Subscribe
ARTHA
SASTRA
Pengertian Artha Sastra
Artha Sastra
adalah jenis ilmu pemerintah Negara.
Isinya merupakan pokok pokok pemikiran ilmu politik. Sebagai cabang ilmu, jenis
ilmu ini disebut itisastra atau rajadharma atau pula danda niti. Ada beberapa
buku yang dikodifikasikan ke dalam jenis ini adalah kitab Usana,Nitisara,
Sukraniti, Artha sastra.
Penulis ARTHA SASTRA
1.Manu, Yajñavalkya,
2. Usaṇa, Bṛhaspati,
3.
Visalaksa, Bharadvāja,
4. Parasara
5. Dan Kautilya sendiri yang Pling sering di sebut-sebut
Dalam Arthaśāstra terdapat empat
aliran pokok. Perbedaan tampak dari system penerapan ilmu politik berdasarkan ilmu yang diterima
sebagai sistem untuk mencapai tujuan
hidupManusia (Purusārtha). Bhagavad Sūkra yang
menulis Arthaśāstra dengan
nama Śukrānitiśāstra. Buku
ini berisikan ajaran-ajaran teori ilmu politik yang ditulis dalam ± 2200 sair. Disamping itu Kamāṇdaka juga telah
menulis Nitiśāstra yang
semuanya memberi pandangan yang luas tentang ilmu politik.Kitab ini ditulis
oleh Kautilya saat
mana keadaan politik di negeri India kacau, para pejabat atau bangsawan sibuk berpesta pora, negara
tidak terurus, korupsi. Dan yang menjadi sasran saat negeri ini mengalami
kekacauan adalah masyarakat rakyat dibebani berbagai macam pajak dan iuran atau
pungutan yang tidak perlu. Terlebih lagi India saat itu mengalami ancaman
ekspedisi militer dari Kaisar Alexander Yang Agung raja Yunani. Sebagai seorang
yang terpelajar, cerdas dan perduli dengan keadaan rakyat Kautilya memberikan kritik pada
kekuasaan saat itu, namun penguasa saat itu menghinanya. Hal ini tidak
menyurutkan semangat dari Kautilya untuk
memperjuangkan hak-hak rakyat. Dia bertekad membangun kekuatan rakyat untuk
meruntuhkan kekuasaan yang korup.Langkah awal yang diambilnya adalah membangun
kesadaran rakyat terhadap negara, ini dilakukannya dengan berkeliling ke
seluruh wilayah India. Setelahkesadaran rakyat terhadap negara terbangun maka
beliau mengajarkan tentang kekuasaan, merebut kekuasaan, mempertahankan
kekuasaan dan memfungsikan kekuasaan sebagai istrumen kesejahteraan
sosial. Kautilya mengajarkan
bagaimana menjatuhkan para penguasa yang korup dengan memanfaatkan Indria
(nafsu), yaitu dengan membiarkan mereka terjebak dalam kubangan nafsu,
sebaliknya kekuatan rakyat digalang dengan melakukan pengendalian Indria
(nafsu)seperti yang diajarkan dalam Kitab suci Veda.Chanakya bersama
rakyat berhasil menjatuhkan penguasa dengan menjebakpara penguasa pada kubangan
nafsu (Indria) mereka. Beliau menobatkan muridnya Chandragupta menjadi Raja
kerajaan saat itu. Seorang pemuda dari rakyat jelata,golongan sudra. Sejak itu
kerajaan dikuasai oleh rakyat dan pemimpin yang mau melayani rakyat. Kerajaan
ini kemudian berkembang pesat sehingga mampu menguasai sebagian besar India
selatan. Kerajaan ini kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Asoka. Kerajaan ini
merupakan pusat perkembangan kebudayaan yang berbasiskan rasionalitas yang
dirintis sejak Upaniṣad dan
Buddha sekitar tahun 600
SM. Raja Asoka
generasi dari Chandragupta, menghapuskan deskriminasi sosial dan
mengumumkan penghapusan
segala tindak kekerasan untuk mencapai tujuan apapun
dalam wilayah
kekuasaanya.
Kisah singkat kehidupan asoka
Asoka adalah putra maharaja Maurya,
maharaja Bindusara dari seorang selir yang pangkatnya agak rendah dan
bernama subhadrangi yang akhir nya disebut Dharma karena ia mengikuti jalan
kebenaran. Asoka memiliki beberapa kakak dan hanya satu adik, Drupadh. Karena
kepandaian yang meneladani dan kemampuannya berperang, ia dikatakan merupakan
cucu kesayangan kakeknya, maharaja Candragupta Maurya. Maka seperti diceritakan dalam bentuk legenda,
ketika Candragupta Maurya meninggalkan kerajaannya untuk hidup sebagai seorang Jain, ia membuang
pedangnya. Asoka menemukan pedangnya dan menyimpannya.
Maka
sementara ia berkembang menjadi seorang prajurit ulung yang sempurna dan
seorang negarawan lihai, Asoka memimpin beberapa regimen tentara Maurya.
Popularitasnya yang naik di seluruh wilayah kekaisaran membuat kakak-kakaknya
menjadi cemburu karena mereka cemas ia bisa dipilih Bindusara menjadi maharaja selanjutnya. Kakaknya
yang tertua, pangeran Susima, putra mahkota pertama, membujuk Bindusara untuk
mengirim Asoka mengatasi sebuah pemberontakan di kota Taxila, di
provinsi barat laut Sindhu, di mana
pangeran Susima adalah gubernurnya. Taxila adalah sebuah daerah yang bergejolak
karena penduduknya adalah sukubangsa Yunani-India yang suka berperang dan juga karena
pemerintahan kakaknya, pangeran Susima kacau. Oleh karena itu dalam daerah ini
banyak terbentuk milisi-milisi yang mengacau keamanan. Asoka setuju dan bertolak ke
daerah yang sedang dilanda huru-hara. Maka ketika berita bahwa Asoka akan
datang menjenguk mereka dengan pasukannya, ia disambut dengan hormat oleh para
milisi yang memberontak dan pemberontakan bisa diakhiri tanpa pertumpahan darah.
(Provinsi ini di kemudian hari memberontak labUgi ketika Asoka memerintah,
namun kemudian ditumpas dengan tangan besi).
Keberhasilan
Asoka membuat kakak-kakaknya semakin cemas akan maksudnya menjadi maharaja
penerus, maka hasutan-hasutan Susima kepada Bindusara membuatnya membuang
Asoka. Asoka kemudian pergi ke Kalinga dan menyembunyikan jatidirinya. Di
sana ia bertemu dengan seorang nelayan wanita bernama Kaurwaki, dan ia jatuh cinta.
Prasasti-prasasti yang baru ditemukan menunjukkan bahwa ia kelak menjadi
permaisuri selirnya yang kedua atau ketiga.
Sementara
itu, ada sebuah pemberontakan lagi, kali ini di Ujjayani (Ujjain). Maharaja Bindusara
mengundang Asoka kembali setelah dibuang selama dua tahun. Asoka pergi ke
Ujjayani dan pada pertempuran di sana terluka, tetapi para hulubalangnya
berhasil menumpas pemberontakan. Asoka kemudian diobati secara diam-diam
sehingga para pengikut setia pangeran Susima tidak bisa melukainya. Ia diurusi
oleh para bhiksu dan bhiksuni beragama Buddha. Di
sinilah ia pertama kalinya berkenalan dengan ajaranBuddha, dan
di sini pula ia berjumpa dengan Dewi, yang merupakan perawat pribadinya dan
putri seorang saudagar bernama Widisha. Maka setelah pulih, ia menikahinya. Hal
ini tidak bisa diterima oleh Bindusara bahwa salah seorang putranya menikah
dengan seorang penganut Buddha, maka dia tidak memperbolehkannya tinggal di Pataliputra, tetapi
mengirimnya kembali ke Ujjayani dan membuat menjadi seorang gubernur.
Tahun
selanjutnya berjalan cukup tenang untuknya dan Dewi akan melahirkan putranya
yang pertama. Sementara itu maharaja Bindusara mangkat. Sementara berita putra
mahkota yang belum lahir menyebar, Pangeran Susima berniat untuk membunuhnya;
namun si pembunuh justru membunuh ibunya. Menurut legenda, dalam keadaan murka,
pangeran Asoka menyerang Pataliputra (sekarang Patna), dan memenggal kepala
kakak-kakaknya semua termasuk Susima, dan membuangnya di sebuah sumur di
Pataliputra. Pada saat tersebut banyak orang yang menyebutnya Canda Asoka yang
artinya adalah Asoka si pembunuh dan tak kenal kasih.
Sementara
Asoka naik takhta, ia memperluas wilayah kekaisarannya dalam kurun waktu
delapan tahun kemudian dari perbatasan daerah yang sekarang disebut Bangladeshdan Assam di
India di timur sampai daerah-daerah di Iran dan Afganistan di barat; dari Palmir Knots sampai
hampir di ujung jazirah India di sebelah selatan India.
Pertanyaan
:
1.
Apakah ada hubungan Artha Sastra
dengan Yadnya ?
2.
Apakah ada kaitannya Artha Sastra
dalam kehidupan dizaman di era globalisasi ini ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
BERKOMENTARLAH DENGAN BIJAK DENGAN MENJAGA TATA KRAMA TANPA MENGHINA SUATU RAS, SUKU, DAN BUDAYA