Subscribe
I
PENDAHULUAN
Veda memiliki arti dan makna “pengetahuan”. Veda merupakan pedoman
yang digunakan oleh umat Hindu dalam menjalankan kehidupan sehari – hari. I.B.
Supartha (2009 : 6) menyebutkan Veda adalah wahyu Tuhan atau sabda suci yang
diturunkan oleh Sang hyang Widhi untuk semua umat manusia di Jagat Raya ini
bukan hanya untuk segolongan umat manusia saja. Kitab suci Veda bersifat
universal, semua ajaran dalam Veda dapat dipelajari oleh semua mahluk di dunia
ini.
Secara etimologi
kata Veda berasal dari kata "Vid" dalam bahasa sanskerta, yang
artinya mengetahui atau pengetahuan. Veda adalah ilmu pengetahuan suci yang
maha sempurna dan kekal abadi serta berasal dari Hyang Widhi Wasa. Kitab Suci
Veda dikenal pula dengan Sruti, yang artinya bahwa kitab suci Veda adalah wahyu
yang diterima melalui pendengaran suci dengan kemekaran intuisi para maha Ṛṣi.
Juga disebut kitab mantra karena memuat nyanyian-nyanyian pujaan. Dengan
demikian yang dimaksud dengan Veda adalah Sruti dan merupakan kitab yang tidak
boleh diragukan kebenarannya dan berasal dari Hyang Widhi Wasa.
Veda merupakan
sebuah saripati pengetahuan sejati yang dianugrahkan oleh Tuhan demi
kesejahteraan umat manusia. Sayanacharya (pencatat ‘Veda’ zaman dulu)
mengemukakan definisi Veda adalah kitab kuno yang menguraikan tentang cara –
cara mencapai tujuan yang diinginkan dan juga cara – cara menyelamatkan
seseorang dari bencana. Seperti kita membutuhkan mata untuk melihat dunia
fisik, demikian pula halnya, juga kita membutuhkan mat Veda untuk melihat unsur
– unsur yang maha suci. Sejak zaman dulu Veda telah dijadikan landasan atau
pedoman masyarakat dalam bertindak. Veda bisa dipelajari oleh seluruh umat
manusia di dunia ini, seperti yang tertuang jelas dalam kitab Yajur Veda XXVI.2
sebagai berikut :
Yathemāṁ wācaṁ kalyāṇim
Āwadāni janebhyaḥ
Brahma rājanyābhyāṁ
Śūdrāya cārayāya ca
Swāya cāraṇāya ca
Terjemahannya
:
Aku
telah ajarkan sabda suci (Veda) ini kepada seluruh umat manusia, Brahmana,
Ksatria, Waisya, dan Sudra, kepada semua orang dan orang – orang asing
sekalipun.
Siapapun
bisa mempelajari Veda tanpa terkecuali, karena Veda juga sebagai kitab suci
yang merupakan sumber Dharma (Vedo ‘khilo
dharma mūlaṁ) dan bukan karangan manusia (Apauruseya). Veda merupakan kebenaran suci yang ada untuk selama –
lamanya (Sanatana Dharma).
II
PEMBAHASAN
1.
Sifat Veda Anādi-Ananta
Tidak berawal – tidak ada
kepengarangan
Veda disebut Anādi yaitu tanpa awal dari segi waktu. Artinya sesuatu atau yang
lebih tua dari Veda, tidak ada. Jadi Veda sudah ada sejak kapanpun. Veda tidak
berawal, karena merupakan Sabda-Nya telah ada sebelum alam diciptakan oleh-Nya
(Titib, 1996 : 36). Ini sangat bertolak belakang dengan logika. Dewasa ini, suatu
buku memiliki syarat kepengarangan atau setidaknya ada sumber yang jelas
mengenai buku tersebut. Tapi lain halnya dengan kitab suci Veda, Veda tidak ada
yang mengetahui siapa yang mengarang dan kapan Veda itu ada. Dalam mantra
– mantra Veda banyak menyebutkan tentang poara maha Ṛṣi sehingga banyak orang
berasumsi bahwa Veda diciptakan atau dikarang oleh para Ṛṣi dan para Ṛṣi
mendapatkan Wahyu dari Sang Hyang Widhi. Akan tetapi asumsi ini tidak
sepenuhnya benar, karena menurut definisi Veda, Veda adalah “Apourusheya” atau tidak bersumber dari
manusia. “Pourusheya” adalah karya
manusia. Karena Veda bukan karya manusia, para Ṛṣi yang adalah manusia tidak
mungkin menulisnya (Sri Chandrasekharendra, 2009 : 4).
Seperti halnya benua Amerika, yang ditemukan oleh Columbus. Hal itu bukan
berarti mengatakan bahwa Columbuslah yang menciptakan benua Amerika. Jadi benua
Amerika sudah ada sebelum Columbus menemukannya, hanya saja Columbus membantu
manusia, sehingga benua Amerika diketahui oleh umat manusia. Sama halnya dengan
Veda, Veda sudah ada sebelum maha Rsi ada, hanya saja para Ṛṣi lah yang
menemukannya dan menyampaikan kepada umat manusia. Dan mantra – mantra sudah
ada; selalu ada. Karena para Ṛṣi menemukannya, maka nama mereka dikaitkan
dengan mantra tertentu (Sri Chandrasekharendra, 2009 : 5). Asumsi lain
mengatakan Veda diciptakan bersamaan dengan penciptaan alam semesta. Artinya
Veda diciptakan ketika Brahma menciptakan alam semesta. Akan tetapi asumsi ini
keliru karena dalam kitab – kitab sastra yaitu Srimad Bhagavatam, menyebutkan
bahwa Veda sudah ada sebelum penciptaan karena Brahma sendiri dikatakan
melakukan penciptaan dengan bantuan mantra – mantra Veda yang hanya ada sebagai
suara di dalam ruang. Lalu, Jika mantra – mantra disebut “Anadi”, apakah artinya mereka selalu ada? Dimanakah mereka
berada?
Sri Chandrasekharendra (2009 : 6) menyebutkan Tuhan tidak menciptakan Veda jika
Dia dan Veda keduanya bersifat Anādi. Jika
Ia menciptakannya, maka Veda mempunyai awal. Dalam Brihadharanyaka Upanisa (2,4,10) mengatakan bahwa Veda dalam bentuk
Rig, Yajur, Sama dan Atharva adalah nafas Iswara; ‘Nishwasitam’ adalah kata
yang digunakan untuk pengeluaran nafas.
Dalam Bhagavad Gita Bab 15 sloka 15 menyebutkan :
Sarvasya cāhaṁ hṛdi sanniviṣṭo
mattaḥ smṛtir jñānam apohanaṁ
vedaiś ca sarvair aham eva vedyo
vedānta-kṛd veda-vid eva cāham
Terjemahan :
Aku bersemayam di dalam hati setiap makhluk. Ingatan,
pengetahuan dan pelupaan berasal dari-Ku. Akulah yang harus diketahui dari
segala Veda; memang Akulah yang menyusun Vedānta, dan Akulah yang mengetahui
Veda.
Sri krisna menjelaskan bahwa Dia tidak menciptakak Veda, melainkan dia
diketahui oleh Veda dan Dia mengetahui Veda. Lebih jaud Dia tidak menyebutkan
diri-Nya sebagai yang membuat Veda, tapi sebagai orang yang menjadi subyek
semua Vedanta atau Vedantakrit, buka
sebagai Vedakrit. Ia menyebutkan
diri-Nya sebagai sendiri sebagai hasil akhir evolusi manusia, bahkan sebelum
penciptaan, Iswara dan Veda berada bersama – sama.
Dalam Bhagavata Purana
juga tidak berbicara bahwa Tuhan telah membuat Veda, Veda dikatakan sebagai
manifestasi dari jantung hatinya. Kata yang digunakan adalah ‘Sputa’ yang berarti manifestasi tiba –
tiba dari sesuatu yang sudah ada. Jadi Veda merupakan bagian dari Tuhan atau
nafas Tuhan.
Veda Tanpa Akhir
Dewasa ini, seperti dijelaskan bahwa Veda tidak berawal “Anādi”, dan Vedapun tanpa akhir “Ananta”. Sehingga sering dikatakan bahwa Veda bersifat
Anādi-Ananta. Titib (1996 : 36) menyebutkan bahwa Veda tidak berakhir karena
ajarannya berlaku sepanjang jaman. Veda tidak akan pernah putus atau berakhir.
Seperti Genitri yang merupakan lambing ilmu pengetahuan yang tak terputus,
begitu juga halnya dengan Veda, takkan terputus dan takkan berakhir.
Seperti yang dijelaskan dalam buku Peta Jalan Veda, Veda telah ada
sebelum penciptaan dunia ini, dan mantra - mantra Veda merupakan nafas dari
Iswara, oleh karena itu Veda juga akan tetap ada walaupun dunia ini telah
pralaya. Banyak sastra – sastra dan tokoh – tokoh Hindu meyakini bahwa Veda
akan tetap ada sampai kapanpun.
2.
Para Ṛṣi Penerima Wahyu
Dalam agama Hindu orang-orang suci penerima wahyu disebut Rsi, kata ini
berarti yang memandang, melihat atau yang memperoleh wahyu Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam perkembanganya kita jumpai berbagai sebutan terhadap orang-orang suci
antara lain : Muni, Sadhu, Swami, Yogi, Sannyasi, Acarya, Upadhyaya dan
lain-lain dan di Indonesia pada jaman dahulu kita mengenal istilah Mpu atau
Bhujangga, kini para Pandita dari golongan Vaisnava di Bali disebut pula dengan
Rsi. Untuk membedakan Rsi penerima wahyu Veda dengan Rsi para pandita dewasa ini, maka untuk yang pertama
disebut Maharsi. Maharsi ini dapat disebut sebagai nabi bagi umat Hindu dan jumlahnya tidaklah seorang, melainkan cukup banyak. Seorang
Maharsi adalah tokoh pemikir dan pemimpin agama, ia juga seorang ”Jnanin”,
filosuf dan pejuang dalam bidang agama. Ia adalah penyebar ajaran agama dan
sekaligus moralis, pendeknya guru dengan berbagai sifat istimewanya yang serba
mulia. Ia rendah hati dan tahan uji, ia memiliki pandangan yang luas dan mampu
menatap masa depan, mampu mengendalikan indrianya, suka melakukan tapa, brata,
yoga, samadhi, karena itu ia senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Sebagai pemimpin agama ia adalah pengayom yang memberikan keteduhan dan
kesejukan kepada siapa saja yang datang untuk memohon bimbingannya.
Dengan sifat-sifat tersebut di atas, seorang Rsi adalah
seorang rohaniawan, agamawan dan sekaligus seorang pemimpin. Di dalam
kitab-kitab Purana kita jumpai pengelompokkan Rsi ke dalam 3 katagori, yaitu :
1.
DevaRsi,
2.
BrahmaRsi,
3.
RajaRsi.
Dari pengelompokan Rsi diatas,,
secara tidak langsung kita mengetahui bahwa tidak semua Rsi berstatus sebagai
”penerima wahyu”. Pengertian Rsi pada mulanya dipergunakan secara tradisional
yang dianggap mampu membongkar rahasia Veda. Keterangan ini dapat kita jumpai dalam kitab Nirukta
II.11, salah satu kitab Vedangga, yang menyatakan : ”Bahwa para Rsi ialah mereka yang memperoleh mantra (rsayah
mantradrastarah)”.
Dalam agama Hindu begitu
banyak memiliki Rsi dan hal ini tidak menghambat akan perkembangan agama Hindu
tersebut karena pada hakekatnya Tuhan Yang Maha Esa menggunakan banyak media
untuk menyampaikan ajaran suciNya kepada umat manusia. Hindu berpandangan justru dengan banyaknya Rsi itu umat
mendapatkan teladan, sosok figur dan penampilannya menjadi panutan,
wejangan-wejangannya memberikan kesejukan hati dan kebahagiaan yang tiada
taranya, misalnya karya Maharsi Vyasa yang memadukan unsur sejarah dan mitologi
dalam karya besarnya Mahabharata dan kitab-kitab Purana senantiasa dinikmati
oleh mereka yang kehausan untuk mereguk amrta suci ajarannya (Titib, 1996 : 38)
Disamping pengelompokan ke
dalam 3 katagori tersebut di atas, kitab Matsya Purana dan Brahmanda Purana
menyebutkan 5 kelompok Rsi, sebagai berikut :
1.
BrahmaRsi,
2.
SatyaRsi,
3.
DevaRsi,
4.
SrutaRsi,
5.
RajaRsi.
Pengelompokkan ini merupakan
penyempurnaan pengelompokan sebelumnya dengan menambahkan 2 kelompok baru,
yaitu SatyaRsi dan SrutaRsi. Dari istilah-istilah ini dapat dipahami bahwa
nama-nama kelompok ini hanya bersifat relatif fungsional dihubungkan dengan
fungsi dan sifat yang khas dari seorang Rsi. Selanjutnya seorang Rsi sebagai
Bhatara (pelindung) sekaligus seorang pemimpin baik dalam bidang kerohanian,
politik dan pemerintahan dan bahkan menjadi panglima perang sebagai contoh
adalah Rsi Bhisma, Drona dan sebagainya, di Bali pada masa pemerintahan Dharma
Udayana Var madeva, juga seorang Rsi atau Mpu, yakni Mpu Rajakrta menjabat
Senapati Kuturan dan kemudian nama ini populer menjadi Mpu Kuturan yang
merintis Kahyangan Tiga dengan desa Pakraman di daerahini. Seorang BrahmaRsi
menurut kitab Brahmanda Purana tugasnya mempelajari dan mengajarkan Veda, jadi fungsinya sebagai pandita. Adapun seorang yang
dinyatakan sebagai SatyaRsi adalah gelar para Rsi yang mempunyai asal-usul
langsung dari Tuhan Yang Maha Esa pada permulaan penciptaan dunia ini. Beliau
pula yang mula-mula disebut sebagai Bhatara, misalnya Bhatara Manu dan
lain-lain. Kelompok DevaRsi dikenal pula dengan nama Prajapati. Di dalam kitab
brahmanda Purana disebutkan adanya 9 Prajapati, yaitu : Marici, Bhrgu, Angira,
Pulastya, Pulaha, Kratu, Daksa, Atri dan Vasistha. Di antara 9 Prajapati itu
ada pula yang disebut-sebut namanya dalam kitab Rg Veda, sebagai Rsi yang dikaitkan dengan mantra-mantra dalam
kitab suci ini. Adapun 4 kelompok lainnya (Brahma, Satya, Sruta dan RajaRsi) di
dalam Brahmanda Purana masing-masing disebutkan berturut-turut : Sonaka,
Sananda, Sanatana dan Sanatkumara.
Selain nama – nama Rsi diatas, adapula yang menyebutkan
sekelompok Rsi yang menerima wahyu dari Tuhan Yang Maha Esa
yang disebut dengan “Saptarsi”.
Saptarsi berasal dari dua kata yaitu Sapta
yang artinya tujuh dan Ṛsi artinya orang
– orang suci penerima wahyu. Jadi Saptarsi
adalah tujuh orang – orang suci penerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang
terhimpun dalam Vedà . Adapun Saptarsi penerima wahyu yaitu sebagai
berikut :
a. Ṛsi
Grtsamada
Maha Ṛsi
Grtsamada adalah maharsi yang paling banyak dihubungkan dengan
turunnya mantra – mantra Vedà ,
terutama Rg Vedà mandala II.
Akan tetapi kehidupan mahaṛsi Grtsamada
tidak banyak diketahui. Dari beberapa catatan diketahui bahwa Ṛsi Grtsamada adalah keturuna dari Sunahotra yang merupakan keturunan Bharadvaja, keluarga Angira. Adapula penjelas lain mengatakan
bahwa Ṛsi Grtsamada merupakan
keturunan Bhrgu. Dengan demikian
sejarahnya tidak diketahui dengan pasti, sedangkan di dalam Mahabharata ia disebutkan keturuna Maharsi Sonaka.
b. Ṛsi Visvamitra
Mahaṛsi
Visvamitra adalah Maharsi yang kedua yang banyak disebut namanya
dan dikaitkan dengan seluruh mandala III
Rg Vedà . Kitab III Rg Vedà ini
terdiri dari 58 Suktha. Setelah
diadakan penelitian, ternyata tidak semua Suktha
itu dikaitkan dengan nama Visvamitra
karena diantara mantra – mantra ada menyebutkan Maharsi lainnya seperti Kusika,
Isiratha dan lain – lain. Visvamitra adalah putra Musika. Disamping itu dijumpai nama Rsi Jamadagni sebagai maharsi yang dikaitkan dengan mandala III Rg Vedà . Keterangan lain
tentang Visvamitra dinyatakan bahwa Visvamitra bukan seorang Brahmana tetapi seorang Ksatriya. Penggolongan status seorang Rsi dengan Catur Varna sesungguhnya tidak begitu menentukan karena bukan
merupakan persyaratan seorang Maharsi.
c. Rsi Vamadeva
Maharsi
Vamadeva banyak dihubungkan dengan mandala IV kitab Rg Vedà . Kurang banyak diketahui tentang riwayat Maharsi ini. Di dalam kitab – kitab Purana diceritakan bahwa Vamadeva sempat mengadakan dialog dengan
Deva Indra dan Aditi.
d. Ṛsi Atri
Maharsi Atri pada umumnya
dikaitkan dengan turunnya mantra – mantra mandala
V Rg Vedà . Di dalam Matsya Purana,
nama Atri tidak saja sebagai nama
keluarga, tetapi juga sebagai nama pribadi. Dinyatakan bahwa dalam keluarga Atri yang tergolong Brahmana dijumpai pula beberapa nama dari keluarga Atri seperti : Sayana, Udvalaka, Sona, Sukdeva, Gauragriva dan lain – lain. Dalam
ceritanya dikemukakan pula informasi bahwa Maharsi
Atri banyak dikaitkan dengan keluarga Angira.
Dalam Rg Vedà mandala V, tampaknya tidak hanya Maharsi Atri yang menerima wahyu untuk mandala ini tetapi juga Druva, Prabhuvasu, Samvarana, Gauraviti,
Putra Sakti, dan lain – lain. Dikemukakan pula bahwa diantara keluarga Atri 36 Rsi tergolong penerima wahyu. Jadi cukup banyak dan karena itu
kemungkinan nama – nama itu adalah keturuna dari Maharsi Atri.
e. Ṛsi
Bharadvaja
Maharsi
Baradvaja adalah Maharsi
yang banyak dikaitkan dengan turunnya mantram – mantram dari mandala VI, kecuali ada beberapa saja
yang diturunkan melalui Sahotra dan Sarahotra. Adapun nama – nama lain
seperti Nara, Garagajisva adalah Rsi
penerima wahyu dari keluarga Bharadvaja.
Di dalam kitab – kitab Purana
dijelaskan bahwa Bharadvaja adalah
putera Brihaspati, cerita ini belum dapat dipastikan kebenarannya karena
disamping keterangan lain yang mengatakan bahwa Samyu dengan Bharadvaja
masih dalam satu keluarga. Kitab – kitab Purana tidak banyak memberikan
penjelasan.
f. Ṛsi Vasistha
Nama Vasistha
sering digunakan sebagai nama keluarga kadang kala sebagai nama pribadi. Rsi Vsistha banyak dikaitkan dengan
turunnya mantra – mantra mandala VII Rg
Vedà . Salah seorang keturunan Rsi Vasistha
adalah Rsi Sakti yang juga terkenal
sebagai penerima wahyu. Tentang keluarga Vasistha
tidak banyak kita kenal. Di dalam kitab Mahabharata
nama Vasistha disamakan dengan Visvamitra. Di dalam Matsya Purana dinyatakan bahwa Rsi
Vasistha mengawini Arundhati,
saudara perempuan devarsi Narada.
Dari padanya lahirlah seorang putera bernama Sakti.
g. Ṛsi Kanva
Maharsi Kanva merupakan Maharsi penerima wahyu dan banyak
dikaitkan dengan mandala VIII Rg Vedà .
Mandala ini terdiri dari bemacam – macam Suktha.
Kanva adalah nama pribadi dan juga nama keluarga. Didalam mandala VIII dinyatakan diterima oleh Maharsi Kanva atau merupakan wahyu yang
diterima oleh keluarga Sakuntala.
3.
Masa Penyusunan Mantra - Mantra Veda
Veda bersifat Anādi-Ananta, itu artinya tak ada yang tahu pasti kapan mantra –
mantra veda itu diadakan atau diciptakan. Banyak peneliti yang telah meneliti
tentang umur dari Veda akan tetapi sampai sekarang tidak ada yang mengetahui.
Veda diwahyukan kepada para maharsi ketika belum mengenal tulisan, dan para Rsi
mengajarkan Veda secara lisan melalui system upanisad. Setelah mengenal adanya
tulisanlah Veda kembali ditulis dan dikofikasi oleh Rsi Vyasa.
Dalam buku Peta Jalan Veda menjelaskan
bahwa keempat Veda, Rig, Yajur, Sama dan Atharva, dipercayai merupakan getaran
di ruang dan disitesisi 5.000 tahun yang lalu pada awal dari Kali Yuga ini,
oleh Bhagavan Veda Vyasa. Keempatnya terdiri dari 1.131 saakha (cabang atau
kelompok) yaitu 21 dalam Rig, 101 dalam Yajus, 1000 dalam sama dan 9 dalam
Atharva. Semuanya dilestarikan dalam garis pewarisan Rsi (Parampara), melalui tradisi oral, dari ayah ke anak, dari guru ke
sishya (murid).
Beberapa sarjana baik dari India maupun Eropa berpendapat
tentang penyusunan Veda sebagai
berikut :
a.
Vidyaranya menyatakan sekitar 15000
tahun sebelum masehi.
b.
Lokamanya Tilak Shastri menyatakan
6000 tahun sebelum masehi.
c.
Bal Gangadhar Tilak menyatakan 4000
tahun sebelum masehi.
d.
Dr. Haug memperkirakan tahun 2400
sebelum masehi.
e.
Max Muller menyatakan sekitar tahun
1200 – 800 sebelum masehi.
f.
Heine Gelderen memperkirakan tahun
1150 – 1000 sebelum masehi.
g.
Sylvain Levy memperkirakan tahun
1000 sebelum masehi.
h.
Stutterheim memperkirakan 1000 – 500
sebelum masehi.
Demikian pendapat
dari para sarjana memperkirakan mengenai masa disusunnya kitab suci Veda menjadi sumber ajaran agama Hindu.
III
PENUTUP
1.
SIMPULAN
Veda memiliki arti dan makna “pengetahuan”. Veda
merupakan pedoman yang digunakan oleh umat Hindu dalam menjalankan kehidupan
sehari – hari. I.B. Supartha (2009 : 6) menyebutkan Veda adalah wahyu Tuhan
atau sabda suci yang diturunkan oleh Sang hyang Widhi untuk semua umat manusia
di Jagat Raya ini bukan hanya untuk segolongan umat manusia saja.
Veda disebut Anādi yaitu tanpa awal dari segi waktu. Artinya sesuatu atau yang
lebih tua dari Veda, tidak ada. Jadi Veda sudah ada sejak kapanpun. Veda tidak
berawal, karena merupakan Sabda-Nya telah ada sebelum alam diciptakan oleh-Nya
(Titib, 1996 : 36). Dewasa
ini, seperti dijelaskan bahwa Veda tidak berawal “Anādi”, dan Vedapun tanpa akhir “Ananta”. Sehingga sering dikatakan bahwa Veda bersifat
Anādi-Ananta. Titib (1996 : 36) menyebutkan bahwa Veda tidak berakhir karena
ajarannya berlaku sepanjang jaman. Veda tidak akan pernah putus atau berakhir.
Dalam agama Hindu orang-orang suci penerima wahyu
disebut Rsi, kata ini berarti yang memandang, melihat atau yang memperoleh
wahyu Tuhan Yang Maha Esa. Rsi penerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa disebut dengan “Saptarsi”. Saptarsi berasal dari dua kata yaitu Sapta yang artinya tujuh dan Ṛsi artinya orang
– orang suci penerima wahyu. Jadi Saptarsi
adalah tujuh orang – orang suci penerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang
terhimpun dalam Vedà .
Beberapa sarjana baik dari India maupun Eropa berpendapat
tentang penyusunan Veda sebagai
berikut :
i.
Vidyaranya menyatakan sekitar 15000
tahun sebelum masehi.
j.
Lokamanya Tilak Shastri menyatakan
6000 tahun sebelum masehi.
k.
Bal Gangadhar Tilak menyatakan 4000
tahun sebelum masehi.
l.
Dr. Haug memperkirakan tahun 2400
sebelum masehi.
m.
Max Muller menyatakan sekitar tahun
1200 – 800 sebelum masehi.
n.
Heine Gelderen memperkirakan tahun
1150 – 1000 sebelum masehi.
o.
Sylvain Levy memperkirakan tahun
1000 sebelum masehi.
p.
Stutterheim memperkirakan 1000 – 500
sebelum masehi.
Demikian pendapat
dari para sarjana memperkirakan mengenai masa disusunnya kitab suci Veda menjadi sumber ajaran agama Hindu.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhana, I.B. Suparta. 2009. Kemahakuasaan Tuhan dalam Weda. Surabaya : Paramita.
http://portalhindu.com/2011/04/26/sapta-rsi-penerima-wahyu-veda/ (Sabtu, 30 Juni 2012 ; 17.00 wita)
Maswinara,
I Wayan. 2004. Rg Veda Samhita. Surabaya
: Paramita.
Mittal, Dr. Mahendra._____ Intisari Veda Pesan Tuhan untuk Kesejahteraan Umat Manusia. Surabaya
: Paramita.
Saraswati, Sri Chandrasekharendra. 2009. Peta Jalan Veda. Jakarta : Media Hindu.
Swami
Prabhupada, Sri-Srimad A.C. Bhaktivedanta. 2006. Bhagavadgita. Indonesia : Hanuman Sakti.
Titib, Dr. I Made. 2001. Pengantar Veda. Jakarta : Hanuman Sakti.
Titib, Dr, I Made. 2001. Veda
Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya : Paramita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
BERKOMENTARLAH DENGAN BIJAK DENGAN MENJAGA TATA KRAMA TANPA MENGHINA SUATU RAS, SUKU, DAN BUDAYA