SELAMAT DATANG DI BLOG EZ_ELDIFORE. DI BLOG INI MEMBAHAS TENTANG BERBAGAI ARTIKEL ANAK KULIAHAN, SEKOLAHANBAHKAN ADA JUGA SALINAN SKRIPSI YANG ORIGINAL MILIK ADMIN ... DAN UNTUK BEBERAPA SISIPAN ADMIN JUGA MENYERTAKAN BEBERAPA INFORMASI-INFORMASI TERKINI YANG TERJADI DI SEKITAR KITA SEBAGAI SELINGAN INFORMASI...
Pengertian
teks eksplanasi secara umum diartikan sebagai suatu teks yang membahas tentang
“mengapa” dan “bagaimana”. Definisi tersebut kemudian dijelaskan kembali dalam
ebberapa literatur bahasa bahwa teks eksplanasi adalah sebuah teks yang
menjelaskan atau menerangkan mengenai suatu peristiwa terjadi, baik peristiwa
alam maupun social. Dari pengertian tersebut maka bisa dimengerti sebab teks
eksplanasi selalu ditemukan dalam bentuk penjelasan peristiwa alam.
Eksplanasi
merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris “explanation” yang jika
diartikan dalam bahasa Indonesia bermakna “menjelaskan”. Dari istilah tersebut
maka muncul definisi bahwa teks eksplanasi adalah suatu teks yang berisikan
proses yang berhubungan dengan fenomena alam, social, budaya, dan ilmu
pengetahuan. Jadi, jelaslah sudah bahwa teks eksplanasi memang dikaitkan dengan
berbagai gejala yang terjadi dalam hidup manusia dari segala aspek.
Struktur
Kebahasaan Teks Eksplanasi
Teks
yang merupakan media bagi seseorang untuk mengungkapkan dan menjelaskan segala
sesuatu memang mengandung unsure tertentu. Hal tersebut adalah ciri utama dari
kaidah dalam bahasa Indonesia, dimana setiap teks tertentu pasti memiliki
struktur kebahasaan untuk membedakannya dengan jenis teks yang lain. Berikut
ini adalah struktur kebahasaan dalam teks eskplanasi.
Pernyataan
umum, merupakan suatu paragraf yang menyatakan penjelasan mengenai fenomena
atau kejadian yang akan diterangkan pada tekks tersebut. Pada tahap ini,
penulis akan menyatakan pendapat umum, memberikan sedikit gambaran mengenai
suatu fenomena tersebut, atau dengan kata lain memperkenalkan jenis fenomena
yang akan dibahas.
Penjelas, pada
tahap ini tulisan akan mendetailkan beberapa hal yaitu jawaban dari pertanyaan
“mengapa” dan “bagaimana” kejadian tersebut bisa terjadi. Biasanya pada bagian
ini penjelasan akan lebih banyak atau lebih dari dua paragraf.
Interpretasi,
yang dimaksud dengan interpretasi adalah sebuah pendapat yang bersifat opsional
dari penulis teks mengenai peristiwa yang sedang dibahasnya itu. Hal tersebut
bukan sebuah keharusan, akan tetapi sangat mendukung teks eksplanasi tersebut
secara umum jika dibaca oleh orang lain.
Pada
ketiga struktur teks eksplanasi tersebut harus memiliki ciri yang disematkan
pada masing-masing skema. Pada pernyataan umum misalnya, harus disajikan secara
ringkas dan menarik sehingga pembaca semakin penasaran untuk mengetahui hal
yang akan dijelaskan. Sementara pada skematik selanjutnya yaitu penjelas,
diharapkan untuk tersaji secara detail dan akurat. Pada bagian terakhir yang
tidak harus ada, diharapkan teks bisa disajikan dengan kalimat interpretasi
yang membuat pembaca semakin ingin tahu dan mencari referensi berikutnya.
Ciri
Ciri Teks Eksplanasi
·Beberapa ciri-ciri teks eksplanasi yang
bisa tampak agar mudah dikenali yaitu :
·Bersifat fokus pada hal yang umum
·Banyak menggunakan istilah ilmiah
·Memakai kata kerja material dan
relasional, konjungsi waktu dan kausalitas
·Kalimatnya pasif
·Bertujuan untuk menjustifikasi bahwa
sebuah peristiwa itu benar adanya
Contoh
Teks Eksplanasi
1. Banjir
Banjir
adalah sebuah peristiwa alam yang berupa meluapnya air ke daratan. Peristiwa
ini biasanya muncul di kota-kota besar seperti yang banyak terjadi di wilayah
Indonesia. Secara singkat banjir dapat diartikan sebagai peristiwa meluapnya
air dalam jumlah yang besar dan menerjang suatu daerah. Biasanya banjir yang
terjadi di kota-kota besar disebabkan karena meluapnya air sungai yang sudah
tidak mampu lagi menampung air dalam jumlah besar. Secara definisi, banjir
diartikan sebagai kondisi permukaan air yang sudah melebihi batasan normal.
Dari beberapa pengertian tersebut, bisa disimpulkan secara singkat bahwa banjir
merupakan suatu bencana alam yang wajib untuk ditanggulangi, terutama di
wilayah perkotaan.
Munculnya
banjir dalam suatu wilayah bisa disebabkan oleh dua faktor pemicu. Pertama,
dikarenakan adanya faktor alam. Faktor alam yang dimaksudkan disini adalah
terjadinya curah hujan sangat tinggi pada suatu daerah, atau letak daerah yang
lebih rendah dari permukaan laut. Kedua, dikarenakan adanya faktor manusia.
Faktor manusia, seperti yang banyak kita ketahui adalah kesalahan manusia yaitu
penebangan hutan, serta kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan. Kedua
faktor pemicu banjir tersebut mengakibatkan air yang datang menjadi tersumbat
serta meluap ke pemukiman penduduk.
Berbagai
kerugian bisa ditimbulkan oleh banjir. Kerugian ini pada akhirnya memunculkan
jumlah kemiskinan yang semakin meningkat. Selain harta benda yang hilang akibat
banjir, belum terhitung kerugian lain seperti terkendalanya transportasi, dan
memicu munculnya penyakit seperti diare atau penyakit kulit yang semakin meraja
lela. Bahkan tidak jarang banjir juga bisa menyebabkan hilangnya nyawa manusia
jika terjadi secara besar-besaran.
Sebagai
manusia yang harusnya peduli mengenai beragam risiko banjir tersebut sudah
semestinya dimulai gerakan untuk menggalakan berbagai kegiatan pencegah banjir.
Mulai dari penghijauan, perbaikan saluran air, serta yang paling penting adalah
menghilangkan kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan. Dengan begitu,
diharapkan banjir tidak akan melanda pemukiman warga lagi.
Keterangan:
·Paragraf pertama merupakan pernyataan
umum.
·Paragraf kedua dan ketiga adalah
penjelas.
·Paragraf keempat adalah penutup yang
berisi pendapat atau interpretasi.
Kerajaan
Kutai (Martadipura) merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan
Kutai diperkirakan muncul pada abad 5 M atau ± 400 M. Kerajaan ini terletak di
Muara Kaman, Kalimantan Timur (dekat kota Tenggarong), tepatnya di hulu sungai
Mahakam. Nama Kutai diambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menggambarkan
kerajaan tersebut. Nama Kutai diberikan oleh para ahli karena tidak ada
prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini. Karena memang sangat
sedikit informasi yang dapat diperoleh akibat kurangnya sumber sejarah.
Keberadaan
kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu
berupa prasasti yang berbentuk yupa / tiang batu berjumlah 7 buah. Yupa yang
menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta tersebut, dapat disimpulkan
tentang keberadaan Kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan, antara lain
politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Adapun isi prasati tersebut menyatakan
bahwa raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia mempunyai seorang putra
bernama Asawarman yang disebut sebagai wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah
meninggal, Asawarman digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama Asawarman dan
nama-nama raja pada generasi berikutnya menunjukkan telah masuknya pengaruh
ajaran Hindu dalam Kerajaan Kutai dan hal tersebut membuktikan bahwa raja-raja Kutai
adalah orang Indonesia asli yang telah memeluk agama Hindu.
Raja-Raja Kerajaan
Kutai
1.
Maharaja Kudungga
Adalah
raja pertama yang berkuasa di kerajaan kutai. Nama Maharaja Kudungga oleh para
ahli sejarah ditafsirkan sebagai nama asli orang Indonesia yang belum
terpengaruh dengan nama budaya India.Dapat kita lihat, nama raja tersebut masih
menggunakan nama lokal sehingga para ahli berpendapat bahwa pada masa
pemerintahan Raja Kudungga pengaruh Hindu baru masuk ke wilayahnya. Kedudukan
Raja Kudungga pada awalnya adalah kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu,
ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya
sebagai raja, sehingga penggantian raja dilakukan secara turun temurun.
2.
Maharaja Asmawarman
Prasasti
yupa menceritakan bahwa Raja Aswawarman adalah raja yang cakap dan kuat. Pada
masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kutai diperluas lagi. Hal ini
dibuktikan dengan dilakukannya Upacara Asmawedha pada masanya. Upacara-upacara
ini pernah dilakukan di India pada masa pemerintahan Raja Samudragupta ketika
ingin memperluas wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan
tujuan untuk menentukan batas kekuasaan Kerajaan Kutai ( ditentukan dengan
tapak kaki kuda yang nampak pada tanah hingga tapak yang terakhir nampak
disitulah batas kekuasaan Kerajaan Kutai ). Pelepasan kuda-kuda itu diikuti
oleh prajurit Kerajaan Kutai.
3.
Maharaja Mulawarman
Raja
Mulawarman merupakan anak dari Raja Aswawarman yang menjadi penerusnya. Nama
Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila
dilihat dari cara penulisannya. Raja Mulawarman adalah raja terbesar dari
Kerajaan Kutai. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Kutai mengalami masa
kejayaannya. Rakyat-rakyatnya hidup tentram dan sejahtera hingga Raja
Mulawarman mengadakan upacara kurban emas yang amat banyak.
·Maharaja Irwansyah
·Maharaja Sri Aswawarman
·Maharaja Marawijaya Warman
·Maharaja Gajayana Warman
·Maharaja Tungga Warman
·Maharaja Jayanaga Warman
·Maharaja Nalasinga Warman
·Maharaja Nala Parana Tungga
·Maharaja Gadingga Warman Dewa
·Maharaja Indra Warman Dewa
·Maharaja Sangga Warman Dewa
·Maharaja Singsingamangaraja XXI
·Maharaja Candrawarman
·Maharaja Prabu Nefi Suriagus
·Maharaja Ahmad Ridho Darmawan
·Maharaja Riski Subhana
·Maharaja Sri Langka Dewa
·Maharaja Guna Parana Dewa
·Maharaja Wijaya Warman
·Maharaja Indra Mulya
·Maharaja Sri Aji Dewa
·Maharaja Mulia Putera
·Maharaja Nala Pandita
·Maharaja Indra Paruta Dewa
·Maharaja Dharma Setia
Peninggalan
Kerajaan Kutai
Peninggalan
Sejarah Kerajaan Kutai Di abad 21 sekarang ini, beberapa peninggalan sejarah
Kerajaan Kutai masih bisa kita temukan di Museum Mulawarman yang letaknya ada
di Kota Tenggarong, Kutai Kartanegara. Jika Anda suatu saat berkunjung ke kota
itu, sempatkanlah diri Anda untuk menengok bukti kebesaran dari kerajaan kutai.
Saya sendiri beberapa waktu lalu berkunjung ke sana. Dengan tiket masuk Rp.
2.000, saya telah berhasil menikmati bukti eksotika masa lampau dengan melihat
beberapa penginggalan kerajaan kutai. Apa saja peninggalannya yaitu sebagai
berikut :
1.
Prasasti Yupa
Prasasti
Yupa adalah salah satu peninggalan sejarah kerajaan kutai yang paling tua.
benda bersejarah satu ini merupakan bukti terkuat adanya kerajaan hindu yang
bercokol di atas tanah Kalimantan. Sedikitnya ada 7 prasasti yupa yang hingga
kini masih tetap ada.
2.
Ketopong Sultan
Ketopong
adalah mahkota Sultan Kerajaan Kutai yang terbuat dari emas. Beratnya 1,98 kg
dan saat ini disimpan di Musium Nasional di Jakarta. Ketopong sultan kutai
ditemukan pada 1890 di daerah Muara Kaman, Kutai Kartanegara. Di Musium
Mulawarman sendiri, ketopong yang dipajang adalah ketopong tiruan.
3.
Kalung Ciwa
Kalung
Ciwa adalah peninggalan sejarah kerajaan Kutai yang ditemukan pada masa
pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Penemuan terjadi pada tahun 1890
oleh seorang penduduk di sekitar Danau Lipan, Muara Kaman. Kalung Ciwa sendiri
hingga saat ini masih digunakan sebagai perhiasan kerajaan dan dipakai oleh
sultan saat ada pesta penobatan sultan baru.
4.
Kalung Uncal
Kalung
Uncal adalah kalung emas seberat 170 gram yang dihiasi liontin berelief cerita
ramayana. Kalung ini menjadi atribut kerajaan Kutai Martadipura dan mulai
digunakan oleh Sultan Kutai Kartanegara pasca Kutai Martadipura berhasil di
taklukan. Adapun berdasar penelitian para ahli, kalung uncal sendiri
diperkirakan berasal dari India (Unchele). Di dunia, saat ini hanya ada 2
kalung uncal, satu berada di India dan satunya lagi ada di Museum Mulawarman,
Kota Tenggarong.
5.
Kura-Kura Emas
Peninggalan
sejarah kerajaan kutai yang menurut saya cukup unik adalah kura-kura emas.
Benda ini sekarang ada di Musium Mulawarman. Ukurannya sebesar setengah kepalan
tangan. Dan berdasarkan label yang tertera di dalam etalasenya, benda unik ini
ditemukan di daerah Long Lalang, daerah yang terletak di hulu sungai Mahakam.
Adapun berdasar riwayat, benda ini diketahui merupakan persembahan dari seorang
pangeran dari Kerajaan di China bagi sang putri raja Kutai, Aji Bidara Putih.
Sang Pangeran memberikan beberapa benda unik pada kerajaan sebagai bukti
kesungguhannya yang ingin mempersunting sang putri.
6.
Pedang Sultan Kutai
Pedang
Sultan Kutai terbuat dari emas padat. Pada gagang pedang terukir gambar seekor
harimau yang sedang siap menerkam, sementara pada ujung sarung pedang dihiasi
dengan seekor buaya. Pedang Sultan Kutai saat ini dapat Anda lihat di Museum
Nasional, Jakarta.
7.
Tali Juwita
Tali
juwita adalah peninggalan kerajaan kutai yang menyimbolkan 7 muara dan 3 anak
sungai (sungai Kelinjau, Belayan dan Kedang Pahu) yang dimiliki sungai mahakam.
Tali juwita terbuat dari benang yang banyaknya 21 helai dan biasanyan digunakan
dalam upacara adat Bepelas.
8.
Keris Bukit
Kang
Keris bukit kang adalah keris yang digunakan oleh Permaisuri Aji Putri Karang
Melenu, permaisuri Raja Kutai Kartanegara yang pertama. Berdasarkan legenda,
permaisuri ini adalah putri yang ditemukan dalam sebuah gong yang hanyut di
atas balai bambu. Dalam gong tersebut, selain ada seorang bayu perempuan, di
dalamnya juga terdapat sebuah telur ayam dan sebuah keris, keris bukit kang.
9.
Kelambu Kuning
Ada
beberapa benda peninggalan kerajaan yang dipercaya memiliki kekuatan magis oleh
masyarakat adat Kutai hingga saat ini. benda-benda ini ditempatkan dalam
kelambu kuning untuk menghindari tuah dan bala yang bisa ditimbulkannya.
Beberapa benda peninggalan sejarah kerajaan kutai tersebut antara lain
kelengkang besi, tajau, gong raden galuh, gong bende, arca singa, sangkoh
piatu, serta Keliau Aji Siti Berawan.
10.
Singgasana Sultan
Singgasana
sultan merupakan peninggalan sejarah kerajaan kutai yang masih tetap terjaga
hingga kini. Benda tersebut terletak di Museum Mulawarman. Dahulu Setinggil /
Singgasana ini digunakan oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sultan Aji Muhammad
Parikesit, dan raja-raja kerajaan kutai sebelumnya. Singgasana ini juga
dilengkapi dengan payung, umbul-umbul, dan peraduan pengantin Kutai Keraton.
11.
Meriam Kerajaan kutai
merupakan
kerajaan yang dilengkapi dengan sistem pertahanan kuat. Hal ini dibuktikan oleh
banyaknya peninggalan sejarah berupa meriam dan beberapa alat bela diri
lainnya. Adapun meriam, kerajaan kutai memiliki 4 yang hingga kini masih
terjaga dengan rapi. Keempat meriam tersebut antara lain Meriam Sapu Jagat,
Meriam Gentar Bumi, Meriam Aji Entong, dan Meriam Sri Gunung. Peninggalan
12.
Tombak Kerajaan Majapahit
Tombak-tombak
tua yang berasal dari Kerajaan Majapahit juga merupakan peninggalan
sejarah kerajaan kutai. Ya, tombak-tombak tersebut telah ada di Muara
Kaman sejak dulu. Ini membuktikan jika kerajaan kutai dan Kerajaan Majapahit
pada masa silam memiliki hubungan yang sangat erat. Peninggalan
13.
Keramik Kuno Tiongkok
Ratusan
keramik kuno yang diperkirakan berasal dari berbagai dinasti di kekaisaran Cina
tempo dulu yang sempat ditemukan tertimbun di sekitar danau Lipan membuktikan
bahwa kerajaan kutai dan kekaisaran china telah melakukan hubungan perdagangan
yang erat pada masa silam. Ratusan keramik kuno yang menjadi peninggalan
sejarah kerajaan Kutai itu kini tersimpan di ruang bawah tanah musium
mulawarman di Tenggarong, Kutai kartanegara. Peninggalan
14.
Gamelan Gajah Prawoto
Di
Museum Mulawarman saat ini juga terdapat seperangkat gamelan. Gamelan-gamelan
ini diyakini berasal dari pulau Jawa. Tak hanya itu, beberapa topeng, keris,
pangkon, wayang kulit, serta barang-barang kuningan dan perak yang ada sebagai
peninggalan sejarah kerajaan kutai tempo silam juga membuktikan bahwa telah ada
hubungan erat antara kerajaan-kerajaan di Jawa dengan Kerajaan Kutai
Kartanegara
Kehidupan
Politik Kerajaan Kutai
Kehidupan
politik yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja terbesar Kutai adalah Mulawarman,
putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga. Dalam yupa dijelaskan
bahwa Aswawarman disebut sebagai Dewa Matahari dan pendiri keluarga raja. Hal
ini berarti Aswawarman sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri
keluarga. Berikut adalah penjelasan mengenai raja – raja di Kutai.
Raja
Kudungga adalah raja pertama yang berkuasa di Kerajaan Kutai. Tetapi, apabila
dilihat dari nama Raja yang masih menggunakan nama Indonesia, para ahli
berpendapat bahwa pada masa pemerintahan Raja Kudungga berpendapat bahwa pada
masa pemerintahan Raja Kudungga pengaruh Hindu baru masuk ke wilayahnya.
Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah kepala suku.
Aswawarman
adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga diketahui
sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang
artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putra dan salah satunya
adalah Mulawarman.
Mulawarman
kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta jika dilihat dari cara penulisannya.
Mulawarman adalah raja terbesar dari Kerajaan Kutai. Di bawah pemerintahannya,
Kerajaan Kutai mengalami masa yang gemilang. Dari Yupa diketahui bahwa masa
pemerintahan Mulawarman, kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah
kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai
hidup sejahtera dan makmur
Kehidupan
Ekonomi Kerajaan Kutai
Kehidupan
ekonomi di kutai disebutkan dalam salah satu prasasti bahwa Raja Mulawarman
telah mengadakan upacara korban emas dan menghadiahkan 20.000 ekor sapi untuk
golongan Brahmana. Tidak diketahui secara pasti asal emas dan sapi tersebut
diperoleh. Apabila emas dan sapi tersebut didatangkan dari tempat lain, bisa
disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah melakukan kegiatan dagang.
Kehidupan
Sosial Dan Budaya Kerajaan Kutai
Dalam
kehidupan sosial terjalin hubungan yang harmonis antara Raja Mulawarman dengan
Kaum Brahmana, seperti yang dijelaskan dalam Yupa, bahwa Raja Mulawarman
memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada Kaum Brahmana di dalam tanah yang suci
bernama Waprakeswara. Istilah Waprakeswara tempat suci untuk memuja Dewa Siwa.
Dalam
kehidupan budaya Kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan melalui upacara
penghinduan yang disebut Vratyastoma. Pada masa Mulawarman upacara penghinduan
tersebut dipimpin oleh pendeta Brahmana dari orang Indonesia asli. Adanya kaum
Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwa kemampuan intelektualnya
tinggi, terutama penguasaan terhadap bahasa Sanskerta.
Kejayaan
Kerajaan Kutai
Masa
kejayaan Kerajaaan Kutai berada pada massa pemerintahan Raja Mulawarman. Hal
ini karena beliau begitu bijaksana dan royal bagi hal-hal yang religius. Para
brahmana dihadiahi emas, tanah, dan ternak secara adil, pengadaan upacara
sedekah di tempat yang dianggap suci atau Waprakeswara. Dan dibuktikan juga
dengan pemberian sedekah kepada kaum Brahmana berupa 20.000 ekor sapi. Jumlah
20.000 ekor sapi ini membuktikan bahwa pada masa itu kerajaan Kutai telah
mempunyai kehidupan yang makmur dan telah mencapai massa kejayaannya.
Runtuhnya
Kerajaan Kutai
Kerajaan
Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam
peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji
Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan
Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama
(Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam
sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan
Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.
KERAJAAN
TARUMA NEGARA
Kerajaan Terumanagara merupakan kerajaan Hindu
tertua ke dua setelah Kerajaan Kutai. Kerajaan Tarumanagara atau Kerajaan Tarum
merupakan kerajaan yang berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4
hingga abad ke-7 Masehi. Kata Tarumanagara berasal dari kata Tarum dan
Nagara. Tarum yang merupakan nama sungai yang membelah Jawa Barat yang sekarang
bernama sungai Citarum dan kata Nagara yang diartikan sebagai negara atau
kerajaan.
Beridirnya
Kerajaan Tarumanagara
Berdirinya Kerajaan Tarumanagara masih dipertanyakan oleh para
ahli sejarah. Satu-satunya sumber sejarah yang secara lengkap membahas mengenai
Kerajaan Tarumanagara adalah Naskah Wangsakerta. Naskah Wangsakerta tersebut
masih menjadi perdebatan diantara para sejarawan tentang keaslian isinya.
Menurut Naskah Wangsakerta, pada abad ke-4 Masehi, pulau dan
beberapa wilayah Nusantara lainnya didatangi oleh sejumlah pengungsi dari India
yang mencari perlindungan akibat terjadinya peperangan besar di sana. Para pengungsi
itu umumnya berasal dari daerah Kerajaan Palawa dan Calankayana di India, pihak
yang kalah dalam peperangan melawan Kerajaan Samudragupta (India).
Salah satu dari rombongan pengungsi Calankayana dipimpin oleh
seorang Maharesi yang bernama Jayasingawarman. Setelah mendapatkan persetujuan
dari raja yang berkuasa di barat Jawa (Dewawarman VIII, raja Salakanagara),
maka Jayasingawarman membuka tempat pemukiman baru di dekat sungai Citarum.
Pemukimannya oleh Jayasingawarman diberi nama Tarumadesya (desa Taruma).
Sepuluh tahun kemudian desa ini banyak didatangi oleh penduduk
dari desa lain, sehingga Tarumadesya menjadi besar. Akhirnya dari wilayah
setingkat desa berkembang menjadi setingkat kota (Nagara). Semakin hari, kota
ini semakin menunjukan perkembangan yang pesat, karena itulah Jayasingawarman
kemudian membentuk sebuah Kerajaan yang bernama Tarumanagara.
Kejayaan
Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanagara mencapai puncak kejayaannya ketika dipimpin
oleh Purnawarman. Dimasa kepemerintahan Purnawarman, luas Kerajaan Tarumanagara
diperluas dengan menaklukan kerajaan-kerajaan yang berada disekitarnya.
Tercatat Luas Kerajaan Tarumanagara hampir sama dengan luas daerah Jawa Barat
sekarang. Selain itu Raja Purnawarman juga menyusun pustaka yang berupa
undang-undang kerjaana, peraturan angkatan perang, siasat perang serta silsilah
dinasti Warman. Raja Purnawarman juga dikenal sebagai raja yang kuat dan bijak
kepada rakyatnya.
Keruntuhan
Kerajaan Tarumanagara
Raja ke-12 Tarumanagara, Linggawarman, memiliki dua orang putri.
Putri pertamanya bernama Dewi Manasih yang kemudian menikah dengan Tarusbawa
dan Sobakencana yang kemudian menjadi isteri Dapunta Hyang Sri Jayanasa,
pendiri Kerajaan Sriwijaya. Tangku kepemimpian Kerajaan Tarumanegara pun jatuh
pada suami Manasih yaitu Tarusbawa. Pada masa kepemerintahan Tarusbawa, pusat
kerajaan Tarumanagara ke kerajaanya sendiri yaitu Kerajaan Sunda (Kerajaan
bawahan Tarumanagara) dan kemudian mengganti Kerajaan Tarumanagara menjadi
Kerajaan Sunda.
Prasasti
Ciareteun
Sumber
Sejarah Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan
Tarumanagara banyak meninggalkan bukti sejarah, diantaranya ditemukannya 7 buah
prasati yaitu:
1.Prasasti Ciareteun yang ditemukan di
Ciampea, Bogor. Pada prasasti tersebut terdapat ukiran laba-laba dan tapak kaki
serta puisi beraksara Palawa dan berbahasa Sanskerta. Puisi tersebut berbuyi
"Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini
kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa
Tarumanagara."
2.Prasasti Pasri Koleangkak yang ditemukan di
perkebunan Jambu. Parsasti ini juga sering disebut sebagai Prasasti Jambu.
Prasasti Jambu berisi "Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah
raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta
baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah
kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh,
yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia
kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya."
3.Prasasti Kebonkopi yang ditemukan di kampung
Muara Hilir, Cibungbulang. Isi prasasti Kebon Kopi : yakni adanya dua kaki
gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawati (gajah kendaran Dewa
Wisnu). Sedangkan Prasasti Jambu berisi tentang kegagahan raja Purnawarman.
Bunyi prasasti itu antara lain :"gagah, mengagumkan dan jujur terhadap
tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya, yang termasyhur Sri
Purnawarman, yang memerintah di taruma dan yang baju zirahnya tak dapat
ditembus oleh musuh ..."
4.Prasasti Tugu yang ditemukan di dareah
Tugu, Jakarta.
5.Prasasti Pasir Awi yang ditemukan di daerah
Pasir Awi, Bogor.
6.Prasasti Muara Cianten yang juga ditemukan di
Bogor.
7.Prasasti Cidanghiang atau Lebak yang ditemukan
di kampung Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang, Pandeglang-Banten. Prasasti
Didanghiang berisi “Inilah tanda keperwiraan, keagungan dan keberanian
yang sesungguh-sungguhnya dari raja dunia, yang mulia Purnawarman, yang menjadi
panji sekalian raja”.
Selain
dari prasasti, terdapat juga suber-sumber lain yang berasal dari Cina,
diantarnya:
1.Berita
dari Fa-Hien, seorang musafir Cina (pendeta Budha) yang terdampar di Yepoti
(Yawadhipa/Jawa) tepatnya Tolomo (Taruma) pada tahun 414. Dalam catatannya di
sebutkan rakyat Tolomo sedikit sekali memeluk Budha yang banyak di jumpainya
adalah Brahmana dan Animisme.
2.Berita
dari Dinasti Soui yang menyatakan bahwa pada tahun 528 dan 535 datang utusan
dari negeri Tolomo (Taruma) yang terletak disebelah selatan.
3.Berita
dari Dinasti Tang Muda yang menyebutkan tahun 666 dan tahun 669 M datang utusan
dari Tolomo.
Raja-raja
Kerajaan Tarumanagara
Selama
berdirinya Kerajaan Tarumanagara dari abad ke-4 sampai abad ke-7 Masehi,
kerajaan tersebut pernah dipimpin oleh 12 orang raja, diantaranya:
1.Jayasingawarman
(358-382 M.)
2.Dharmayawarman
(382-395 M.)
3.Purnawarman
(395-434 M.)
4.Wisnuwarman
(434-455 M.)
5.Indrawarman
(455-515 M.)
6.Candrawarman
(515-535 M.)
7.Suryawarman
(535-561 M.)
8.Kertawarman
(561-628 M.)
9.Sudhawarman
(628-639 M.)
10.Hariwangsawarman
(639-640 M.)
11.Nagajayawarman
(640-666 M.)
12.Linggawarman
(666-669 M.)
Kehidupan
Sosial-Ekonomi dan Kebudayaan Kerajaan Tarumanagara
Kehidupan perekonomian masyarakat Tarumanegara adalah pertanian
dan peternakan. Hal ini dapat diketahui dari isi Prasasti Tugu yakni tentang
pembangunan atau penggalian saluran Gomati yang panjangnya 6112 tombak (12 km)
selesai dikerjakan dalam waktu 21 hari. Masyarakat Kerajaan Tarumanagara juga
berprofesi sebagai pedagang mengingat letaknya yang strategis berada di dekat
selat sunda.
Pembangunan/penggalian itu mempunyai arti ekonomis bagi rakyat,
karena dapat digunakan sebagai sarana pengairan dan pencegahan banjir. Selain
penggalian saluran Gomati dalam prasasti Tugu juga disebutkan penggalian
saluran Candrabhaga. Dengan demikian rakyat akan hidup makmur, aman, dan
sejahtera.
Dari segi kebudayaan sendiri, Kerajaan Tarumanagara bisa dikatakan
kebudayaan mereka sudah tinggi. Terbukti dengan penggalian sungai untuk
mencegah banjir dan sebagai saluran irigasi untuk kepentingan pertanian.
Terlihat pula dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf pada prasasti yang
ditemukan, menjadi bukti kebudayaan masyarakat pada saat itu tergolong sudah
maju.
KERAJAAN
SRIWIJAYA
Mendengar
nama Sriwijaya pastinya bukan hal yang asing di telinga anda. Salah satu
kerajaan paling besar di Asia Tenggara yang berhasil menjadi negara maritim
pertama sebelum berdirinya Indonesia.
Kejayaan
Sriwijaya menginspirasi banyak orang. Bahkan di dunia persepakbolaan nasional,
namanya digunakan sebagai nama klub bola asal pulau Sumatera, Sriwijaya FC.
Dalam catatan-catatan dan kronik Cina, Sriwijaya dikenal dengan nama
Che-li-fo-che.
Sejarah kerajaan sriwijaya menjadi
satu diantara 3 kerajaan yang berada di Sumatera dan dikenal oleh Cina alias
Tiongkok. Kerajaan lain yang juga menduduki kepulauan Sumatera adalah
Tulangbawang dan Kerajaan Melayu. Namun berdasarkan prasasti asli Sumatera,
tidak ada yang mengisahkan cerita kerajaan Tulangbawang dan Melayu.
Kerajaan
ini masih jauh lebih dulu besar dibanding sejarah Kerajaan Majapahit yang
menjadi penghancurnya. Sejarahnya dapat diteladani dan menjadi inspirasi
pemersatu Indonesia. Mengingat Sriwijayalah kerajaan yang menjadi kerajaan
nasional dan maritim pertama sebelum ada ide menyatukan nusantara.
Latar Belakang
Kerajaan
Sriwijaya
didirikan pertama kali pada abad ke-7 dengan raja pertama bernama Dapunta
Hyang. Bukti fisik berupa kronik berita Cina memberitahu bahwa pada tahun 682
Masehi atau abad ke-6 ada seorang pendeta Budha dari Tiongkok yang ingin
memperdalam agamanya di tanah India.
Sebelum
keberangkatan resminya, ia harus sudah menguasai bahasa Sansekerta, karena
itulah pendeta bernama I-Tsing tersebut mempelajarinya dulu selama setengah
tahun di Sriwijaya. Kronik ini sekaligus memberi sinyal bahwa ternyata pada
zaman dulu, Sriwijaya sudah menjadi pusat keagamaan yang mumpuni di kawasan
Asia Tenggara. Bahkan I-Tsing juga berhasil menerjemahkan kitab-kitab agama
Budha ke bahasa nenek moyangnya setelah mempelajari secara mendalam agama Budha
di Sriwijaya.
Bukti yang
kedua ini memperkuat teori awal pendirian Kerajaan Sriwijaya di abad ke-7.
Sebuah prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang dinamai Kedukan Bukit
memiliki angka 683 Masehi. Di tahun tersebut Sriwijaya sedang dipimpin oleh
seorang raja bernama Dapunta Hyang yang sedang berusaha memperluas wilayah. Ia
menyiapkan bala tentara sampai jumlah 20.000 orang. Penaklukan ini membuahkan
hasil setelah 8 hari bertempur di medan perang. Pada akhirnya beberapa wilayah
yang kekuatan militernya tak sebanding bersedia menyerahkan upeti ke Sriwijaya
sebagai tanda takluk.
Tidak ada
kronik maupun prasasti lagi yang menjelaskan asal-usul keluarga Dapunta Hyang
Srijayanaga sehingga ia menduduki tahta pertama kerajaan. Dalam sejarah
berdirinya Sriwijaya, ada sekitar 11 raja yang silih berganti mengurusi negara
internasional ini. Nantinya, nama Sriwijaya yang artinya kemenangan yang mulia
benar-benar terwujud.
Setelah
Dapunta Hyang berhasil meraih kesuksesan bersama 20.000 pasukannya, ada sebuah
prasasti yang ditemukan di Pulau Bangka, sebuah pulau kecil di dekat Sumatera.
Prasasti Kota Kapur adalah nama prasasti yang menyebutkan keinginan Dapunta
Hyang meneruskan ekspedisi ke Jawa. Dan prasasti yang berangka tahun 686 Masehi
itu pun menjadi bukti sejarah berhasilnya Sriwijaya menaklukkan Jawa yang saat
itu dikuasai Kerajaan Tarumanegara. Prasasti-prasasti lainnya yang menjadi
peninggalan Kerajaan Sriwijaya menggunakan bahasa melayu kuno dan berhuruf Pallawa.
Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Masa
kejayaan kerajaan Sriwijaya sudah sangat jelas bisa diterangkan. Negara mana
yang tidak kaya dengan menguasai selat-selat strategis dan menjadi penguasa
tunggal jalur perdagangan internasional. Inilah sumber kekayaan Sriwijaya.
Selat
Malaka dan Selat Sunda merupakan dua selat internasional yang tidak pernah sepi
dari kapal. Hanya bermodalkan kekuatan armada militernya, Sriwijaya berani
menerapkan sistem bea cukai yang sampai sekarang dipakai juga oleh Pemerintah
Indonesia. Fungsi dan peran armada militer dalam perekonomian Sriwijaya sangat
besar. Tanpa adanya jaminan keselamatan, para saudagar Arab dan Tiongkok pasti
memilih selat lain sebagai jalur transportasinya. Apalagi sampai memutuskan
menetap sementara atau selamanya. Hal ini banyak terjadi karena selain
Sriwijaya elok dan berharta, kehidupan bisnisnya akan dilindungi oleh para
militer Sriwijaya.
Kesuksesan
tidak bisa dipandang dari banyaknya harta saja, Sriwijaya dan para petingginya
menyadari benar kalimat tersebut. Sehingga kerajaan maritim ini mengembangkan
juga kebesaran agama Budha. Selain dengan cara mendirikan sangga –kelompok
belajar- untuk memperdalam Buddhisme, Sriwijaya juga sudah menyiapkan banyak
guru spiritual Budha. Baik seorang pendeta atau hanya orang yang mendapatkan
kelebihan.
Guru agama
Budha yang paling tersohor di Sriwijaya yaitu Sakyakirti. Fakta yang
mengejutkan lain ditemukan di daerah-daerah dekat Palembang yang menjadi titik
pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Diduga ada candi yang lebih besar dari
Borobudur pernah diciptakan oleh kerajaan ini. Namun sampai sekarang hanya
arcanya saja yang ditemukan. Selain itu, ditemukan juga beberapa batu bertulis
‘ziarah yang berhasi’ di daerah Telaga Batu. Kenyataan ini menguatkan Sriwijaya
sebagai kerajaan yang religius.
Peninggalan
lain yang masih bisa dilihat langsung oleh generasi kita berupa candi.
Candi-candi yang dibangun bercorak agama Budha. Misalkan candi Muaratakus yang
dibangun di Riau dan Biaro Bahal di Sumatera Utara. Kedua candi ini menjadi
candi yang terkenal sebagai bekas kejayaan Sriwijaya karena memang tidak banyak
candi yang ditemukan di Sumatera.
Pada tahun
860 Masehi, prasasti Nalanda yang berada di India menyeret nama Sriwijaya
sebagai nama kerajaan internasional yang sangat peduli dengan pendidikan. Masa
keemasan ini semakin meningkatkan pamor Balaputeradewa yang saat itu menjadi
Raja Sriwijaya. Dalam prasasti tersebut, Balaputeradewa disebutkan mendirikan
asrama pelajar Sriwijaya yang diperuntukkan anak dari Sriwijaya yang sedang
menuntut ilmu di Nalanda, India. Tempat itu sudah banyak menghasilkan para
pendeta yang dapat mengayomi orang banyak. Pada zaman itu, India dan Benggala
tempat beradanya perguruan Nalanda sedang dipimpin oleh Raja Dewapaladewa.
Puncak
keemasan diperoleh Sriwijaya setelah berjuang dalam hitungan abad. Sriwijaya
memperoleh kejayaan ini di abad ke-8 dan ke-9. Hingga pada akhirnya, kejayaan
tersebut harus diakhiri pada abad ke-11.
Balaputeradewa
yang berhasil membawa Sriwijaya mencapai kejayaan itu sebenarnya adalah anak
dari Raja Samarattungga. Seorang keturunan Dinasti Syailendra dari bumi Jawa
yang memberikan peninggalan berupa candi Borobudur kepada anak cucunya.
Di masa
pemerintahan Balaputeradewa ini agama Budha benar-benar menunjukkan
progressnya. Ada banyak orang yang bermaksud menjadi murid spiritual seorang biksu
besar bernama Dharmakirti.
Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Ada banyak
faktor yang menyebabkan berhenti berkibarnya nama Sriwijaya. Kebanyakan faktor
tersebut melemahkan Sriwijaya perlahan-lahan. Kekuatan militer yang sudah
berlapis-lapis pada ujungnya tidak berdaya juga.
Awalnya
militer Sriwijaya kalah telak dengan sebuah kerajaan di India Selatan. Kerajaan
ini bernama Cola dengan pemimpin Rajendra Cola I. Orang tersebut telah
melepaskan kekuasaan atas kapal dan segala jenis transit yang memakan biaya dan
cukai.
Keadaan diperparah dengan banyaknya kerajaan kecil yang
melepaskan diri dari pengaruh Sriwijaya. Semuanya membuat Sriwijaya benar-benar
kehilangan sumber pendapatan dari pelabuhan yang ditransiti kapal barang.
Serangan ekspedisi pamalayu yang menjadi bagian sejarah kerajaan singasari kemudian
benar-benar menghancurkan kejayaan Sriwijaya. Ditambah lagi dengan penerusnya,
pembuat sejarah kerajaan majapahit yang
menghilangkan beberapa bekas kejayaan Sriwijaya.
Kerajaan Majapahit
Kerajaan
Majapahit – merupakan salah
satu kerajaan terbesar di Indonesia yang bercorak Hindu dan terletak di Jawa
Timur. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun tahun 1293 Masehi.
Selain itu kerajaan ini disebut-sebut sebagai kerajaan yang memiliki wilayah
kekuasaan terbesar di Indonesia.
Sebenarnya
kerajaan ini berdiri karena adanya serangan dari Jayaketwang (Adipati Kediri)
yang mana ia berhasil membunuh penguasa Kerajaan Singasari yang terakhir yaitu
Kertanegara karena menolak pembayaran upeti. Kemudian
Raden Wijaya (menantu Kertanegara) berhasil melarikan diri ke Madura untuk
meminta perlindungan kepada Aryawiraraja. Kemudian Raden Wijaya diberi hutan
tarik oleh Aryawiraraja untuk digunakan sebagai wilayah kekuasaan dan akhirnya
dijadikan sebuah desa baru bernama Majapahit.
Majapahit
berasal dari kata ” buah maja” dan “rasa
pahit”. Tak lama kemudian pasukan Mongolia yang dipimpin oleh Shis-Pi,
Ike-Mise dan Kau Hsing datang ke Tanah Jawa. Yang tak lain tujuan mereka datang
adalah untuk menghukum Kertanegara akibat menolak pembayaran upeti kepada pasukan Mongolia.
Dalam
situasi ini Raden Wijaya memanfaatkan kerja sama dengan pasukan Mongolia untuk
menyerang pasukan Jayakatwang. Dan akhirnya pasukan Mongolia dengan bantuan
Raden Wijaya pun menang dengan terbunuhnya Jayakatwang. Tak berselang lama
kemudian Raden Wijaya mengusir pasukan Mongolia dari tanah Jawa.
Pengusiran
tersebut terjadi saat para pasukan Mongolia sedang berpesta merayakan
kemenangannya atas pasukan Jayaketwang. Disituasi yang lengah tersebut
dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk melakukan penyerangan terhadap Pasukan
Mongolia. Akhirnya Raden Wijaya berhasil mengusir pasukan Mongolia dari tanah
Jawa dan kemudian ia naik tahta serta bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana pada
tahun 1293.
Menurut
para ahli, tanggal berdirinya Kerajaan Majapahit adalah saat Raden Wijaya
dinobatkan sebagai raja Majapahit pada tanggal 15 bulan Kartika 1215 atau lebih
tepatnya pada tanggal 10 November 1293. Sebagai mana disinggung diatas Kerajaan
Majapahit terletak di Propinsi Jawa Timur yang mana ibu kotanya di sebuah desa
yang sekarang bernama Triwulan di Mojokerto. Yang mana kerajaan ini berdiri
dari tahun 1293 hingga 1500 M.
Kehidupan di Kerajaan Majapahit
Ada
beberapa faktor kehidupan yang menjadi maju dan runtuhnya Kerajaan Majapahit
ini diantaranya sebagai berikut: Kehidupan
Politik Kerajaan Majapahit
Kehidupan politik di Kerajaan
Majapahit banyak sekali terjadi pemberontakan dari dalam kerajaan itu sendiri.
Terjadinya pemberontakan ini awalnya saat Raden Wijaya memerintah, yaitu banyak
pemberontakan yang dilakukan oleh Ranggalawe, Sora dan Nambi yang tak lain
tujuan mereka adalah untuk menjatuhkan Raden Wijaya. Namun dengan kecerdikan
Raden Wijaya, pemberontakan tersebut dapat dipadamkan.
Masa
pemerintahan Raden Wijaya pun berakhir saat ia meninggal pada tahun 1309 M.
Kemudian pengganti Raden Wijaya sendiri tidak lain adalah anaknya sendiri
bernama Jayanegara yang masih berumur 15 tahun. Berbeda sekali dengan ayahnya,
Jaya negara sama sekali tidak memiliki keahlian dalam memimpin kerajaan, hingga
akhirnya Jayanegara dijuluki dengan sebutan “Kala Jamet” yang berarti lemah dan
jahat.
Disaat
pemerintahan Jayanegara terjadi banyak sekali pemberontakan dari orang-orang
kepercayaannya yang disebabkan karena kurang tegasnya Jayanegara dalam Memimpin
kerajaan. Salah satu pemberontakan yang hampir menjatuhkan Jayanegara adalah
pemberontakan yang dipimpin oleh Ra Kuti.
Akan
tetapi pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh Gajah Mada dan ia berhasil
menyelamatkan Jayanegara ke sebuah desa bernama Badaran. Di desa tersebut Jayanegara
berhasil dibunuh oleh seorang tabib bernama Tancha saat Jayanegara dioperasi.
Hal ini disebabkan karena tabib tersebut memiliki dendam terhadap Jayanegara,
dan kemudian tabib tersebut ditangkap dan dibunuh oleh Gajah Mada.
Saat itu
karena Jayanegara tidak memiliki keturunan, kemudian pemerintahan Majapahit
digantikan oleh adiknya bernama Gayatri yang bergelar Tribuana
Tunggadewi. Dalam masa pemerintahannya ia hanya memimpin Majapahit dari
tahun 1328-1350 saja. Selama ia memimpin juga terjadi banyak sekali
pemberontakan, namun pemberontakan tersebut dapat dipatahkan oleh Gajah Mada.
Atas
jasanya tersebut, Gajah Mada kemudian diangkat menjadi Mahapatih Majapahit.
Setelah itu kemudian Gajah Mada mengucap sebuah sumpah yang dikenal dengan
“Sumpah Palapa”. Adapun bunyi dari sumpah tersebut adalah “Gajah Mada pantang
bersenang-senang sebelum menyatukan Nusantara”, tak lama dari sumpah tersebut
kemudian Tribuana Tunggadewi meninggal pada tahun 1350 M.
Setelah Tribuana Tunggadewi
meninggal, kemudian ia digantikan oleh Hayam Wuruk. Dimasa inilah Kerajaan
Majapahit berada dalam pada masa keemasannya. Yang mana kerajaan tersebut
hampir menaklukan semua wilayah Nusantara.
Kehidupan Ekonomi
Dengan
tempat kerajaan yang sangat strategis, saat itu Kerajaan Majapahit mampu
menjadi pusat perdagangan di tanah Jawa. Kerajaan Majapahit adalah salah satu
kerajaan yang masyarakatnya mayoritas sebagai pedagang. Selain berdagang
masyarakat Majapahit juga banyak yang bermata pencaharian sebagai pengerajin
emas, pengerajin perak dan lain-lain.
Untuk
komoditas ekspor dari kerajaan ini berupa barang alam seperti: lada, garam,
kain dan burung kakak tua. Sedangkan untuk komoditas impornya berupa mutiara,
emas, perak, keramik, dan barang-barang yang terbuat dari besi. selain itu dari
segi mata uang, Kerajaan Majapahit membuat mata uang dengan campuran perak,
timah putih, timah hitam dan juga tembaga.
Kemakmuran
ekonomi dari Kerajaan Majapahit dapat dikatakan karena adanya 2 faktor, yaitu
dari lembah sungai Brantas dan Bengawan Solo yang berada di dataran rendah
sehingga sangat cocok untuk bertani. Berbagai sarana infrastruktur pun dibangun
agar lebih memudahkan warga dalam bertani seperti dibangunnya irigasi.
Faktor yang kedua adalah dengan adanya pelabuhan-pelabuhan
Majapahit yang terletak di pantai utara pulau Jawa yang berperan dalam
perdagangan remah-rempah dari Maluku. Kerajaan Majapahit menggunakan sistem
pungut pajak dari kapal-kapal yang mengadakan perjalanan maupun singgah di
pelabuhan Majapahit.
Kehidupan Kebudayaan
Kebudayaan masyarakat
Majapahit sudah terbilang sangat maju pada saat itu. Hal ini ditandai dengan
adanya berbagai perayaan-perayaan keagamaan disetiap tahunnya. Dibidang seni
dan sastra pun tidak kalah majunya, bahkan juga berperan dalam kehidupan budaya
di Majapahit.
Menurut seorang pendeta dari
Italia yang bernama Mattiusi dimana ia pernah singgah di Majapahit, ia melihat
Kerajaan Majapahit yang sangat luar biasa. Bahkan ia sangat kagum dengan istana
kerajaan yang sangat luas serta tangga dan bagian dalam ruangan yang berlapis
emas dan perak. Selain itu menurutnya atapnya pun bersepuh emas juga.
Sistem Pemerintahan Kerajaan
Majapahit
Pada masa kepemimpinan Hayam
Wuruk, semua sistem pemerintahan dan birokrasi di Kerajaan Majapahit berjalan
dengan teratur sesuai yang telah ditentukan. Sistem Birokrasi di Majapahit saat
itu antara lain:
Raja yang memimpin
di kerajaan saat itu dianggap penjelmaan dewa oleh masyarakat dan memiliki
hak tertinggi dalam kerajaan.
Rakryan Mahamantri Kartini
biasanya dijabat oleh putra-putra raja.
Dharmadyaksa yang
merupakan pejabat hukum pemerintahan dalam kerajaan.
Dharmaupattati merupakan
pejabat dibidang keagamaan dalam kerajaan.
Selain itu pembagian wilayah dalam Kerajaan Majapahit pun juga deilakukan
dengan teratur yang disusun oleh Hayam Wuruk. Adapun pembagiannya sebagai
berikut:
Bhumi, yang merupakan kerajaan
dengan raja sebagai pemimpinnya.
Negara, yang setingkat dengan
propinsi dengan pemimpinnya yaitu raja atau nathajuga sering disebut dengan bhre.
Watek, setingkat dengan kabupaten
yang dipimpin oleh Wiyasa.
Kuwu, setingkat dengan kelurahan
yang pemimpinannya bernama lurah.
Wanua, setingkat dengan desa yang
dipimpin oleh Thani.
Kabuyutan, setingkat dengan
dusun atau tempat-tempat sacral.