit Dalam. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Nuha Medika.
Program Studi D
III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bali, (2016). Pedoman Penyusunan Laporan Kasus. Denpasar.
Rachmawati. Johar Damiri, Dhami. Susanto, Ate. (2012). Aplikasi Sistem Pakar Diagnosis Penyakit
Asma. Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Diperoleh Tanggal 01
April 2016, dari http://www.jurnal.sttgarut.ac.id/index.php/algoritma/article/view/9/9
Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas. (2016). Denpasar: Puskesmas II
Denpasar Selatan.
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses
Keperawatan Keluarga. Surabaya: Graha Ilmu.
Wijaya, A. S.,
& Putri, Y. M. (2013). Keperawatan
Medikal Bedah : Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
BERKOMENTARLAH DENGAN BIJAK DENGAN MENJAGA TATA KRAMA TANPA MENGHINA SUATU RAS, SUKU, DAN BUDAYA