Subscribe
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Karya Wisata adalah kegiatan wisata yang di lakukan dengan tujuan untuk
menanbah pengetahuan siswa tentang sejarah-sejarah yang ada di obyek tersebut
dan tentunya menambah pengalaman-pengalaman baru. Setelah karya wista kami
laksanakan, siswa diwajibkan untuk membuat karaya tulis. Karya tulis adalah
hasil dari suatu kegiatan yang telah dilaksankan.
Laporan karya tulis ini adalah tugas bagi semua siswa kelas IX ................................. Dalam penyusunan karya tulis ini, siswa di harapkan dapat
melaporkan segala pengetahuan dan pengalaman nya yang diperoleh selama
menjalanakan study tour selama 4 hari (Dari tanggal ....................... sampai dengan
.......................) yang di tuangkan melalui karya tulis ini.
Pengalaman dan pengetahuan selama mengikuti study tour ke Daerah
Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya di harapkan dapat diterapan dalam kehidupan
sehari-hari agar kita mengatahui sejarqah-sejarah apa saja yang ada di
Indonesia. Dalam laporan karya tulis ini membahas tentang beberapa obyek wisata
dan obyek bersejarah yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitar nya.
BAB
II
LAPORAN
PERJALANAN
A. Persiapan
Pada hari ............... tanggal ......................, siswa siswi ................................ berkumpul di lapangan basket kediri untuk persiapan keberangkatan menuju ke
Yogjakarta dalam rangka Study Tour. Sebelum berangkat kami semua di beritahu
tentang aturan dan larangan baik di bis maupun du obyek wisata agar tidak
terjadi hal yang tidak di inginkan dari pihak “.......................”, sesudah itu kami
diberi jadwal kegiatan dan pengelasan oleh pihak “.”..................... Setelah kami
menerima pengarahan, kami semua mendapatkan wejangan-wejangan dari ibu ................................. selaku kepala ................................., selama beberapa menit.
Beberapa menit kemudian kami diberikan kartu kamar dan nomer bis oleh kesiswaan
.......................................... Sesudah itu kami semua berangkat meninggalkan ....................... untuk menuju ke Yogja.
B. Isi
Di perjalanan, kami semua juga mendapat pengarahan dari pihak “......................”. Beberapa saat kemudian kami semua berhenti di Rumah Makan Sendang Wungu,
Gringsing, untuk mengisi perut kami. Setelah kami selesai makan, kami semua
melanjutkan perjalanan menuju Yogja. Di perjalanan menuju Yogja kami semua
tidur karena harus mengumpulkan energi
untuk menjalankan aktivitas di keeseokan harinya.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, kami pun sampai di Yogyakarta.
Di sana kami bisa beristirahat sejenak dan membersihkan badan. Setelah itu,
kami sarappan bersama dengan teman-teman lainnya. Kemudian kami, diberi waktu
untuk berkeliling dan melihat-lihat lingkungan sekitar, kami pun sempat berfoto
bersama teman-teman. Setelah itu kami menuju objek yang sudah ditentukan.
Objek pertama kami datangi adalah Keraton Yogja. Perjalanan menuru
Keraton Yogja sangatlah singkat, mungkin hanya 5 menit. Disana kami dapat
melihat dan menyentuh penemuan-penemuan atau percobaan-percobaan. Kami diberi
waktu untuk mengelilingi Keraton Yogja selama 1 jam 30 menit
Setelah mengunjungi Keraton Yogja kami pun melanjutkan perjalanan menuju
Candi Borobudur. Disana kami berkeliling candi dan berdoa sambil mengelilingi
candi, konon akan terkabulkan.
Setelah berkeliling candi, kami semua melanjutkan perjalanan menuju
Malioboro. Perjalanan menuju Malioboro cukup lama. Setelah sampai, kami
langsung berkeliling area Malioboro dengan berjalan kaki. Selama perjalanan
mengelilingi area tersebut, kami membeli oleh-oleh untuk keluarga dan teman
kami di bali
Selanjutnya kami pergi menuju Hotel untuk beristirahat. Esoknya kami
menuju ke obyek ketiga dengan Musium Dirgantara TNI AU. Disana banyak menyimpan
barang-barang dan dokumen yang berhubungan dengan Pesawat. Di Museum ini kita
juga dapat menilai film tentang Pesawat Terbang.
Setelah menuju itu kami menuju ke obyek wisata berikutnya yaitu Candi
Prambanan. Di candi prambanan kami bisa menyewa sepeda atau menyewa bis mini
untuk berkeliling.
Kemudian kembali pulang ke pulau Bali tercinta. Setelah sampai di
Pelabuhan Ketapang perjalanan kami ke Bali terpaksa tertunda karena kami
terjebak macet. Seharusnya kami sampai di Bali jam 01.00 WIB. Tapi karena macet
kami harus makan siang lalu melanjutkan perjalanan pulang menuju Pulau Bali
dengan hati senang dan tubuh yang sangat lemas
C. Objek
1. Keraton
Yogjakarta
Keraton Yogyakarta mulai didirikan
oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini
digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura
dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah
mata air, Umbul Pacethokan,
yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan
Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan
Ambar Ketawang yang sekarang
termasuk wilayah Kecamatan Gamping KabupatenSleman
Secara fisik istana para Sultan
Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung
Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton,
Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul
(Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan
budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di
sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan
pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai
filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah
pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi
salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
2. Candi
Borobudur
Dalam Bahasa
Indonesia, bangunan keagamaan purbakala disebut candi;
istilah candijuga
digunakan secara lebih luas untuk merujuk kepada semua bangunan purbakala yang
berasal dari masa Hindu-Buddha di Nusantara, misalnya gerbang, gapura,
dan petirtaan (kolam dan pancuran pemandian). Asal mula nama Borobudur tidak jelas, meskipun memang nama asli dari
kebanyakan candi di Indonesia tidak diketahui. Nama Borobudur pertama kali ditulis
dalam buku "Sejarah Pulau Jawa" karya Sir Thomas Raffles. Raffles menulis mengenai monumen
bernama borobudur, akan
tetapi tidak ada dokumen yang lebih tua yang menyebutkan nama yang sama persis. Satu-satunya naskah Jawa kuno yang
memberi petunjuk mengenai adanya bangunan suci Buddha yang mungkin merujuk
kepada Borobudur adalah Nagarakretagama,
yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365.
Nama Bore-Budur,
yang kemudian ditulis BoroBudur,
kemungkinan ditulis Raffles dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa
terdekat dengan candi itu yaitu desa Bore (Boro); kebanyakan candi memang seringkali dinamai berdasarkan
desa tempat candi itu berdiri. Raffles juga menduga bahwa istilah 'Budur'
mungkin berkaitan dengan istilah Buda dalam bahasa Jawa yang berarti
"purba"– maka bermakna, "Boro purba". Akan tetapi arkeolog lain beranggapan
bahwa nama Budur berasal dari istilah bhudhara yang berarti gunung.
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi
ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya
"gunung"
(bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu
terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para
Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain
ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan
"beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara,
sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa
Sanskerta yang artinya
kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau
mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi
maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de
Casparis dalam
disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah
tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Tri Tepusan, Casparis memperkirakan
pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga,
yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa
itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti
Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan
(Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlā
yang disebut Bhūmisambhāra.
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal,
bangunan suci untuk memuliakan leluhur, kemungkinan leluhur dari wangsa
Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi
Sambhāra Bhudhāra dalam
bahasa Sanskerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan
boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.
3. Museum Dirgantara TNI AU
Atas
gagasan pimpinan TNI AU,
maka didirikanlah Museum Pusat TNI AU “Dirgantara Mandala” sebagai tempat untuk mengabadikan dan mendokumentasikan
seluruh kegiatan dan peristiwa bersejarah di lingkungan TNI AU. Museum ini
telah diresmikan pada tanggal 4 April 1969 oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana Roesmin
Noerjadin. Awalnya, museum berada di Jalan Tanah Abang Bukit,
Jakarta. Akan tetapi, museum kemudian dipindahkan ke Yogyakarta karena dianggap
sebagai tempat penting lahirnya TNI AU dan pusat kegiatan TNI AU. Dengan
pertimbangan bahwa koleksi Museum Pusat TNI AU “Dirgantara Mandala”, terutama
Alutsista Udara berupa pesawat terbang yang terus berkembang sehingga gedung
museum di Kesatrian AKABRI Bagian Udara tidak dapat menampung dan pertimbangan
lokasi museum yang sukar dijangkau pengunjung, maka Pimpinan TNI-AU memutuskan
untuk memindahkan museum ini lagi
Pimpinan
TNI-AU kemudian menunjuk gedung bekas pabrik gula di Wonocatur Lanud
Adisutjipto yang pada masa pendudukan Jepang digunakan sebagai gudang logisitik
sebagai Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala. Pada tanggal 17 Desember 1982, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Ashadi
Tjahjadi menandatangani
sebuah prasasti. Hal ini diperkuat dengan surat perintah Kepala Staf TNI-AU
No.Sprin/05/IV/1984 tanggal 11 April 1984 tentang rehabilitasi gedung ini untuk
dipersiapkan sebagai gedung permanen Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala.
Dalam perkembangan selanjutnya pada tanggal 29 Juli 1984 Kepala Staf TNI-AU Marsekal TNI Sukardi meresmikan penggunaan gedung yang sudah
direnovasi tersebut sebagai gedung Museum Pusat TNI AU “Dirgantara Mandala”
dengan luas area museum seluruhnya kurang lebih 4,2 Ha. Luas bangunan
seluruhnya yang digunakan 8.765 M2.
4.
Candi
Prambanan
Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang adalah
kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi.
Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti,
tiga dewa utama Hindu yaitu Brahmasebagai
dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkanprasasti
Siwagrha nama asli
kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa
Sanskerta yang
bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam
arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa
Siwa lebih diutamakan.
Kompleks
candi ini terletak di kecamatan Prambanan,
Sleman dan kecamatan Prambanan,
Klaten,[1] kurang lebih 17 kilometer timur laut Yogyakarta,
50 kilometer barat daya Surakarta dan 120 kilometer selatan Semarang,
persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.[2] Letaknya sangat unik, Candi Prambanan
terletak di wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, sedangkan
pintu masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah adminstrasi desa Tlogo, Prambanan, Klaten.
5. Museum Fosil Sangiran
Museum Purbakala Sangiran adalah museum arkeologi yang terletak di Kalijambe, Kabupaten
Sragen, Jawa Tengah, Indonesia.
Museum ini berdekatan dengan area situs fosil purbakala Sangiran yang merupakan
salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO. Situs Sangiran
memiliki luas mencapai 56 km² meliputi tiga kecamatan di Sragen (Gemolong, Kalijambe,
dan Plupuh)
serta Kecamatan Gondangrejo yang masuk wilayah Kabupaten Karanganyar. Situs Sangiran
berada di dalam kawasan Kubah Sangiran yang merupakan bagian dari depresi Solo,
di kaki Gunung Lawu (17 km dari kota Solo).
Museum Sangiran beserta situs arkeologinya, selain menjadi objek wisata yang
menarik juga merupakan arena penelitian tentang kehidupan pra sejarah
terpenting dan terlengkap di Asia, bahkan dunia.
Di museum dan situs Sangiran dapat diperoleh informasi
lengkap tentang pola kehidupan manusia purba di Jawa yang menyumbang
perkembangan ilmu pengetahuan seperti Antropologi, Arkeologi, Geologi,
Paleoanthropologi. Di lokasi situs Sangiran ini pula, untuk pertama kalinya
ditemukan fosil rahang bawah Pithecanthropus
erectus (salah
satu spesies dalam taxon Homo
erectus) oleh arkeolog Jerman, Profesor Von Koenigswald.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesan
Kesan yang kami dapatkan selama kami mengikuti study wisata banyak
sekali. Kami merasa senang karena kami bisa mengikuti study wisata bersama
teman - teman dan guru. Selain itu kami juga mendapatkan banyak sekali ilmu
baru. Kami juga mendapatkan pengalaman baru yang tidak akan pernah kami
lupakan.
B.
Pesan
Karya Wisata kemarin sebagai sarana pembelajaran siswa di luar sekolah
dan untuk Menyegarkan Pikiran saat kebingungan ketika Kegiatan Belajar Mengajar
sedang berlangsung. Selain itu Kegiatan Karya wisata kemarin juga berguna untuk
menambah wawasan peserta didik . Disana Kami lebih tahu , betapa indahnya Alam
Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa . Dari Situlah kami ingin meninggalkan beberapa
pesan yaitu,
Untuk yang Bertugas Sebagai akomodasi harap menjaga ljus kita agar
terhindar dari pencurian. Seharusnya tempat duduk bus sesuai dengan kelasnya
masing-masing.sehingga bisa berinteraksi dengan teman sekelasnya.
Untuk pihak trans studio bandung agar menurunkan harga semua barang yang
dijual , karena harga itu tidak cocok untuk pelajar seperti kita .Guru
pendamping lebih mengawasi siswa-siswanya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
di inginkan. Waktu yang diberikan pada tiap tempat harap lebih diperlama agar
siswa dapat lebih puas berkeliling objek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
BERKOMENTARLAH DENGAN BIJAK DENGAN MENJAGA TATA KRAMA TANPA MENGHINA SUATU RAS, SUKU, DAN BUDAYA