CLICK FOR CLAIM PROMO !

Sabtu, 15 Oktober 2016

CONTOH LAPORAN STUDY TOUR

Subscribe
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Karya Wisata adalah kegiatan wisata yang di lakukan dengan tujuan untuk menanbah pengetahuan siswa tentang sejarah-sejarah yang ada di obyek tersebut dan tentunya menambah pengalaman-pengalaman baru. Setelah karya wista kami laksanakan, siswa diwajibkan untuk membuat karaya tulis. Karya tulis adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilaksankan.

Laporan karya tulis ini adalah tugas bagi semua siswa kelas IX ................................. Dalam penyusunan karya tulis ini, siswa di harapkan dapat melaporkan segala pengetahuan dan pengalaman nya yang diperoleh selama menjalanakan study tour selama 4 hari (Dari tanggal ....................... sampai dengan .......................) yang di tuangkan melalui karya tulis ini.

Pengalaman dan pengetahuan selama mengikuti study tour ke Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya di harapkan dapat diterapan dalam kehidupan sehari-hari agar kita mengatahui sejarqah-sejarah apa saja yang ada di Indonesia. Dalam laporan karya tulis ini membahas tentang beberapa obyek wisata dan obyek bersejarah yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitar nya.













BAB II
LAPORAN PERJALANAN


A.    Persiapan
Pada hari ............... tanggal ......................, siswa siswi ................................ berkumpul di lapangan basket kediri untuk persiapan keberangkatan menuju ke Yogjakarta dalam rangka Study Tour. Sebelum berangkat kami semua di beritahu tentang aturan dan larangan baik di bis maupun du obyek wisata agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan dari pihak “.......................”, sesudah itu kami diberi jadwal kegiatan dan pengelasan oleh pihak “.”..................... Setelah kami menerima pengarahan, kami semua mendapatkan wejangan-wejangan dari ibu ................................. selaku kepala ................................., selama beberapa menit. Beberapa menit kemudian kami diberikan kartu kamar dan nomer bis oleh kesiswaan .......................................... Sesudah itu kami semua berangkat meninggalkan ....................... untuk menuju ke Yogja.

B.     Isi
Di perjalanan, kami semua juga mendapat pengarahan dari pihak “......................”. Beberapa saat kemudian kami semua berhenti di Rumah Makan Sendang Wungu, Gringsing, untuk mengisi perut kami. Setelah kami selesai makan, kami semua melanjutkan perjalanan menuju Yogja. Di perjalanan menuju Yogja kami semua tidur karena harus mengumpulkan  energi untuk menjalankan aktivitas di keeseokan harinya.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, kami pun sampai di Yogyakarta. Di sana kami bisa beristirahat sejenak dan membersihkan badan. Setelah itu, kami sarappan bersama dengan teman-teman lainnya. Kemudian kami, diberi waktu untuk berkeliling dan melihat-lihat lingkungan sekitar, kami pun sempat berfoto bersama teman-teman. Setelah itu kami menuju objek yang sudah ditentukan.
Objek pertama kami datangi adalah Keraton Yogja. Perjalanan menuru Keraton Yogja sangatlah singkat, mungkin hanya 5 menit. Disana kami dapat melihat dan menyentuh penemuan-penemuan atau percobaan-percobaan. Kami diberi waktu untuk mengelilingi Keraton Yogja selama 1 jam 30 menit
Setelah mengunjungi Keraton Yogja kami pun melanjutkan perjalanan menuju Candi Borobudur. Disana kami berkeliling candi dan berdoa sambil mengelilingi candi, konon akan terkabulkan.
Setelah berkeliling candi, kami semua melanjutkan perjalanan menuju Malioboro. Perjalanan menuju Malioboro cukup lama. Setelah sampai, kami langsung berkeliling area Malioboro dengan berjalan kaki. Selama perjalanan mengelilingi area tersebut, kami membeli oleh-oleh untuk keluarga dan teman kami di bali
Selanjutnya kami pergi menuju Hotel untuk beristirahat. Esoknya kami menuju ke obyek ketiga dengan Musium Dirgantara TNI AU. Disana banyak menyimpan barang-barang dan dokumen yang berhubungan dengan Pesawat. Di Museum ini kita juga dapat menilai film tentang Pesawat Terbang.
Setelah menuju itu kami menuju ke obyek wisata berikutnya yaitu Candi Prambanan. Di candi prambanan kami bisa menyewa sepeda atau menyewa bis mini untuk berkeliling.
Kemudian kembali pulang ke pulau Bali tercinta. Setelah sampai di Pelabuhan Ketapang perjalanan kami ke Bali terpaksa tertunda karena kami terjebak macet. Seharusnya kami sampai di Bali jam 01.00 WIB. Tapi karena macet kami harus makan siang lalu melanjutkan perjalanan pulang menuju Pulau Bali dengan hati senang dan tubuh yang sangat lemas
C.    Objek
1.      Keraton Yogjakarta
Hasil gambar untuk keraton yogyakarta

Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping KabupatenSleman
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
2.      Candi Borobudur
Hasil gambar untuk candi borobudur
Dalam Bahasa Indonesia, bangunan keagamaan purbakala disebut candi; istilah candijuga digunakan secara lebih luas untuk merujuk kepada semua bangunan purbakala yang berasal dari masa Hindu-Buddha di Nusantara, misalnya gerbang, gapura, dan petirtaan (kolam dan pancuran pemandian). Asal mula nama Borobudur tidak jelas, meskipun memang nama asli dari kebanyakan candi di Indonesia tidak diketahui.  Nama Borobudur pertama kali ditulis dalam buku "Sejarah Pulau Jawa" karya Sir Thomas Raffles.  Raffles menulis mengenai monumen bernama borobudur, akan tetapi tidak ada dokumen yang lebih tua yang menyebutkan nama yang sama persis. Satu-satunya naskah Jawa kuno yang memberi petunjuk mengenai adanya bangunan suci Buddha yang mungkin merujuk kepada Borobudur adalah Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365.
Nama Bore-Budur, yang kemudian ditulis BoroBudur, kemungkinan ditulis Raffles dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu yaitu desa Bore (Boro); kebanyakan candi memang seringkali dinamai berdasarkan desa tempat candi itu berdiri. Raffles juga menduga bahwa istilah 'Budur' mungkin berkaitan dengan istilah Buda dalam bahasa Jawa yang berarti "purba"– maka bermakna, "Boro purba".  Akan tetapi arkeolog lain beranggapan bahwa nama Budur berasal dari istilah bhudhara yang berarti gunung.
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Tri Tepusan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlā yang disebut Bhūmisambhāra. Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur, kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa Sanskerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.

3.      Museum Dirgantara TNI AU
Hasil gambar untuk museum dirgantara tni au
Atas gagasan pimpinan TNI AU, maka didirikanlah Museum Pusat TNI AU “Dirgantara Mandala” sebagai tempat untuk mengabadikan dan mendokumentasikan seluruh kegiatan dan peristiwa bersejarah di lingkungan TNI AU. Museum ini telah diresmikan pada tanggal 4 April 1969 oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana Roesmin Noerjadin. Awalnya, museum berada di Jalan Tanah Abang Bukit, Jakarta. Akan tetapi, museum kemudian dipindahkan ke Yogyakarta karena dianggap sebagai tempat penting lahirnya TNI AU dan pusat kegiatan TNI AU. Dengan pertimbangan bahwa koleksi Museum Pusat TNI AU “Dirgantara Mandala”, terutama Alutsista Udara berupa pesawat terbang yang terus berkembang sehingga gedung museum di Kesatrian AKABRI Bagian Udara tidak dapat menampung dan pertimbangan lokasi museum yang sukar dijangkau pengunjung, maka Pimpinan TNI-AU memutuskan untuk memindahkan museum ini lagi
Pimpinan TNI-AU kemudian menunjuk gedung bekas pabrik gula di Wonocatur Lanud Adisutjipto yang pada masa pendudukan Jepang digunakan sebagai gudang logisitik sebagai Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala. Pada tanggal 17 Desember 1982, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menandatangani sebuah prasasti. Hal ini diperkuat dengan surat perintah Kepala Staf TNI-AU No.Sprin/05/IV/1984 tanggal 11 April 1984 tentang rehabilitasi gedung ini untuk dipersiapkan sebagai gedung permanen Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala. Dalam perkembangan selanjutnya pada tanggal 29 Juli 1984 Kepala Staf TNI-AU Marsekal TNI Sukardi meresmikan penggunaan gedung yang sudah direnovasi tersebut sebagai gedung Museum Pusat TNI AU “Dirgantara Mandala” dengan luas area museum seluruhnya kurang lebih 4,2 Ha. Luas bangunan seluruhnya yang digunakan 8.765 M2.

4.      Candi Prambanan
Hasil gambar untuk candi prambanan
                Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahmasebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkanprasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.
Kompleks candi ini terletak di kecamatan Prambanan, Sleman dan kecamatan Prambanan, Klaten,[1] kurang lebih 17 kilometer timur laut Yogyakarta, 50 kilometer barat daya Surakarta dan 120 kilometer selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.[2] Letaknya sangat unik, Candi Prambanan terletak di wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, sedangkan pintu masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah adminstrasi desa Tlogo, Prambanan, Klaten.
5.      Museum Fosil Sangiran
Hasil gambar untuk museum fosil sangiran
                Museum Purbakala Sangiran adalah museum arkeologi yang terletak di Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Indonesia. Museum ini berdekatan dengan area situs fosil purbakala Sangiran yang merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO. Situs Sangiran memiliki luas mencapai 56 km² meliputi tiga kecamatan di Sragen (Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh) serta Kecamatan Gondangrejo yang masuk wilayah Kabupaten Karanganyar. Situs Sangiran berada di dalam kawasan Kubah Sangiran yang merupakan bagian dari depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (17 km dari kota Solo). Museum Sangiran beserta situs arkeologinya, selain menjadi objek wisata yang menarik juga merupakan arena penelitian tentang kehidupan pra sejarah terpenting dan terlengkap di Asia, bahkan dunia.
Di museum dan situs Sangiran dapat diperoleh informasi lengkap tentang pola kehidupan manusia purba di Jawa yang menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan seperti Antropologi, Arkeologi, Geologi, Paleoanthropologi. Di lokasi situs Sangiran ini pula, untuk pertama kalinya ditemukan fosil rahang bawah Pithecanthropus erectus (salah satu spesies dalam taxon Homo erectus) oleh arkeolog Jerman, Profesor Von Koenigswald.

















BAB III
PENUTUP
A.      Kesan
Kesan yang kami dapatkan selama kami mengikuti study wisata banyak sekali. Kami merasa senang karena kami bisa mengikuti study wisata bersama teman - teman dan guru. Selain itu kami juga mendapatkan banyak sekali ilmu baru. Kami juga mendapatkan pengalaman baru yang tidak akan pernah kami lupakan.

B.       Pesan
Karya Wisata kemarin sebagai sarana pembelajaran siswa di luar sekolah dan untuk Menyegarkan Pikiran saat kebingungan ketika Kegiatan Belajar Mengajar sedang berlangsung. Selain itu Kegiatan Karya wisata kemarin juga berguna untuk menambah wawasan peserta didik . Disana Kami lebih tahu , betapa indahnya Alam Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa . Dari Situlah kami ingin meninggalkan beberapa pesan yaitu,
Untuk yang Bertugas Sebagai akomodasi harap menjaga ljus kita agar terhindar dari pencurian. Seharusnya tempat duduk bus sesuai dengan kelasnya masing-masing.sehingga bisa berinteraksi dengan teman sekelasnya.

Untuk pihak trans studio bandung agar menurunkan harga semua barang yang dijual , karena harga itu tidak cocok untuk pelajar seperti kita .Guru pendamping lebih mengawasi siswa-siswanya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Waktu yang diberikan pada tiap tempat harap lebih diperlama agar siswa dapat lebih puas berkeliling objek

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERKOMENTARLAH DENGAN BIJAK DENGAN MENJAGA TATA KRAMA TANPA MENGHINA SUATU RAS, SUKU, DAN BUDAYA

SIMAK JUGA ARTIKEL DAN MAKALAH LAINNYA

Soal UAS PKN TAHUN 2017